Mohon tunggu...
NAHWANIYAH BILLAH
NAHWANIYAH BILLAH Mohon Tunggu... Penulis - NAHWANIYAH NUR BILLAH

Mahasiswi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bahagia Tak Selalu tentang Apa yang Kita Punya tapi Apa yang Kita Bisa Berikan

30 Desember 2020   23:03 Diperbarui: 30 Desember 2020   23:40 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Arti bahagia menurutku, bahagia adalah perasaan yang setiap orang rasakan ketika kita bisa berkumpul bersama keluarga, memberi hadiah atau ketika kita mendapatkan apa yg kita inginkan selama ini. Namun menurutku bahagia itu sendiri muncul ketika kita memunculkan rasa bersyukur di dalam diri. Karena standar bahagia itu sejatinya bukan seberapa banyak materi yang kita punya akan tetapi seberapa besar kita mensyukuri setiap kenikmatan yang Allah Ta’ala berikan. Terkadang kita lupa bersyukur dan selalu melihat ke arah yang lebih tinggi dari nikmat yang kita punya. Cobalah untuk melihat ke arah yang lebih rendah agar kita senantiasa bersyukur atas segala nikmat dan apapun yang kita punya.

Hal yang ingin aku ceritakan tentang berbagi kebahagiaan dengan sahabat dekatku, kita sudah dekat sejak kuliah di universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta meski berbeda jurusan kita dipertemukan dengan UKM ekstra kampus yang sama. Ketika itu sebelum pekan UAS dimulai, sahabatku meminta tolong untuk mengantarkan dia ke rumahnya di tangerang untuk mengambil motor kesayangannya. Alhamdulillah, karena Allah ta’ala memberi fasilitas yang ada untuk membantunya. Ya, alhamdulillah aku bisa mengantarkan sahabatku dengan motor punya ayah-ibuku. Rasanya, aku sedih banget kalo tidak membantunya apalagi kita sama-sama manusia yang harus selalu menyantuni sesama kita. Sebelum kita pergi ke Tangerang.  Tepatnya hari senin, sahabat dekatku meminta tolong untuk mengantarkannya melamar menjadi pengajar di pesantren al- Jawahir. Kita pun pergi kesana pukul 08.00 WIB. Hasilnya pun alhamdulillah diterima tinggal pelatihan dan mulai mengajar bulan Januari 2020. Sahabatku bilang alhamdulillah dan wajahnya begitu senang, aku pun juga ikut senang melihat dan mendengarnya.

Hari selanjutnya, kita sama-sama menyetujui untuk pergi ke tangerang ketika liburan kuliah, yakni hari rabu pukul 13.00 WIB. Sebagaimana kita tau kota tangerang adalah kota industri.  Perjalanan normal dari ciputat ke tangerang daerah cisoka sekitar 1 jam 45 menit tetapi karena kita berangkat jam 13.00 WIB bertepatan dengan jam keluarnya kendaraan  truk dari  berbagai industri di daerah tangerang. Lamanya perjalanan yang kita tempuh karena jam-jam sibuk kendaraan industri berlalu-lalang sekitar 2 jam lebih sampai dirumahnya. Terasa pegal-pegal di sekitar pergelangan tangan dan pundak. Ini pertama kalinya aku membantu sahabat dekatku sampai sebegitu jauhnya sebelumnya kami tidak pernah pergi sejauh ini yang hampir menghabiskan waktu di siang hari kita karena harus bolak-balik dan bergelut dengan debu, kemacetan, dan kesabaran. 

Perjalanan ini banyak memberi pelajaran untuk diriku. Aku merasakan begitu lelahnya melakukan perjalanan ini. Semua sendi-sendi di tubuhku mengatakannya juga dengan bunyi yang dikeluarkan. Dari perjalanan ini aku menyadari betapa melelahkannya ayah yang bekerja mencari nafkah untuk keluarga setiap hari dengan libur yang hanya sehari sepekan bahkan kalo lagi banyak pesanan mungkin tidak ada hari libur. Belum lagi malam harinya harus tetap jualan dan mengantarkan pesanan ke pelanggan. Pantas saja setiap aku melihat wajahnya rasanya tampak keletihan dan tak banyak bicara. Dari hal ini aku juga belajar untuk mau membantu sahabat dekat kita selama kita mampu untuk membantunya. Karena bagaimanapun kita adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Mungkin bagi orang lain hal ini sesuatu yang biasa saja tapi bagi sahabatku  ini adalah suatu hadiah yang membahagiakannya. Karena bisa memakai motor kesayangannya lagi dan ada yang mau membantunya. Hal itu tampak dari senyum sumringah dan ucapan terima kasih yang terus menerus dia ucapkan. Bagiku, senyum yang tampak di wajahnya sudah membuat aku juga merasa bahagia. Karena itu, bahagia tidak selalu tentang seberapa banyak materi yang kita punya tapi bahagia itu apa yang bisa kita berikan kepada orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun