Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Memahami Hierarki Kebutuhan dari Perspektif Islam: Refleksi atas Maslow

15 Desember 2024   08:07 Diperbarui: 15 Desember 2024   08:07 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hierarki kebutuhan Abraham Maslow telah lama menjadi landasan dalam memahami motivasi manusia, dimulai dari kebutuhan dasar hingga aktualisasi diri. Namun, perspektif Islam menawarkan pemahaman yang lebih holistik, mengintegrasikan kebutuhan spiritual sebagai inti dari kehidupan manusia.

Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana hierarki kebutuhan Maslow dapat dipandang ulang melalui lensa ajaran Islam, sehingga menciptakan pendekatan yang lebih seimbang antara duniawi dan ukhrawi.

Maslow dan Hierarki Kebutuhannya

Maslow mengajukan teori hierarki kebutuhan manusia yang terdiri dari lima tingkatan:

1. Kebutuhan fisiologis: Makan, minum, tidur.

2. Keamanan: Perlindungan fisik dan finansial.

3. Rasa memiliki dan cinta: Hubungan sosial yang bermakna.

4. Penghargaan: Pengakuan dan penghormatan dari orang lain.

5. Aktualisasi diri: Menggapai potensi tertinggi seseorang.

Meskipun relevan, teori ini lebih condong pada pandangan materialistik, mengesampingkan aspek spiritual yang sangat penting dalam Islam.

Islam dan Kebutuhan Manusia

Islam memandang manusia sebagai makhluk dengan kebutuhan yang seimbang antara jasmani dan rohani. Dalam Al-Qur'an dan hadits, kebutuhan spiritual ditempatkan sebagai prioritas, karena keimanan kepada Allah SWT menjadi landasan hidup seorang Muslim.

Perspektif Islam dapat meredefinisi hierarki Maslow menjadi beberapa tingkatan sebagai berikut:

1. Kebutuhan Spiritual (Hubungan dengan Allah)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun