Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Toxic Possitivity: Ketika Kebahagiaan Palsu Menjadi Beban Emosional

25 Desember 2024   16:07 Diperbarui: 25 Desember 2024   16:07 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
di balik dorongan untuk selalu berpikir positif, ada fenomena yg justru dapat merugikan kesehatan mental, yaitu toxic Possitivity (Foto: Istockphoto)

Tidak ada yang salah dengan merasa sedih atau marah. Mengakui perasaan adalah langkah pertama untuk memprosesnya dengan sehat.

2. Berikan Empati, Bukan Solusi Instan

Alih-alih memberikan nasihat cepat, dengarkan cerita seseorang dengan penuh perhatian. Kalimat seperti "Aku mengerti ini sulit untukmu" bisa jauh lebih berarti daripada nasihat kosong.

3. Berani Rentan

Jangan takut untuk menunjukkan emosi asli. Mengungkapkan perasaan kepada orang yang dipercaya adalah cara untuk membangun hubungan yang lebih kuat.

4. Tawarkan Dukungan Nyata

Ketimbang hanya berkata "Kamu harus kuat," tawarkan bantuan konkret, seperti menemani seseorang atau memberikan waktu untuk mendengar keluh kesah mereka.

Keseimbangan Antara Positif dan Realistis

Penting untuk diingat bahwa berpikir positif tetap memiliki manfaat, tetapi harus seimbang dengan realisme. Alih-alih mengabaikan emosi negatif, cobalah untuk menerima dan mengolahnya. Sikap ini dikenal sebagai positivitas yang sehat, yaitu kemampuan untuk tetap optimis tanpa mengabaikan kenyataan.

Kesimpulan

Toxic positivity adalah bentuk dorongan untuk selalu bahagia yang berlebihan, sehingga mengabaikan realitas emosional seseorang. Untuk menghindarinya, kita perlu mengakui bahwa emosi negatif adalah bagian alami dari kehidupan. 

Dengan memberikan ruang bagi semua jenis emosi, kita bisa menciptakan keseimbangan mental yang sehat dan mendukung hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Sebab, kebahagiaan sejati tidak datang dari menyembunyikan perasaan, melainkan dari keberanian untuk menghadapinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun