Setiap manusia pasti pernah merasakan perasaan cemas (anxiety), apakah itu hal yang buruk? Jawabannya tidak. Bahkan kecemasan lazim terjadi saat seseorang memasuki fase perkembangan adolescence atau masa remaja. Dalam jurnal Depresi dan Kecemasan Remaja Ditinjau dari Perspektif Kesehatan dan Islam, Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 menyebutkan bahwa lebih dari 19 juta penduduk mengalami gangguan mental emosional di usia 15 tahun, serta lebih dari 12 juta penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun rentan mengalami depresi.Â
Dalam buku Anxiety Disorders The New Achievements, Anxiety sendiri dianggap memainkan peran penting dalam perkembangan kognitif maupun emosional suatu individu apabila kadarnya berada pada rentang (ringan hingga sedang).Â
Namun jika tingkat kecemasannya semakin tinggi, hal tersebut dapat menyebabkan gangguan mental yang disebut dengan anxiety disorder yang mana dapat berdampak buruk bagi kemampuan untuk berpikir. Maka dari itu, dalam artikel ini kita akan membahas terkait gangguan kecemasan dan pengaruhnya terhadap kecerdasan. Berikut penjelasannya.
Kenali apa itu anxiety?
Anxiety merupakan kata dalam bahasa Inggris yang artinya kecemasan atau perasaan cemas, dalam laman MedlinePlus, kecemasan itu sendiri merupakan suatu perasaan gelisah, takut atau perasaan tidak nyaman. Tak terkecuali orang tua, kecemasan juga bisa menyerang remaja bahkan anak-anak. Penderita anxiety biasanya mengalami tanda-tanda fisiologis yang tampak seperti berkeringat, tegang, mual, migrain hingga denyut jantung meningkat.
Setiap orang memiliki caranya sendiri dalam menangani masalah kecemasan. Karena pada dasarnya, hanya mereka lah yang tahu apa penyebab dan dampak dari kekhawatiran tersebut. Akan tetapi, tidak semua mahir dalam menangani masalah kecemasannya. Adapula yang terjebak dengan rasa cemasnya sendiri dan tidak tahu bagaimana cara mengontrolnya, sehingga rasa cemas itu berakhir menjadi gangguan kecemasan (anxiety disorder).Â
 Apa itu anxiety disorder?
Ketika seseorang tidak bisa mengendalikan rasa khawatirnya lagi, perasaan cemas itu akan berubah menjadi rasa khawatir yang berlebih. Perasaan itulah yang akan tumbuh membesar sehingga tidak ada ruang lagi untuk berpikir positif terhadap suatu hal yang dikhawatirkan. Hal ini disebabkan karena situasi atau pemikiran yang tidak realistis maupun perasaan menyesal akan suatu hal. Pikiran yang terus-menerus mengganggu itulah yang kita kenal dengan sebutan anxiety disorder.Â
Kapan masalah kecemasan ini terjadi?
Kecemasan yang berlebihan juga kerap memengaruhi kemampuan kognitif dan prestasi belajar siswa. Ketika perasaan cemas mulai menyerang, maka kemampuan berpikir pun akan mulai menurun. Â
Dalam buku Anxiety Disorders The New Achievements, Nabila Y. Alkhandari menjelaskan bahwasanya "Many students face anxiety when they think they cannot achieve their academic or non-academic purposes". Contohnya, ketika siswa akan menghadapi ujian baik ulangan harian maupun ujian semester terkait mata pelajaran yang sulit, tak jarang sebagian dari mereka merasa tidak ahli dalam hal tersebut dan langsung menyerah begitu saja.
Bahaya anxiety disorder terhadap kecerdasan
Ketika seorang anak merasa mereka tidak cukup mampu untuk meraih apa yang mereka harapkan, mereka akan menanamkan pemikiran di alam bawah sadarnya jika mereka pasti akan gagal. Sehingga pikiran-pikiran itulah yang akan mendorong mereka untuk takut mencoba, takut akan belajar bahkan menghindari belajar.
Beberapa dampak dari anxiety disorder terhadap kecerdasan diantaranya:
1. Membuat takut akan belajarÂ
Setiap individu memiliki tahap perkembangan kognitif yang berbeda-beda, beberapa anak memiliki perkembangan kognitif yang cepat, sehingga mereka mampu memahami pelajaran dengan mudah. Sedangkan beberapa anak lainnya memerlukan waktu yang lama untuk bisa memahami informasi maupun pelajaran. Hal ini menjadi salah satu penyebab mereka mudah dan sering mengalami anxiety.
2. Mengganggu aktivitas pembelajaran
Siswa yang mengidap gangguan kecemasan yang berlebihan akan terperangkap pada rasa bersalah dan panik yang sedang mereka rasakan. Kekhawatiran ini terkadang tidak dapat dikendalikan dan kerap mengganggu aktivitas individu yang mengalaminya. Pada remaja, kecemasan ini kerap mengganggu konsentrasi saat belajar maupun aktivitas diluar pembelajaran seperti sulit untuk fokus, sehingga proses belajar menjadi tidak efektif.
3. Kemampuan berpikir menurun
Ketika seseorang sudah merasa cemas yang berlebih, mereka akan sulit berpikir untuk menemukan suatu jawaban atau solusi dari masalah tertentu. Dalam jurnal penelitian terkait The Impact of Anxiety-Inducing Distraction on Cognitive Performance: A Combined Brain Imaging and Personality Investigation, ditemukan bahwa peningkatan aktivitas di ventral daerah afektif dapat mengganggu aktivitas dalam sistem dorsal dan bisa menghasilkan gangguan kognitif.
4. Sering merasa kelelahan
Dari hasil penelitian epidemiologi dan beberapa penelitian terkait longitudinal, menunjukkan bahwa kelelahan sangat terkait dengan berbagai gangguan kejiwaan, khususnya kecemasan, depresi, serta tekanan psikologis yang mana dapat menimbulkan gangguan fungsional yang lebih besar terhadap tubuh.
Cara mudah mengatasi anxietyÂ
1. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dengan cara menerapkan beberapa metode pembelajaran yang berbeda-beda.
2. Jangan belajar hanya di satu tempat, cobalah untuk menemukan suasana belajar yang baru sehingga mudah untuk fokus dalam belajar.
3. Pahami materi secara bertahap dan tidak multitasking, sehingga otak lebih mudah dalam mencerna dan menyimpannya di long term memory.
4. Apresiasi diri ketika berhasil menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu atau mencapai target waktu belajar.
5. Ubah pikiran-pikiran negatif menjadi kalimat-kalimat afirmasi, seperti "bagaimana jika aku gagal nantinya" menjadi "persiapkan dari sekarang jauh lebih baik daripada tidak sama sekali".
6. Belajar dari teman dan berbagai sumber lain untuk menguatkan pemahaman.
6. Tidak lupa untuk terus berdoa agar perasaan menjadi lebih tenang dan diberi kemudahan dalam menghadapi setiap persoalan agar menjadi lebih mudah.
Referensi:
Buku Anxiety Disorders The New Achievements : Kalinin, V., Hocaoglu, C., Mohamed, S.(2021). Anxiety Disorders The New Achievements. London, United Kingdom: IntechOpen.Â
Denkova E, Wong G, Dolcos S, Sung K, Wang L, et al. (2010) The Impact of Anxiety-Inducing Distraction on Cognitive Performance: A Combined Brain Imaging and Personality Investigation, PLoS ONE 5(11): e14150. doi:10.1371/journal.pone.0014150
Fu, X., Du, Y., Au., S. et all.(2013). Reducing negative interpretations in adolescents with anxiety disorders: A preliminary study investigating the effects of a single session of cognitive bias modification training, Developmental Cognitive Neuroscience 4 (2013) 29--37
National Library of Medicine : https://medlineplus.gov/
Rahmy, H. A., Muslimahayati.(2021). Depresi dan Kecemasan Remaja Ditinjau dari Perspektif Kesehatan dan Islam, Journal of Demography, Etnography, and Social Transformation, https://doi.org/10.30631/demos.v1i1.1017
Roysamb, E., Nielsen, C. S., Czajkowski, N. O.(2018). Fatigue symptoms in relation to neuroticism, anxiety-depression, and musculoskeletal pain. A longitudinal twin study, PLoS ONE 13(6): e0198594.
Solihah, F. I.(2017). Pengaruh Tingkat Kecemasan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas X IPS 2 SMAN 12 Surabaya, Jurnal Pendidikan Sejarah, Vol 5 No 3.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H