Negara harus benar-benar membuat pembinaan sendiri, Klub tidak bisa banyak diharapkan hasil didikanya, Malah yang terjadi sebaliknya, ketika Klub butuh pemain hebat, tinggal menyusun daftar pemain yang memperkuat Timnas yang kemudian dimasukan ke keranjang belanja dan direkrutnya, Menyebalkan!Â
Apalagi sekarang lagi musim  klub siluman melalui merger, Pemain Timnas otomatis siap-siap ditawar, disinilah juga faktor bobroknya Timnas gara-gara Klub terlalu Oportunis.
 Analoginya, Pemain yang bermain  cemerlang di Timnas junior Indonesia sudah pasti Jam terbang diklub terjamin, tapi dieropa jika ingin main reguler, sedari akademi  harus sudah moncer.
Dari uraian diatas kita ambil pelajaran, bahwa pihak swasta melalui Klub, sebaiknya mulai benar-benar menggarap serius mengeneai pembinaan pemain usia dini, seperti yang dilakukan bulu tangkis, (Meskipun baru ramai Audisi Djarum ditutup) klub-klub bulutangkis  bahu membahu mengadakan pembinaan yang kemudian setelah matang dijadikan satu atap di Pelatnas Cipayung. Jangan biarkan Ragunan dan Diklat Salatiga berjuang sendirian menghasilkan bibit unggulan .Â
Ayo para konsorsium dan Stakeholder klub Insonesia mulailah tersadar serius membangun Akademi, kasihanilah PSSI yang berjuang sendiri, jika semua klub memiliki akademi pemain usia dini, Timnas tak akan sulit mengukir Prestasi.Â
Sekian tulisan Solutif saya semoga bermanfaart dan bisa menginspirasi dunia persepakbolaan tanah Air  (Elnahrowi,11/09)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H