Selain itu, akses terhadap informasi dan inspirasi dari berbagai budaya yang lebih beragam mempengaruhi pandangan terhadap komitmen jangka panjang.
Dilansir dari Journal of Social and Personal Relationships, media sosial berperan besar dalam mengubah dinamika dan ekspektasi hubungan antarindividu.
5. Peningkatan Kesadaran akan Kesehatan Mental
Generasi muda semakin sadar akan pentingnya kesehatan mental dan kualitas hubungan. Daripada terburu-buru menikah, banyak yang lebih memilih membangun hubungan yang sehat dan stabil terlebih dahulu.
Mereka juga cenderung lebih selektif dalam memilih pasangan, karena menempatkan kebahagiaan mental sebagai prioritas utama.
Hal tersebut dikutif dari sebuah Studi dari Mayo Clinic menyebutkan bahwa generasi muda lebih sadar akan dampak hubungan tidak sehat terhadap kesehatan mental, sehingga mereka lebih berhati-hati dalam memilih pasangan hidup.
6. Pilihan Gaya Hidup Baru: Child-Free
Gaya hidup "child-free" atau memilih hidup berkeluarga tanpa anak  semakin menjadi pilihan populer. Banyak pasangan yang memilih  memutuskan untuk  tidak memiliki anak. Pilihan-pilihan ini diambil karena mereka merasa bahwa komitmen tersebut lebih sesuai dengan gaya hidup dan tujuan hidup mereka.
Berdasarkan laporan dari Childfree By Choice Association, tren memilih hidup tanpa anak meningkat drastis dalam beberapa tahun terakhir, terutama di negara-negara maju.
7. Implikasi bagi Kehidupan Sosial dan Masyarakat
Penurunan angka perkawinan ini memiliki implikasi yang luas bagi masyarakat. Dari segi ekonomi, penurunan pernikahan dapat berdampak pada tingkat kelahiran, yang berpotensi mengurangi populasi produktif di masa depan. Selain itu, pola kehidupan sosial juga mengalami perubahan, di mana konsep keluarga tradisional mungkin mengalami pergeseran.
The Economic Times menyoroti bahwa penurunan angka kelahiran, akibat turunnya pernikahan, bisa berdampak pada ekonomi suatu negara karena kurangnya generasi penerus di masa depan.
Penurunan angka perkawinan merupakan cerminan dari perubahan sosial, ekonomi, dan budaya yang terus berkembang. Faktor ekonomi, prioritas karier, teknologi, dan kesadaran akan kesehatan mental memainkan peran besar dalam fenomena ini.
Untuk itu dalam mengatasi masalah penurunan angka pernikahan ini diperlukan solusi yang menyeluruh dan kerjasama semua pihak untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang menghambat dan menjadi penyebabnya. Semoga saja ada langkah strategis dari pemerintah untuk keluar dari permasalahan tersebut