Di banyak negara, termasuk Amerika Serikat, penggunaan data anak di bawah umur untuk iklan atau pengumpulan data menjadi perhatian serius. Di Eropa, peraturan seperti GDPR telah diberlakukan untuk melindungi data anak-anak, tetapi ancaman ini tetap ada di banyak negara lain yang belum memiliki perlindungan yang ketat.
4. Tekanan Sosial dan Kesehatan Mental Anak di Masa Depan
Foto-foto yang menunjukkan momen-momen kehidupan anak, seperti ulang tahun, prestasi, atau bahkan kejadian lucu atau memalukan, mungkin tampak tidak berbahaya sekarang. Namun, saat anak-anak tumbuh dewasa, mereka mungkin merasa terganggu atau malu dengan postingan tersebut, yang dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka.
Banyak ahli kesehatan mental menekankan bahwa identitas digital yang dibentuk sejak kecil tanpa persetujuan dapat menimbulkan tekanan sosial bagi anak, terutama ketika mereka memasuki usia remaja.
5. Menanamkan Gaya Hidup yang Terlalu Terbuka di Media Sosial
Ketika anak-anak terbiasa melihat orang tua mereka sering membagikan setiap momen pribadi di media sosial, hal ini dapat mempengaruhi cara pandang mereka terhadap privasi.
Anak-anak bisa tumbuh dengan pemahaman bahwa segala sesuatu yang mereka alami harus dipublikasikan, sehingga melanggengkan budaya over-sharing yang mungkin membawa dampak buruk bagi kehidupan sosial dan privasi mereka kelak.
Cara Bijak Menghadapi Fenomena Sharenting
Memahami dampak-dampak negatif di atas, penting bagi para orang tua untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial terkait kehidupan anak-anak mereka. Berikut adalah beberapa tips yang bisa dilakukan:
1. Tanyakan pada Anak Sebelum Membagikan
Jika anak sudah cukup besar untuk memahami, ajak mereka berdiskusi tentang apa yang ingin dibagikan. Hal ini membantu anak untuk merasa dihargai dan memberikan kontrol atas bagaimana mereka ingin dikenal di dunia maya. Jika mereka tidak nyaman, hormati keputusan tersebut.
2. Pahami Risiko dan Batasi Informasi yang Dibagikan