Salah satu kekuatan Dedi Mulyadi adalah pendekatannya yang berbasis kearifan lokal. Gaya komunikasinya yang santai, humoris, dan sering kali menggunakan bahasa Sunda membuatnya dekat di hati masyarakat.
Ia mampu mengangkat isu-isu lokal dan kebutuhan masyarakat desa yang kerap diabaikan, sehingga memberikan sentuhan personal dalam kampanyenya.
3. Koalisi Partai yang Kuat
Dukungan partai politik besar di belakang pasangan ini juga menjadi faktor penting yang menguntungkan. Koalisi partai  yang terdiri dari Partai Demokrat, Partai Gerinda, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, Partai Solidaritas Indonesia, Partai Amanat Nasional, dan sembilan partai nonparlemen. Semuanya  solid memberikan modal logistik dan jaringan yang kuat untuk memperluas basis pemilih serta memperkuat mesin politik mereka di tingkat akar rumput.
Kelemahan yang Perlu Diantisipasi
Di balik potensi yang dimiliki, pasangan Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan juga menghadapi sejumlah tantangan dan kelemahan yang dapat memengaruhi hasil suara. Beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan adalah:
1. Citra Kontroversial dan Kritik Terhadap Rekam Jejak
Dedi Mulyadi, meskipun populer, tidak terlepas dari kontroversi. Beberapa kebijakan dan langkah politiknya di masa lalu sempat menuai kritik, baik dari masyarakat maupun lawan politik.
Isu-isu seperti tuduhan nepotisme atau kebijakan yang dianggap tidak pro-rakyat mungkin akan diangkat oleh lawan politik untuk menyerang dan melemahkan elektabilitasnya.
Erwan Setiawan, meskipun memiliki rekam jejak yang baik, belum tentu memiliki popularitas sebesar Dedi. Hal ini bisa menjadi tantangan dalam meyakinkan pemilih, terutama di wilayah-wilayah yang belum mengenalnya secara personal.
2. Kesulitan Menjangkau Pemilih Muda