Selain itu, teknologi digital dan Internet of Things (IoT) dalam pertanian membantu petani meningkatkan efisiensi dengan memonitor kelembaban tanah, cuaca, dan kondisi tanaman secara real-time.
4. Komitmen Pemerintah dalam Swasembada Pangan
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan telah menunjukkan komitmen serius untuk mengurangi impor pangan.
Program-program seperti pembangunan irigasi, subsidi pupuk, dan penyuluhan bagi petani menjadi langkah untuk memperkuat sektor pertanian domestik. Selain itu, rencana pembangunan Food Estate di Kalimantan dan Sumatra juga menjadi bagian dari strategi besar swasembada pangan.
Hambatan yang Menghadang Swasembada Pangan
1. Degradasi dan Konversi Lahan Pertanian
Konversi lahan pertanian menjadi lahan perkotaan dan industri semakin meningkat. BPS mencatat bahwa setiap tahun terjadi alih fungsi lahan sekitar 150.000 hektar.
Penurunan lahan pertanian ini mengancam kapasitas produksi dalam negeri. Selain itu, masalah degradasi tanah akibat penggunaan pestisida berlebih dan perubahan iklim juga turut mengurangi kualitas lahan pertanian.
2. Tantangan Perubahan Iklim
Perubahan iklim berdampak pada ketidakpastian musim tanam, pola hujan, serta meningkatnya risiko bencana alam seperti banjir dan kekeringan.
Kondisi ini mempengaruhi produktivitas tanaman dan mengakibatkan gagal panen di beberapa daerah. Dampak perubahan iklim juga mempercepat munculnya hama dan penyakit tanaman yang baru, yang sulit dikendalikan oleh petani.
3. Ketergantungan Terhadap Impor Pangan Tertentu
Indonesia masih mengimpor beberapa bahan pangan utama, terutama gandum, kedelai, gula, dan bawang putih. Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan, pada 2022 Indonesia mengimpor sekitar 2 juta ton kedelai untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tahu dan tempe.
Ketergantungan pada impor pangan mengurangi kemandirian dalam sektor pangan dan membuat Indonesia rentan terhadap fluktuasi harga pangan global.