Mohon tunggu...
Nahlu Hasbi Heriyanto
Nahlu Hasbi Heriyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa Inggris

Ambil baiknya, Buang buruknya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

UKM Sastra: Kamuflase Bayangan Pt.4

21 Juli 2024   04:34 Diperbarui: 21 Juli 2024   12:58 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi tokoh generated with DALL E AI

Bagas dan Citra semakin terjerat dalam misteri yang semakin dalam dan gelap. Penemuan bayangan di cermin yang berbicara kepada mereka hanya meningkatkan keingintahuan dan ketakutan mereka. Mereka tahu bahwa mereka harus menyelidiki lebih lanjut, tetapi arah penyelidikan mereka tampak semakin kabur.

Suatu hari, saat mereka sedang menggali arsip kampus, Bagas menemukan catatan lama tentang sebuah organisasi mahasiswa yang dikenal sebagai UKM Sastra. Namun, ada sesuatu yang aneh dengan catatan tersebut. UKM Sastra ini sudah ada sejak zaman senior-senior terdahulu, dan deskripsi kegiatannya sangat minim. Tidak ada informasi konkret tentang kegiatan mereka selain beberapa acara sastra yang diadakan secara tertutup.

Bagas menunjukkan temuan ini kepada Citra. "Ada sesuatu yang tidak beres dengan UKM Sastra ini. Kegiatannya terlalu rahasia untuk sebuah unit kegiatan mahasiswa biasa."

Citra mengangguk setuju. "Kita harus menyelidiki lebih lanjut. Mungkin ada hubungannya dengan pembunuhan-pembunuhan ini."

Mereka memutuskan untuk mengunjungi ruang UKM Sastra yang terletak di sudut kampus yang jarang dilalui. Ketika mereka tiba, mereka menemukan pintu terkunci. Namun, Citra yang selalu siap dengan berbagai cara, berhasil membuka pintu dengan sepotong kawat. Di dalam ruangan, mereka menemukan berbagai buku sastra, puisi, dan catatan-catatan aneh. Tetapi yang paling mencolok adalah sebuah buku besar yang tampak seperti buku catatan anggota.

Bagas membuka buku tersebut, dan mereka menemukan daftar nama-nama anggota UKM Sastra dari tahun ke tahun. Yang mengejutkan adalah di halaman belakang buku tersebut terdapat aturan-aturan keanggotaan yang aneh dan menakutkan.

"Aturan pertama: Setiap anggota baru harus melakukan satu tindakan di luar nalar sebagai syarat bergabung. Aturan kedua: Rahasia UKM Sastra harus dijaga dengan nyawa."

Bagas dan Citra terkejut membaca aturan tersebut. Mereka semakin yakin bahwa UKM Sastra ini adalah kedok untuk sesuatu yang lebih gelap.

Ketika mereka terus membaca, mereka menemukan nama-nama yang tidak asing. Surya dan Arya adalah anggota UKM Sastra, bersama dengan beberapa nama lain yang mereka kenal. Salah satu nama yang menarik perhatian mereka adalah Dimas. Ini berarti Dimas bukan hanya pengamat, tetapi juga terlibat dalam perkumpulan ini.

Mereka memutuskan untuk kembali menemui Dimas. Ketika mereka bertemu dengannya, Dimas awalnya mencoba mengelak, tetapi akhirnya dia mengakui semuanya.

"UKM Sastra bukan sekadar perkumpulan sastra," kata Dimas dengan suara gemetar. "Itu adalah kedok untuk sebuah organisasi rahasia yang sudah ada sejak lama. Anggotanya harus melakukan tindakan di luar nalar, termasuk membunuh, untuk membuktikan loyalitas mereka."

Dimas melanjutkan, "Aku tidak pernah membunuh. Aku hanya ikut karena tertarik dengan kegiatan mereka, tapi ketika aku tahu apa yang sebenarnya terjadi, aku terlalu takut untuk keluar."

Bagas dan Citra merasa ngeri mendengar pengakuan Dimas. Mereka tahu bahwa mereka harus mengungkapkan rahasia ini kepada polisi, tetapi mereka juga tahu bahwa ini tidak akan mudah. Perkumpulan ini telah ada selama bertahun-tahun, dan mereka tidak akan berhenti begitu saja.

Malam itu, Bagas dan Citra memutuskan untuk mengunjungi ruang UKM Sastra sekali lagi, kali ini dengan tujuan mencari bukti yang cukup untuk membawa ke polisi. Namun, ketika mereka sampai di sana, mereka menemukan ruangan itu sudah kosong. Semua buku dan catatan hilang, seolah-olah tidak pernah ada.

Mereka kembali ke kampus dengan perasaan putus asa. Saat mereka melangkah keluar dari ruangan, mereka bertemu dengan seorang pria tua yang mengenakan jas. Pria itu tersenyum dingin kepada mereka.

"Kalian mencari sesuatu?" tanya pria itu dengan suara tenang.

Bagas dan Citra merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Pria itu adalah seorang dosen senior yang sangat dihormati di kampus, tetapi ada sesuatu yang menyeramkan dalam senyumnya.

"Kalian sebaiknya berhenti menggali lebih dalam," lanjut pria itu. "Beberapa rahasia lebih baik dibiarkan tersembunyi."

Bagas mencoba berbicara, tetapi Citra menarik lengannya. "Mari pergi," bisiknya. "Kita sudah cukup tahu."

Ketika mereka berjalan menjauh, pria itu memperhatikan mereka dengan tatapan yang tajam, seolah-olah memperingatkan mereka bahwa permainan ini belum berakhir. Bagas dan Citra tahu bahwa mereka masih dalam bahaya, dan rahasia UKM Sastra masih menyimpan banyak misteri yang belum terungkap.

Mereka meninggalkan kampus malam itu dengan perasaan bahwa mereka telah memulai sesuatu yang jauh lebih besar daripada yang mereka bayangkan. Kegelapan terus membayangi langkah mereka, dan permainan mematikan ini baru saja memasuki babak baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun