Merasa lelah dan tidak bersemangat setelah berkendara di tengah kemacetan.
- Reaksi Fisik:Â
Tekanan darah meningkat, denyut jantung bertambah cepat, atau bahkan sesak napas saat terjebak dalam kemacetan.
Sebuah penelitian yang diterbitkan di International Journal of Environmental Research and Public Health pada 2021 menyatakan bahwa stres akibat lalu lintas dapat memicu respons fight or flight pada tubuh.Â
Respons ini meningkatkan produksi hormon stres seperti kortisol, yang jika terjadi secara berlebihan dan berkepanjangan, dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental seseorang.
Dampak Traffic Stress Syndrome pada Kesehatan
Paparan stres lalu lintas yang terus-menerus bukan hanya memengaruhi kesehatan mental, tetapi juga fisik. Berikut beberapa dampaknya:
- Masalah Kardiovaskular:Â
Stres kronis akibat kemacetan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan detak jantung, yang meningkatkan risiko penyakit jantung.
- Gangguan Tidur:Â
Stres dan kecemasan akibat pengalaman lalu lintas dapat mengganggu pola tidur seseorang, sehingga menyebabkan masalah seperti insomnia.
- Penurunan Kualitas Hidup:Â
Terjebak dalam kemacetan setiap hari dapat mengurangi waktu yang dihabiskan dengan keluarga dan mengurangi waktu untuk aktivitas yang menyenangkan, sehingga menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Menurut World Health Organization (WHO), stres yang berkepanjangan akibat kondisi lingkungan, termasuk lalu lintas, dapat memperburuk kondisi kesehatan umum dan meningkatkan risiko penyakit kronis seperti hipertensi dan gangguan metabolik.
Solusi untuk Mengatasi Traffic Stress Syndrome
Meskipun kemacetan lalu lintas sulit dihindari, ada beberapa strategi yang dapat membantu mengurangi dampak negatif dari *Traffic Stress Syndrome*:
- Rencanakan Rute dan Waktu Perjalanan:Â
Memilih waktu perjalanan yang kurang padat atau menggunakan aplikasi navigasi untuk menghindari titik kemacetan dapat mengurangi paparan stres.