Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fenomena "Hidup Dalam Kesepian": Pentingnya Membangun Kembali Koneksi Manusia di Era Digital

28 Oktober 2024   12:35 Diperbarui: 28 Oktober 2024   13:02 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah hiruk-pikuk kota besar di berbagai negara maju, hidup sering kali terasa penuh kesibukan namun jauh dari kehangatan. Beberapa dekade terakhir ini, Kota Seoul Korea Selatan menghadapi fenomena yang mengkhawatirkan: semakin banyak warganya yang hidup dalam kesepian hingga berakhir tragis.

Menanggapi situasi ini, pemerintah setempat meluncurkan program senilai lebih dari Rp5 triliun untuk mencegah kematian akibat kesepian, serta memperbaiki kualitas hidup warganya.

Apa yang bisa kita pelajari dari fenomena ini? Bagaimana seharusnya kita memandang relasi sosial dan pentingnya koneksi manusia, terutama di tengah masyarakat modern yang kerap merasa hidup kesepian di tengah keramaian?

Fenomena Kesepian di Kota Besar: Sebuah Realitas di Era Modern

Kesepian telah menjadi fenomena global di kota-kota besar. Seoul bukanlah satu-satunya kota yang menghadapi masalah ini; penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesepian di perkotaan besar di beberapa Negara, seperti Tokyo, New York, dan London, juga meningkat tajam.

Menurut survei global yang dilakukan oleh YouGov, lebih dari sepertiga orang dewasa di negara-negara maju merasa kesepian secara kronis. Di Korea Selatan, fenomena "godoksa" atau "kematian akibat kesepian" telah menjadi isu serius, di mana banyak warga, terutama yang berusia lanjut atau tinggal sendiri, mengalami isolasi sosial yang parah. Sedangkan di Jepang fenomena hidup dalam kesepian dinamakan Hikikomori

Para ahli mengaitkan peningkatan kesepian ini dengan gaya hidup urban yang cenderung individualistik, laju hidup yang cepat, dan ketergantungan pada teknologi. 

Meskipun teknologi memungkinkan kita untuk terhubung dengan siapa pun kapan saja, paradoksnya, masyarakat modern justru sering kali merasakan kekosongan dan kekurangan interaksi tatap muka yang bermakna.

Hikmah dari Fenomena Kesepian: Mengapa Kita Perlu Menghargai Koneksi Manusia

Kisah-kisah ini mengajarkan kepada kita betapa pentingnya membangun relasi sosial yang mendalam dan bermakna. Berikut adalah beberapa hikmah yang bisa diambil dari fenomena kesepian di kota besar:

1. Kesehatan Mental yang Bergantung pada Koneksi Sosial

Kesepian kronis dapat berdampak langsung pada kesehatan mental. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa isolasi sosial dapat meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan bahkan memperpendek harapan hidup.

Para ilmuwan menemukan bahwa kesepian memiliki dampak yang setara dengan merokok 15 batang rokok per hari terhadap kesehatan fisik. Ini membuktikan bahwa koneksi manusia bukan hanya kebutuhan sosial, tetapi juga kebutuhan psikologis dan fisik yang esensial.

2. Menjaga Interaksi Tatap Muka di Era Digital

Di tengah digitalisasi, banyak orang lebih mengandalkan komunikasi melalui layar, baik itu media sosial, pesan instan, atau panggilan video. Meskipun ini mempermudah komunikasi, interaksi tatap muka tetap tidak tergantikan dalam membangun ikatan emosional yang kuat.

Sentuhan, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh adalah elemen yang penting untuk menciptakan kedekatan. Tanpa interaksi langsung, hubungan sosial bisa menjadi dangkal dan kurang bermakna.

3. Membangun Komunitas sebagai Bentuk Dukungan Sosial

Salah satu solusi yang ditawarkan pemerintah Seoul adalah dengan membentuk komunitas sosial yang memberikan dukungan bagi warga yang merasa kesepian. Melalui komunitas, orang dapat berbagi cerita, belajar, dan saling membantu.

Di Indonesia, kita dapat belajar dari program serupa dengan membangun komunitas-komunitas lokal, seperti klub membaca, kelompok olahraga, atau komunitas seni, yang tidak hanya menambah keterampilan baru tetapi juga membangun ikatan sosial yang kuat.

4. Mengapresiasi Waktu Bersama Orang Terkasih

Dalam kehidupan modern yang sibuk, sering kali kita merasa sulit untuk meluangkan waktu bagi keluarga atau teman-teman. Fenomena ini mengingatkan kita untuk lebih mengutamakan waktu yang berkualitas bersama orang-orang terdekat.

Penelitian menunjukkan bahwa memiliki ikatan yang erat dengan orang terkasih dapat meningkatkan rasa bahagia, mengurangi stres, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

5. Kesadaran tentang Empati dan Solidaritas Sosial

Fenomena kesepian di Seoul mengingatkan kita akan pentingnya saling peduli dan empati dalam masyarakat. Di kota besar yang sering kali membuat warganya terisolasi, empati dan solidaritas sosial bisa menjadi jembatan untuk membangun kembali ikatan antarindividu. 

Berbagi waktu dan perhatian kepada orang lain, sekecil apa pun, dapat memberikan rasa berharga yang sangat berarti.

Langkah-Langkah Sederhana untuk Mengatasi Hidup Kesepian dan Membangun Koneksi Sosial

1. Luangkan Waktu untuk Berinteraksi Tatap Muka

Cobalah untuk mengurangi penggunaan gadget ketika berada di lingkungan sosial. Fokuskan perhatian pada orang-orang di sekitar kita, seperti keluarga, teman, atau rekan kerja. Bertemu secara langsung dan berbicara dari hati ke hati akan membuat interaksi menjadi lebih bermakna.

2. Bergabung dalam Komunitas Lokal  

Terlibat dalam komunitas atau klub yang memiliki kesamaan minat adalah cara efektif untuk membangun koneksi. Misalnya, mengikuti kegiatan olahraga bersama, kelas memasak, atau bergabung dalam gerakan sosial dapat membantu kita bertemu orang-orang baru dan memperluas lingkaran sosial.

3. Menjaga Hubungan dengan Teman dan Keluarga

Sering kali kita terlalu sibuk hingga lupa menghubungi teman-teman lama atau saudara. Luangkan waktu secara rutin untuk mengirim pesan atau melakukan panggilan video, dan jika memungkinkan, rencanakan pertemuan berkala untuk menjaga hubungan tetap erat.

4. Mengurangi Ketergantungan pada Media Sosial

Media sosial sering kali membuat kita terjebak dalam ilusi koneksi, padahal yang sebenarnya kita butuhkan adalah koneksi nyata. Cobalah untuk membatasi waktu di media sosial dan alihkan perhatian ke aktivitas sosial yang bisa dilakukan secara langsung.

5. Berlatih Empati dan Mendukung Orang Lain

Terkadang, memberikan dukungan kepada orang lain bisa menjadi cara efektif untuk mengurangi rasa kesepian. Dengan mendengarkan dan membantu orang lain, kita tidak hanya membangun koneksi tetapi juga memberikan makna lebih dalam hidup kita.

Refleksi Akhir: Merajut Kembali Kehangatan di Tengah Kehidupan Modern

Fenomena kesepian di Seoul menunjukkan bahwa modernitas dan teknologi tidak selalu membawa kebahagiaan jika tidak diimbangi dengan koneksi sosial yang kuat.

Di tengah kesibukan dan kemajuan digital, kita perlu mengingat betapa pentingnya kembali merajut interaksi yang hangat, bukan hanya melalui layar tetapi juga dalam kehidupan nyata.

Hari ini, mari kita jadikan refleksi ini sebagai pengingat untuk saling mendukung, menjaga empati, dan menciptakan ruang-ruang sosial yang bermakna.

Saatnya kita menjadi peka terhadap kebutuhan orang-orang di sekitar kita dan belajar untuk saling peduli. Di sinilah arti sejati dari kehidupan modern: bukan hanya seberapa cepat kita bergerak maju, tetapi seberapa hangat kita mengulurkan tangan kepada sesama.

Mari membangun kota yang penuh kehangatan, di mana setiap warganya merasa dilihat, didengar, dan dihargai.

Semoga bermanfaat...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun