Mohon tunggu...
Nahlu Hasbi Heriyanto
Nahlu Hasbi Heriyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa Inggris

Ambil baiknya, Buang buruknya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Siluet Cahayamu di Balik Bayanganku

6 Juli 2024   18:38 Diperbarui: 6 Juli 2024   18:42 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dokumen pribadi

Di sebuah kampus negeri yang gemerlap di Surabaya, Haci, seorang mahasiswa yang pendiam namun penuh misteri, dan Hana, seorang mahasiswi yang hangat dan disenangi banyak orang, bertemu di panitia acara besar kampus. Haci sering kali terlihat sibuk mengatur detail-detail kecil acara, sementara Hana menjadi sosok yang ceria di antara kerumunan.

Haci, dengan kecerdasan dan kepekaannya yang luar biasa, diam-diam melakukan banyak hal untuk membantu Hana. Ia membawa barang-barang yang terlupa Hana, mempertahankan argumen Hana dengan tegas saat rapat panitia, atau sekadar mengangkat tas Hana yang terasa berat di pundaknya, seperti merawat seekor kucing kecil yang sedang digendongnya.

Perasaan Haci terhadap Hana tumbuh lebih dalam setiap hari. Namun, Haci, dalam kerendahhatiannya, merasa tidak pantas untuk berada di samping Hana yang ceria dan penuh cahaya. Ia menjaga jarak, berusaha agar tidak terlalu dekat, meskipun hatinya terusik oleh senyum Hana yang memikat.

Hana, yang peka terhadap kebaikan Haci, mulai menyadari perasaannya. Ia jatuh cinta pada kesederhanaan dan kebaikan hati Haci yang tersembunyi di balik wajahnya yang serius. Suatu malam, setelah acara besar berakhir, Hana menghadap Haci di tepi danau kampus yang tenang.

"Dia, aku menyadari semua yang telah kau lakukan untukku," ujar Hana dengan lembut, matanya terpaku pada Haci.

Haci terdiam sejenak, mencoba mengontrol emosi yang meluap di dadanya. "Hana, aku..."

"Haci, aku mencintaimu," potong Hana dengan mantap, mencoba mengekspresikan perasaannya.

Namun, Haci hanya bisa menggeleng perlahan. "Maafkan aku, Hana. Aku mencintaimu juga, tetapi aku tidak bisa memberikanmu apa yang kau inginkan. Aku tidak pantas untukmu."

Hana terdiam, air matanya mengalir tanpa bisa ditahan lagi. Ia mencoba memahami kata-kata Haci, tetapi hatinya hancur berkeping-keping. Mereka berdua terdiam di tepi danau, hingga cahaya rembulan menerangi keheningan malam itu.

"Haci," ucap Hana dengan suara bergetar, matanya mencari mata Haci yang penuh dengan keheningan.

Haci memandang Hana dengan penuh keteguhan, tetapi juga penuh dengan penyesalan yang dalam. "Hana..."

"Kenapa, Haci?" potong Hana dengan suara lembut namun penuh kebingungan. "Kenapa kau begitu baik padaku jika kau tidak bisa bersamaku?"

Haci terdiam, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan perasaannya yang rumit. Ia ingin menjelaskan betapa besar cintanya pada Hana, tetapi juga betapa besar keraguan dan ketakutannya akan membawa mereka ke arah yang salah.

"Hana, aku tahu kau melihat kebaikan yang kulakukan sebagai sesuatu yang kau butuhkan," ujar Haci akhirnya dengan suara rendah. "Aku melakukan semua itu karena aku mencintaimu, tetapi aku juga tahu bahwa aku tidak cukup baik untukmu. Aku tidak ingin membawa kekecewaan atau penderitaan padamu di masa depan."

Air mata Hana semakin sulit ditahan. Ia merasa seperti dunia yang indah yang mereka bangun bersama hancur di hadapannya. "Tapi, Haci... Aku mencintaimu dengan segenap hatiku. Aku tidak peduli dengan apapun yang mungkin kau pikirkan tidak cukup baik. Aku hanya ingin bersamamu."

Haci menggeleng pelan, lalu mengambil nafas dalam-dalam. "Aku tahu ini egois, tetapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa memberikanmu yang kau butuhkan. Maafkan aku, Hana."

Hana terduduk di tepi danau, menangis dengan getir. Angin malam menerpa rambutnya yang terurai, mencampurkan kepedihan dan kebingungannya. Ia merasakan sakit yang menusuk hatinya, saat ia menyadari bahwa cinta yang begitu dalam dan tulusnya tidak dapat mempertahankan Haci di sisinya.

Haci hanya bisa menatap Hana dengan tatapan penuh penyesalan, sebelum mereka berdua berdiri dan meninggalkan tepi danau, membawa perasaan mereka yang hancur dalam keheningan malam yang semakin gelap.

Setelah itu, Haci dan Hana menjaga jarak satu sama lain. Meskipun mereka masih berada di kampus yang sama, keduanya menjadi seperti dua orang asing yang tidak saling sapa. Setiap kali mereka bertemu, tatapan mereka hanya saling melintas sebentar sebelum kembali berjalan masing-masing.

Hingga suatu hari, Hana memutuskan untuk meninggalkan kampus danau yang pernah menjadi saksi bisu kisah mereka. Haci hanya bisa menatap dari kejauhan, mengenang semua kenangan manis yang pernah mereka bagi, dan meratap atas cinta yang tak pernah mereka wujudkan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun