Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Benarkah Kekerasan Emosional Menjadi Pemicu Kekerasan pada Remaja?

9 Oktober 2024   08:30 Diperbarui: 9 Oktober 2024   08:32 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kekerasan emosional (sumber gambar:Freepik)

Kekerasan di kalangan remaja adalah masalah serius yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan sosial, emosional, dan akademis. Selama ini, kekerasan fisik sering kali mendapatkan perhatian lebih, tetapi bagaimana dengan kekerasan emosional? Apakah mungkin bahwa kekerasan emosional, yang sering kali tersembunyi dan tidak terlihat, berperan sebagai pemicu utama bagi perilaku kekerasan di kalangan remaja?

1. Apa Itu Kekerasan Emosional?

Kekerasan emosional adalah tindakan yang bertujuan untuk merendahkan, menghina, atau mengontrol seseorang melalui kata-kata atau perilaku yang menyakitkan secara psikologis. Contohnya meliputi penghinaan, ejekan, manipulasi, pengabaian, atau ancaman. 

Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, dampak psikologis dari kekerasan emosional dapat sama destruktifnya, bahkan lebih berbahaya, karena tidak mudah terlihat dan sering kali diabaikan.

Studi dari American Journal of Public Health pada tahun 2021 menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja yang mengalami kekerasan emosional cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan perilaku agresif atau kekerasan saat mereka tumbuh. 

Mereka yang terus-menerus menerima pelecehan verbal atau diabaikan secara emosional memiliki kecenderungan untuk mengekspresikan kemarahan dan rasa frustrasi mereka melalui tindakan kekerasan terhadap orang lain atau diri mereka sendiri.

2. Mengapa Kekerasan Emosional Menjadi Pemicu Kekerasan pada Remaja?

Kekerasan emosional dapat meninggalkan luka mendalam yang memengaruhi kesehatan mental remaja dan perilaku mereka. Berikut adalah beberapa alasan mengapa kekerasan emosional dapat memicu kekerasan pada remaja:

- Kehilangan Harga Diri dan Identitas Diri: 

Remaja yang tumbuh dalam lingkungan di mana mereka sering diejek, direndahkan, atau diabaikan, cenderung memiliki harga diri yang rendah. Mereka mungkin merasa tidak berharga, tidak dicintai, atau bahkan tidak diinginkan. 

Hal ini dapat menyebabkan perasaan marah dan frustrasi yang terpendam, yang akhirnya meledak menjadi perilaku kekerasan sebagai bentuk kompensasi atau pertahanan diri.

- Meniru Pola Kekerasan yang Diterima: 

Dalam banyak kasus, remaja yang tumbuh dengan kekerasan emosional cenderung meniru perilaku yang mereka alami. Jika seorang remaja terbiasa dengan ejekan atau penghinaan di rumah atau di lingkungan sosialnya, mereka bisa menginternalisasi bahwa perilaku tersebut adalah cara yang dapat diterima untuk mengekspresikan perasaan atau menghadapi konflik.

- Mekanisme Pertahanan dan Eksklusi Sosial: 

Remaja yang sering mengalami kekerasan emosional mungkin merasa terisolasi dan ditolak oleh lingkungan sosial mereka. Akibatnya, mereka cenderung menggunakan kekerasan sebagai mekanisme pertahanan untuk melindungi diri dari rasa sakit emosional yang lebih lanjut atau untuk mendapatkan perhatian dari orang lain.

3. Data dan Analisis Kekerasan Emosional dan Dampaknya pada Remaja

Penelitian dari National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) pada tahun 2022 menunjukkan bahwa sekitar 30% remaja yang mengalami kekerasan emosional di rumah atau lingkungan sekolah memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terlibat dalam tindakan kekerasan fisik dibandingkan dengan remaja yang tidak mengalami kekerasan emosional. 

Data tersebut memperkuat dugaan bahwa pengalaman kekerasan emosional di masa remaja berdampak langsung pada perilaku agresif atau kekerasan.

Sebuah studi lain dari Journal of Adolescent Health (2021) mengungkapkan bahwa remaja yang mengalami kekerasan emosional berulang kali memiliki tingkat risiko depresi, kecemasan, dan gangguan perilaku yang lebih tinggi. 

Mereka juga memiliki kecenderungan untuk terlibat dalam perilaku merusak diri sendiri, seperti penyalahgunaan zat atau tindakan kekerasan terhadap sesama remaja.

4. Langkah-Langkah untuk Mengatasi Kekerasan Emosional dan Dampaknya

Kekerasan emosional pada remaja adalah masalah yang harus ditangani dengan serius untuk mencegah dampak jangka panjang dan perilaku kekerasan. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah ini:

- Pendidikan Emosional dan Psikologis di Sekolah: 

Sekolah dapat menjadi tempat yang efektif untuk mengajarkan pendidikan emosional dan psikologis bagi remaja. Program-program yang menekankan pentingnya memahami dan mengelola emosi, serta mengajarkan cara berkomunikasi secara sehat, dapat membantu remaja mengatasi konflik tanpa menggunakan kekerasan.

- Peningkatan Kesadaran Orang Tua dan Lingkungan: 

Orang tua dan lingkungan sekitar memiliki peran besar dalam membentuk perkembangan emosional remaja. Penting untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya kekerasan emosional dan memberikan dukungan bagi orang tua untuk mengembangkan pola asuh yang lebih positif dan mendukung.

- Dukungan Psikologis dan Terapi: 

Remaja yang mengalami kekerasan emosional perlu mendapatkan dukungan dari profesional kesehatan mental. Terapi psikologis dapat membantu mereka memahami dan mengelola emosi mereka, serta memberikan alat untuk mengatasi trauma dan membangun harga diri yang lebih sehat.

5. Pentingnya Pendekatan Holistik untuk Menghentikan Kekerasan pada Remaja

Kekerasan emosional adalah pemicu yang kuat bagi kekerasan di kalangan remaja, tetapi ini bukan masalah yang berdiri sendiri. Untuk benar-benar mengatasi perilaku kekerasan, pendekatan holistik yang melibatkan berbagai pihak sangat diperlukan. 

Pemerintah, sekolah, keluarga, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi remaja, di mana mereka merasa dihargai dan didengarkan.

Selain itu, diperlukan program-program rehabilitasi dan intervensi dini bagi remaja yang sudah menunjukkan tanda-tanda perilaku kekerasan. Dengan memberikan dukungan psikologis dan alternatif positif bagi mereka untuk mengekspresikan emosi dan membangun hubungan sosial yang sehat, kita dapat mengurangi potensi kekerasan di masa depan.

Kekerasan emosional adalah salah satu pemicu utama kekerasan pada remaja. Meski tidak selalu terlihat secara fisik, dampaknya bisa sangat menghancurkan bagi perkembangan emosional dan sosial remaja. 

Dengan meningkatkan kesadaran dan mengambil langkah-langkah preventif, kita dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan aman bagi generasi muda, sehingga mereka tidak lagi terjebak dalam lingkaran kekerasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun