Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Quiet Quitting, Sikap Kerja atau Penghambat Karier?

9 Desember 2024   06:22 Diperbarui: 9 Desember 2024   15:59 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Quite Quitting mengacu pd karyawan yg melakukan pekerjaannya sesuai deskripsi kerja tanpa memberikan usaha tambahan (Sumber: Andrea piacquadio/Pexels)

Manajer atau rekan kerja bisa melihatnya sebagai kurangnya komitmen. Ini dapat memengaruhi rekomendasi atau peluang promosi.

3. Kurang Kontribusi pada Tim

Bekerja di level minimum mungkin membuat rekan kerja merasa harus menanggung beban lebih besar, yang dapat menciptakan ketegangan dalam tim.

Bekerja dengan Extra Miles: Apakah Solusi Tepat?

Sebaliknya, bekerja dengan usaha ekstra atau extra miles bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, menunjukkan inisiatif tambahan dapat meningkatkan reputasi profesional dan membuka peluang karir lebih baik. 

Namun, penting untuk memastikan bahwa ini tidak sampai mengorbankan kesehatan fisik atau mental.

Menemukan Keseimbangan

Quiet quitting atau extra miles bukanlah satu-satunya pilihan. Yang terpenting adalah menemukan keseimbangan yang sesuai dengan kebutuhan pribadi dan karir. Berikut beberapa langkah yang bisa membantu:

-Tetapkan Prioritas: Pahami kapan harus memberikan usaha ekstra dan kapan cukup menyelesaikan tugas inti.

-Diskusikan Harapan dengan Atasan: Pastikan deskripsi kerja dan ekspektasi jelas sejak awal.

-Jaga Kesehatan Mental: Jangan sampai ambisi karir mengorbankan kesejahteraan pribadi.

-Tingkatkan Skill Secara Bertahap: Ambil inisiatif untuk belajar di luar tanggung jawab pekerjaan, tanpa harus berlebihan.

Quiet quitting bisa menjadi sinyal perlunya perubahan baik dari sisi karyawan maupun perusahaan. Karyawan perlu menjaga keseimbangan antara bekerja dengan usaha yang wajar dan mempertahankan kesehatan mental. 

Sementara itu, perusahaan juga harus menciptakan lingkungan yang mendukung dan memberikan apresiasi terhadap kontribusi setiap individu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun