Tidak ada yang salah dengan merasa sedih atau marah. Mengakui perasaan adalah langkah pertama untuk memprosesnya dengan sehat.
2. Berikan Empati, Bukan Solusi Instan
Alih-alih memberikan nasihat cepat, dengarkan cerita seseorang dengan penuh perhatian. Kalimat seperti "Aku mengerti ini sulit untukmu" bisa jauh lebih berarti daripada nasihat kosong.
3. Berani Rentan
Jangan takut untuk menunjukkan emosi asli. Mengungkapkan perasaan kepada orang yang dipercaya adalah cara untuk membangun hubungan yang lebih kuat.
4. Tawarkan Dukungan Nyata
Ketimbang hanya berkata "Kamu harus kuat," tawarkan bantuan konkret, seperti menemani seseorang atau memberikan waktu untuk mendengar keluh kesah mereka.
Keseimbangan Antara Positif dan Realistis
Penting untuk diingat bahwa berpikir positif tetap memiliki manfaat, tetapi harus seimbang dengan realisme. Alih-alih mengabaikan emosi negatif, cobalah untuk menerima dan mengolahnya. Sikap ini dikenal sebagai positivitas yang sehat, yaitu kemampuan untuk tetap optimis tanpa mengabaikan kenyataan.
Kesimpulan
Toxic positivity adalah bentuk dorongan untuk selalu bahagia yang berlebihan, sehingga mengabaikan realitas emosional seseorang. Untuk menghindarinya, kita perlu mengakui bahwa emosi negatif adalah bagian alami dari kehidupan.Â
Dengan memberikan ruang bagi semua jenis emosi, kita bisa menciptakan keseimbangan mental yang sehat dan mendukung hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Sebab, kebahagiaan sejati tidak datang dari menyembunyikan perasaan, melainkan dari keberanian untuk menghadapinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H