Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Quiet Quitting, Sikap Kerja atau Penghambat Karier?

9 Desember 2024   06:22 Diperbarui: 9 Desember 2024   15:59 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, muncul fenomena bernama quiet quitting. Istilah ini mengacu pada karyawan yang hanya melakukan pekerjaannya sesuai deskripsi kerja tanpa memberikan usaha tambahan atau melampaui ekspektasi minimum. Secara sederhana, mereka hanya menjalankan tugas "sebatas yang diminta."

Mengapa Quiet Quitting Terjadi?

Quiet quitting sering kali muncul sebagai respons terhadap tekanan pekerjaan, ketidakseimbangan kehidupan kerja, atau kurangnya penghargaan dari perusahaan. 

Ketika seseorang merasa bahwa usahanya tidak dihargai, mereka mungkin cenderung memilih untuk "bertahan" dengan energi minimal. Alasan lainnya termasuk:

1. Burnout: Tekanan kerja yang berlebihan tanpa istirahat cukup.

2. Kurangnya insentif: Tidak adanya penghargaan, baik finansial maupun pengakuan.

3. Kehilangan motivasi: Lingkungan kerja yang toksik atau monoton.

Quiet Quitting: Apakah Selalu Buruk?

Sebelum menilai quiet quitting sebagai negatif, penting untuk memahami bahwa menjaga batasan diri bukanlah hal yang salah. Beberapa orang mempraktikkannya untuk menghindari stres atau menjaga keseimbangan kehidupan pribadi dan pekerjaan. 

Namun, ada sisi lain yang perlu dipertimbangkan, terutama jika menyangkut perkembangan karir.

Dampak Quiet Quitting untuk Karir

Meskipun quiet quitting bisa memberikan ruang untuk kesehatan mental, ada konsekuensi yang tidak bisa diabaikan, yaitu:

1. Sulit Berkembang

Mengambil pekerjaan hanya di batas minimum dapat membatasi peluang belajar keterampilan baru. Akibatnya, karyawan mungkin dianggap kurang proaktif atau inovatif.

2. Citra Profesional yang Negatif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun