Mengapa Deinfluencing Populer di Kalangan Gen Z?
Generasi Z dikenal sebagai generasi yang melek teknologi dan sosial media. Namun, di tengah gempuran tren belanja impulsif yang sering dipromosikan oleh influencer, lahir gerakan baru bernama deinfluencing.Â
Gerakan ini bertujuan untuk mengajak audiens lebih bijak dalam konsumsi, memprioritaskan kebutuhan daripada keinginan, dan menolak pengaruh konsumtif yang berlebihan.
Deinfluencing menjadi viral di TikTok dan Instagram ketika Gen Z mulai menyadari dampak buruk budaya konsumtif. Banyak yang mulai mempromosikan produk-produk sederhana, alternatif murah, atau bahkan mendorong untuk tidak membeli produk tertentu sama sekali. Mereka menganjurkan untuk fokus pada kualitas, fungsi, dan keberlanjutan.
Hubungan Deinfluencing dengan Kesadaran Finansial
Fenomena ini menunjukkan adanya pergeseran nilai dalam cara generasi muda memandang uang dan gaya hidup. Berikut beberapa poin penting terkait deinfluencing dan dampaknya terhadap kesadaran finansial:
1. Mengurangi FOMO (Fear of Missing Out)
Deinfluencing membantu Gen Z melawan tekanan sosial untuk mengikuti tren mahal. Dengan cara ini, mereka belajar memprioritaskan kebutuhan dan mengelola pengeluaran lebih baik.
2. Mendukung Gaya Hidup Minimalis
Gerakan ini mendorong orang untuk mempertimbangkan ulang pembelian mereka, mengurangi barang yang tidak perlu, dan hanya membeli yang benar-benar bermanfaat. Hal ini sejalan dengan prinsip minimalisme yang menekankan pada hidup sederhana.
3. Meningkatkan Literasi Keuangan
Dengan menyadari dampak pengeluaran impulsif, Gen Z mulai belajar cara membuat anggaran, menabung, dan berinvestasi. Deinfluencing memicu diskusi tentang pentingnya memiliki dana darurat dan kebebasan finansial.
4. Mendukung Produk Lokal dan Berkelanjutan
Banyak pendukung deinfluencing juga mendorong konsumsi yang lebih ramah lingkungan dan mendukung usaha kecil. Hal ini sejalan dengan kepedulian mereka terhadap isu sosial dan lingkungan.
Dampak Positif Deinfluencing pada Gaya Hidup Gen Z
Gerakan deinfluencing memiliki dampak besar pada perilaku konsumsi Gen Z:
Lebih Berhati-hati dalam Membeli: Mereka mulai mempertimbangkan nilai jangka panjang dari setiap pembelian.
Mengurangi Stres Keuangan: Dengan mengelola uang lebih bijak, mereka dapat menghindari hutang dan tekanan finansial.
Mendorong Kreativitas: Gen Z lebih kreatif dalam mencari alternatif, seperti DIY atau menggunakan kembali barang lama.
Tantangan Deinfluencing
Meskipun deinfluencing memiliki banyak manfaat, gerakan ini juga menghadapi beberapa tantangan:
Kontradiksi dengan Budaya Digital: Sosial media sering kali menjadi tempat promosi produk, sehingga sulit menghindari pengaruh konsumtif sepenuhnya.
Komersialisasi Deinfluencing: Beberapa orang menggunakan tren ini untuk tetap mempromosikan produk lain, yang bertentangan dengan prinsip awalnya.
Deinfluencing bukan hanya sekadar tren, tetapi cerminan dari perubahan cara berpikir Gen Z tentang konsumsi dan finansial. Dengan menjadi lebih sadar akan pengaruh sosial media dan memilih hidup lebih sederhana, generasi ini dapat menciptakan gaya hidup yang lebih berkelanjutan dan sehat secara finansial.
Gerakan ini juga menjadi pengingat bagi semua generasi untuk berhenti sejenak, mengevaluasi kebutuhan, dan membuat keputusan yang lebih bijak dalam mengelola uang.
Jika terus berkembang, deinfluencing bisa menjadi langkah awal menuju masyarakat yang lebih bertanggung jawab dalam konsumsi. Bagi Gen Z, inilah bentuk pemberontakan kreatif yang tidak hanya berdampak pada diri sendiri, tetapi juga dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H