Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Menghadapi Fenomena Fatherless: Tips Membentuk Kemandirian dan Kesehatan Mental Anak

6 November 2024   12:49 Diperbarui: 6 November 2024   13:04 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena "fatherless" atau ketidakhadiran figur ayah dalam kehidupan anak kini semakin sering dibahas, terutama karena dampaknya yang signifikan terhadap perkembangan mental dan emosional anak. Anak yang tumbuh tanpa sosok ayah dapat menghadapi tantangan seperti perasaan kurangnya dukungan, sulit mengelola emosi, atau menghadapi krisis identitas.

Meski begitu, fenomena ini bukanlah hal yang tidak dapat diatasi. Dengan dukungan keluarga, pengembangan kemandirian, dan pendekatan yang tepat, anak-anak tetap dapat tumbuh sehat secara emosional dan sosial. Disadur dari beberapa sumber, berikut adalah cara mengatasi dan menyikapi fenomena fatherless demi masa depan anak yang lebih baik.

1. Peran Ibu dan Keluarga dalam Memberikan Dukungan Emosional

Dalam kondisi ayah tidak ada atau tidak terlibat secara langsung dalam pengasuhan, peran ibu atau anggota keluarga lainnya menjadi sangat penting. Ibu dapat berperan sebagai sumber kasih sayang dan dukungan emosional, memastikan anak merasa diterima dan dihargai.

Dukungan keluarga yang luas seperti kakek, nenek, atau paman dan bibi juga dapat membantu mengisi kekosongan yang ditinggalkan.

Libatkan keluarga besar dalam aktivitas harian anak, seperti makan bersama atau acara akhir pekan. Ini bisa menjadi waktu berharga untuk membangun kedekatan dan menunjukkan pada anak bahwa ia memiliki banyak sumber dukungan.

2. Menyediakan Figur Panutan yang Positif

Anak-anak membutuhkan figur panutan sebagai inspirasi dalam mengembangkan identitas mereka. Dalam kasus fatherless, figur panutan ini bisa berasal dari tokoh keluarga atau di luar keluarga, seperti guru, pelatih olahraga, atau mentor. Figur positif ini bisa membantu anak memahami nilai-nilai seperti tanggung jawab, keberanian, dan integritas.

Ajak anak bergabung dalam kegiatan komunitas atau ekstrakurikuler seperti olahraga, kesenian, atau organisasi sosial yang memiliki pembimbing. Di sini, mereka bisa menemukan role model yang positif dan inspiratif.

3. Bantu Anak Mengembangkan Kemandirian dan Percaya Diri

Tantangan dari fenomena fatherless sering kali terkait dengan rasa rendah diri atau sulit mengembangkan rasa percaya diri. Membantu anak mengembangkan kemandirian dan kemampuan berpikir kritis sejak dini akan membuatnya lebih tangguh dan mampu mengatasi berbagai hambatan tanpa merasa bergantung pada figur tertentu.

Libatkan anak dalam pengambilan keputusan sederhana, seperti memilih hobi atau merencanakan aktivitas akhir pekan. Berikan pujian pada usahanya dan dorong ia untuk mengejar minatnya agar lebih mandiri dan percaya diri.

4. Mengelola Emosi dan Memberikan Bimbingan tentang Hubungan yang Sehat

Anak-anak fatherless mungkin memiliki pertanyaan atau kebingungan tentang hubungan keluarga yang sehat. Berikan bimbingan mengenai bagaimana hubungan keluarga dan sosial yang baik serta komunikasi yang sehat. Bimbingan ini penting untuk membangun konsep hubungan yang positif di masa depan.

Bantu anak untuk terbuka dan berbagi perasaannya. Ajak berdiskusi mengenai nilai-nilai kasih sayang, kejujuran, dan komunikasi terbuka dalam keluarga. Ketika anak paham tentang nilai ini, ia akan lebih mudah menjalin hubungan yang sehat di kemudian hari.

5. Memberikan Akses ke Dukungan Psikologis atau Terapi

Jika diperlukan, dukungan psikologis seperti konseling atau terapi dapat membantu anak mengatasi perasaan negatif yang mungkin timbul karena ketiadaan sosok ayah. Terapis profesional bisa memberikan bimbingan dalam mengelola emosi serta membantu anak membangun konsep diri yang positif dan sehat.

Cari psikolog anak atau konselor di lingkungan sekitar yang memiliki pengalaman menangani kasus serupa. Jangan ragu untuk berkonsultasi jika anak menunjukkan tanda-tanda kesulitan emosional atau perilaku yang mengarah pada krisis identitas.

6. Menumbuhkan Semangat dan Nilai Positif dalam Diri Anak

Anak yang tumbuh tanpa ayah mungkin merasa kurang berharga atau berbeda dari anak-anak lain. Oleh karena itu, penting untuk menanamkan nilai bahwa setiap anak memiliki potensi yang sama untuk berkembang dan berprestasi. Fokuskan perhatian pada kekuatan dan bakat anak agar ia merasa dihargai dan memiliki motivasi untuk maju.

Dorong anak untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya, baik di bidang akademik, seni, maupun olahraga. Dengan menyadari kelebihan yang dimiliki, anak akan merasa lebih bersemangat untuk mengembangkan dirinya.

7. Jaga Keseimbangan Antara Kedisiplinan dan Kasih Sayang

Figur ayah sering kali dikaitkan dengan kedisiplinan dalam mendidik anak. Namun, ibu atau keluarga lain yang hadir juga bisa menerapkan pola kedisiplinan dengan penuh kasih sayang. Pengaturan batas dan aturan yang konsisten tetap penting agar anak tumbuh dalam struktur yang mendukung perkembangan moral dan emosionalnya.

Buat aturan sederhana yang disepakati bersama, dan terapkan secara konsisten. Namun, selalu sertai dengan penjelasan yang penuh kasih sayang agar anak memahami tujuan dari aturan tersebut.

Menghadapi Fenomena Fatherless dengan Bijak

Fenomena fatherless bisa berdampak pada perkembangan anak, tetapi bukanlah hambatan yang tidak dapat diatasi. Melalui dukungan emosional, figur panutan yang positif, dan bimbingan dalam mengelola emosi, anak-anak tetap dapat tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, percaya diri, dan memiliki hubungan sosial yang sehat.

Penting bagi orang tua atau pengasuh untuk selalu hadir secara emosional dan mendukung anak dalam mengembangkan potensi dirinya. Dengan demikian, ketiadaan sosok ayah tidak akan menjadi penghalang bagi anak untuk mencapai masa depan yang bahagia dan bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun