Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Fenomena Doom Spending: Bukti Rendahnya Literasi Finansial Gen Z dan Solusinya

24 Oktober 2024   15:31 Diperbarui: 24 Oktober 2024   15:34 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena doom spending, atau pengeluaran yang impulsif akibat perasaan stres, kecemasan, atau ketidakpastian, semakin marak di kalangan Gen Z. Generasi yang dikenal sangat akrab dengan teknologi ini, sering kali terjebak dalam gaya hidup konsumtif yang dipicu oleh tekanan sosial, promosi daring, dan kemudahan akses terhadap produk melalui aplikasi belanja.

Sayangnya, perilaku ini memperlihatkan bahwa literasi finansial di kalangan Gen Z masih rendah, sehingga mengakibatkan mereka kesulitan mengatur keuangan dengan bijak.

Menyikapi fenomena ini, peran orang tua, sekolah, dan pemerintah sangat penting dalam membantu Gen Z memahami pentingnya manajemen keuangan yang baik. Artikel ini akan membahas penyebab doom spending di kalangan Gen Z dan memberikan solusi melalui pendidikan finansial yang melibatkan berbagai pihak.

Mengapa Gen Z Rentan Terhadap Doom Spending?

1. Tekanan Sosial dan Gaya Hidup Konsumtif

Media sosial menjadi panggung besar bagi banyak Gen Z untuk membandingkan gaya hidup mereka dengan orang lain. Tren seperti belanja untuk "mood booster" atau "retail therapy" sering dipromosikan oleh influencer yang membuat belanja impulsif terlihat normal.

2. Kemudahan Akses Belanja Online

Platform e-commerce dan aplikasi belanja menawarkan kemudahan dan promosi tanpa henti. Dengan satu klik, mereka bisa membeli apa saja, di mana saja, tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap keuangan mereka.

3. Kurangnya Pendidikan Finansial Sejak Dini  

Banyak Gen Z tidak dibekali dengan pengetahuan finansial yang cukup untuk mengelola pendapatan dan pengeluaran mereka. Mereka sering kali tidak paham bagaimana merencanakan anggaran, menabung, atau menginvestasikan uang.

Solusi Mengatasi Doom Spending

Untuk menekan fenomena doom spending, literasi finansial harus menjadi prioritas utama. Di sinilah peran orang tua, sekolah, dan pemerintah menjadi sangat penting dalam memberikan edukasi finansial kepada Gen Z.

1. Peran Orang Tua: Mengajarkan Literasi Finansial Sejak Dini

Orang tua adalah guru pertama bagi anak-anak dalam hal mengelola uang. Salah satu cara efektif untuk mencegah doom spending adalah dengan mengajarkan literasi finansial sejak dini. Orang tua bisa mulai dari hal-hal sederhana, seperti memberikan uang saku yang diatur dengan cermat, mengenalkan konsep menabung, dan membantu anak membuat rencana anggaran kecil.

Langkah praktis yang dapat dilakukan orang tua:

- Diskusi terbuka tentang keuangan:

Bicarakan tentang anggaran keluarga, pengeluaran, dan tujuan menabung. Ajak anak memahami pentingnya mengatur uang secara bijak.

- Berikan contoh nyata:

Anak cenderung meniru perilaku orang tua, jadi penting bagi orang tua untuk menunjukkan perilaku keuangan yang bertanggung jawab.

- Melibatkan anak dalam keputusan finansial sederhana:

Misalnya, ajak mereka memilih antara menabung untuk barang yang mereka inginkan atau menggunakan uang untuk hal-hal yang lebih mendesak.

2. Peran Sekolah: Memasukkan Literasi Finansial dalam Kurikulum

Sekolah juga memegang peran kunci dalam mengedukasi Gen Z mengenai pentingnya literasi finansial. Menyertakan mata pelajaran keuangan dalam kurikulum akan membantu siswa memahami konsep dasar seperti pengelolaan anggaran, menabung, investasi, dan risiko utang. Hal ini akan mempersiapkan mereka untuk menghadapi kehidupan keuangan nyata setelah lulus sekolah.

Beberapa ide yang bisa diterapkan di sekolah:

- Simulasi keuangan:

Sekolah bisa mengadakan program simulasi seperti "market day" atau "financial challenge" di mana siswa belajar mengelola uang dalam situasi yang mendekati kehidupan nyata.

- Edukasi digital tentang keuangan:

Mengingat Gen Z sangat akrab dengan teknologi, sekolah bisa memanfaatkan aplikasi atau platform digital yang menyediakan materi pembelajaran tentang manajemen keuangan.

- Kolaborasi dengan praktisi keuangan:

Menghadirkan ahli keuangan atau pengusaha untuk memberikan seminar atau pelatihan seputar literasi finansial kepada siswa.

3. Peran Pemerintah: Menciptakan Kebijakan dan Program Literasi Finansial

Pemerintah perlu menginisiasi kebijakan yang mendorong peningkatan literasi finansial di kalangan generasi muda. Program literasi keuangan harus menjadi bagian dari strategi nasional untuk menciptakan generasi yang lebih cerdas dalam mengelola uang.

Langkah yang bisa dilakukan pemerintah:

- Mengadakan kampanye literasi finansial secara nasional:

Pemerintah bisa bekerja sama dengan lembaga keuangan, sekolah, dan komunitas untuk menyelenggarakan seminar, lokakarya, atau kampanye di media sosial mengenai pentingnya literasi finansial.

- Regulasi terkait transaksi online:

Pemerintah dapat mengatur promosi belanja daring agar tidak terlalu agresif dan memberikan informasi yang lebih transparan mengenai risiko utang atau pembelian secara kredit.

- Memberikan insentif bagi perusahaan fintech untuk menyediakan edukasi keuangan:

Misalnya, aplikasi keuangan bisa diwajibkan memiliki fitur edukasi literasi finansial yang dapat diakses penggunanya.

Peran Generasi Z Sendiri

Meskipun dukungan dari keluarga, sekolah, dan pemerintah sangat penting, Gen Z juga perlu proaktif dalam memperbaiki kebiasaan keuangan mereka. Beberapa langkah yang bisa diambil termasuk:

- Mencari informasi mengenai literasi finansial dari buku, kursus online, atau komunitas yang menyediakan edukasi keuangan.

- Membuat anggaran dan menetapkan tujuan keuangan yang realistis untuk jangka pendek maupun panjang.

- Mengurangi pengeluaran impulsif dengan selalu mempertimbangkan dampaknya terhadap kesehatan keuangan jangka panjang.

Fenomena doom spending yang kian marak di kalangan Gen Z adalah cerminan dari rendahnya literasi finansial, yang dipengaruhi oleh tekanan sosial, mudahnya akses belanja online, dan kurangnya edukasi tentang manajemen keuangan.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan peran aktif dari orang tua, sekolah, dan pemerintah dalam memberikan edukasi keuangan yang lebih baik. 

Dengan langkah-langkah kolaboratif, Gen Z dapat menjadi generasi yang lebih cerdas dalam mengelola keuangan, menghindari jebakan gaya hidup konsumtif, dan mempersiapkan masa depan yang lebih stabil secara finansial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun