Menurut laporan International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2021, sekitar 19,46 juta orang di Indonesia mengidap diabetes, mencerminkan peningkatan yang signifikan sebesar 81,8% dibandingkan dengan jumlah penderita pada tahun 2019. Lonjakan ini menunjukkan tren yang mengkhawatirkan dan menggarisbawahi pentingnya upaya pencegahan dan pengelolaan yang lebih efektif. Jika tidak segera diatasi, proyeksi IDF memperkirakan bahwa jumlah penderita diabetes di Indonesia dapat mencapai angka yang mengejutkan, yaitu 28,6 juta orang pada tahun 2045.
Indonesia menempati peringkat kelima di dunia dalam jumlah penderita diabetes pada tahun 2021, sebuah posisi yang mencerminkan betapa seriusnya masalah kesehatan ini di tingkat nasional. Dengan sekitar 19,46 juta orang yang hidup dengan diabetes, Indonesia berada di belakang negara-negara dengan populasi yang jauh lebih besar. Peringkat ini menunjukkan tantangan besar yang dihadapi oleh sistem kesehatan Indonesia, baik dalam hal pencegahan maupun pengelolaan penyakit. Lonjakan kasus diabetes ini tidak hanya membebani fasilitas kesehatan, tetapi juga berdampak signifikan pada produktivitas dan kualitas hidup masyarakat.
Angka-angka ini bukan hanya statistik belaka, tetapi mencerminkan potensi beban besar bagi sistem kesehatan nasional dan dampak serius bagi kualitas hidup jutaan individu. Peningkatan drastis ini menuntut perhatian serius dari semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, organisasi kesehatan, dan masyarakat luas, untuk menerapkan langkah-langkah preventif dan pengobatan yang komprehensif dan berkelanjutan. Upaya edukasi masyarakat, peningkatan akses ke fasilitas kesehatan, serta regulasi yang mendukung pola hidup sehat menjadi kunci dalam mengendalikan dan mengurangi dampak epidemi diabetes yang mengancam ini.
Beberapa faktor menjadi penyebab diabetes, dan penelitian telah menunjukkan bahwa faktor genetik atau keturunan memainkan peran penting. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Nasution, dkk. pada tahun 2021 menunjukkan bahwa genetik merupakan faktor risiko signifikan dalam kejadian penyakit ini. Penelitian ini diperkuat oleh studi lain yang dilakukan oleh Irwan, dkk., yang menemukan bahwa anggota keluarga responden yang menderita diabetes melitus biasanya adalah anggota keluarga terdekat yang memiliki hubungan darah langsung, seperti ayah, ibu, dan saudara kandung. Penelitian tersebut menyatakan bahwa orang yang memiliki anggota keluarga dengan diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit ini. Semakin dekat ikatan keluarga, semakin besar pula risiko seseorang mengalami diabetes melitus. Hal ini menunjukkan pentingnya pemantauan kesehatan yang lebih ketat bagi individu dengan riwayat keluarga diabetes, serta perlunya pendekatan pencegahan yang lebih intensif untuk mengurangi dampak genetik dalam penularan diabetes. Pemahaman akan faktor genetik ini dapat membantu dalam pengembangan strategi pencegahan yang lebih efektif dan personalisasi pengobatan untuk mengatasi lonjakan kasus diabetes.
Selain faktor genetik, kelebihan berat badan atau obesitas merupakan faktor risiko utama dalam pengembangan diabetes melitus tipe 2. Lemak tubuh yang berlebih dapat mengganggu kerja insulin dalam tubuh, menyebabkan resistensi insulin. Resistensi insulin terjadi ketika sel-sel tubuh tidak merespon insulin dengan baik, sehingga glukosa tidak dapat diserap dengan efisien ke dalam sel dan menumpuk dalam aliran darah. Kondisi ini memaksa pankreas untuk memproduksi lebih banyak insulin, yang lama-kelamaan bisa menyebabkan kelelahan pankreas dan penurunan produksi insulin. Obesitas, terutama lemak visceral yang terletak di sekitar organ dalam perut, sangat terkait dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2. Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan obesitas memiliki risiko hingga 80% lebih tinggi untuk mengembangkan diabetes tipe 2 dibandingkan dengan mereka yang memiliki berat badan normal. Selain itu, gaya hidup yang kurang aktif dan pola makan yang tinggi kalori, gula, dan lemak juga berkontribusi pada peningkatan berat badan dan obesitas.
Lalu, bagaimana langkah sederhana pencegahan diabetes?
Diabetes melitus, khususnya tipe 2, dapat dicegah dengan mengadopsi beberapa langkah sederhana namun efektif dalam kehidupan sehari-hari. Pencegahan ini tidak hanya melibatkan perubahan pola makan dan aktivitas fisik, tetapi juga mencakup gaya hidup yang lebih sehat secara keseluruhan.
Mengadopsi pola makan yang sehat dan seimbang adalah langkah pertama dalam pencegahan diabetes. Mengurangi konsumsi makanan tinggi gula dan lemak serta meningkatkan asupan buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan protein tanpa lemak sangat penting. Makanan yang kaya serat, seperti sayuran hijau, gandum utuh, dan buah-buahan, membantu mengontrol kadar gula darah. Selain itu, menghindari minuman manis dan makanan olahan yang tinggi kalori dapat membantu menjaga berat badan ideal. Mengatur porsi makan dan memilih camilan sehat juga dapat membantu mengontrol asupan kalori dan gula secara keseluruhan.
Melakukan aktivitas fisik secara rutin sangat penting untuk mencegah diabetes. Aktivitas fisik membantu tubuh menggunakan insulin lebih efektif dan mengontrol kadar gula darah. Disarankan untuk melakukan setidaknya 150 menit aktivitas fisik moderat, seperti berjalan cepat, bersepeda, atau berenang, setiap minggu. Selain itu, latihan kekuatan, seperti angkat beban, dapat membantu membangun otot dan meningkatkan metabolisme tubuh. Memadukan berbagai jenis latihan dapat membuat rutinitas olahraga lebih menarik dan bermanfaat bagi kesehatan secara keseluruhan.
Mengendalikan berat badan adalah langkah krusial dalam pencegahan diabetes. Kelebihan berat badan atau obesitas meningkatkan risiko resistensi insulin dan diabetes tipe 2. Menurunkan berat badan bahkan dalam jumlah kecil, seperti 5-10% dari total berat badan, dapat memberikan efek positif yang signifikan pada kesehatan dan mengurangi risiko diabetes. Menggabungkan pola makan sehat dan aktivitas fisik rutin adalah cara yang efektif untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
Merokok merupakan faktor risiko signifikan untuk berbagai penyakit kronis, termasuk diabetes melitus tipe 2. Berhenti merokok dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan mengurangi risiko terkena diabetes. Selain itu, berhenti merokok juga bermanfaat untuk kesehatan jantung dan paru-paru, serta meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Mencari dukungan melalui program berhenti merokok atau konseling dapat membantu individu yang ingin berhenti dari kebiasaan ini.
Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan memonitor kadar gula darah dapat membantu dalam pencegahan diabetes. Orang dengan risiko tinggi, seperti mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan diabetes, obesitas, atau gaya hidup tidak sehat, disarankan untuk melakukan pemeriksaan rutin. Deteksi dini memungkinkan intervensi cepat yang dapat mencegah perkembangan diabetes atau mengelola kondisi tersebut lebih efektif.
Meningkatkan kesadaran tentang diabetes dan cara pencegahannya sangat penting. Edukasi mengenai pentingnya pola makan sehat, aktivitas fisik, dan gaya hidup bebas rokok perlu digalakkan melalui kampanye kesehatan masyarakat. Program edukasi yang melibatkan komunitas, sekolah, dan tempat kerja dapat membantu menyebarkan informasi yang tepat dan mendukung individu dalam membuat keputusan kesehatan yang lebih baik.
Dengan menerapkan langkah-langkah sederhana ini, individu dapat secara signifikan mengurangi risiko terkena diabetes melitus tipe 2 dan meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan. Pencegahan adalah kunci untuk mengurangi beban penyakit ini dan menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan produktif.
Mengatasi lonjakan kasus diabetes di Indonesia memerlukan pendekatan yang holistik dan terintegrasi, yang mencakup upaya pencegahan dan pengelolaan yang efektif. Dengan sekitar 19,46 juta penderita pada tahun 2021 dan proyeksi peningkatan yang mengkhawatirkan, langkah-langkah preventif seperti adopsi pola makan sehat, aktivitas fisik rutin, pengendalian berat badan, dan berhenti merokok menjadi sangat penting. Selain itu, faktor genetik dan obesitas yang berperan signifikan dalam risiko diabetes harus ditangani melalui edukasi masyarakat dan program kesehatan yang tepat sasaran. Pemeriksaan kesehatan rutin dan kesadaran akan pentingnya deteksi dini juga merupakan kunci dalam pengelolaan diabetes. Dengan dukungan dari pemerintah, organisasi kesehatan, dan masyarakat, upaya kolaboratif ini dapat mengurangi beban diabetes melitus tipe 2, meningkatkan kualitas hidup individu, dan menciptakan masyarakat Indonesia yang lebih sehat dan produktif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H