Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

PayLater adalah Maut, Tips Bijak Menggunakan Pay Later, Hindari Jebakan Utang

7 Oktober 2024   12:32 Diperbarui: 7 Oktober 2024   12:35 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Layanan "Pay Later" semakin populer di Indonesia, terutama di kalangan anak muda dan pekerja Milenial yang menginginkan kemudahan berbelanja tanpa harus membayar langsung. 

Berdasarkan laporan dari Bank Indonesia (2023), penggunaan pay later di Indonesia meningkat sebesar 45% dalam dua tahun terakhir, menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap metode pembayaran ini. Namun, kemudahan ini sering kali menjerat pengguna dalam lingkaran utang yang sulit diatasi. 

Dalam tulisan kali ini akan membahas jebakan yang tersembunyi di balik pay later dan memberikan tips bijak untuk menggunakan layanan ini secara aman dan bertanggung jawab.

Mengapa Pay Later Menjadi "Maut"?

1. Bunga dan Biaya Layanan yang Tinggi

Banyak platform pay later menawarkan kemudahan tanpa bunga pada pembayaran pertama. Namun, jika pembayaran tertunda atau pengguna memilih cicilan, bunga dan biaya layanan yang dikenakan bisa sangat tinggi. 

Menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK, 2023), bunga pay later di Indonesia bisa mencapai 2-4% per bulan, yang jika diakumulasi bisa jauh lebih tinggi daripada kartu kredit. Selain itu, beberapa platform juga mengenakan biaya tambahan untuk keterlambatan pembayaran, yang dapat menambah beban keuangan.

2. Kecenderungan Konsumsi Berlebihan (Impulse Buying)  

Pay later mendorong konsumen untuk berbelanja lebih banyak karena mereka tidak perlu membayar langsung. Penelitian dari Nielsen (2022) menunjukkan bahwa 60% pengguna pay later cenderung melakukan pembelian impulsif lebih sering dibandingkan mereka yang membayar dengan uang tunai. 

Hal ini disebabkan oleh perasaan "tidak mengeluarkan uang" saat bertransaksi, yang akhirnya mendorong perilaku konsumtif yang berlebihan.

3. Penumpukan Utang yang Tidak Terlihat 

Pengguna pay later sering kali tidak menyadari seberapa besar utang mereka telah menumpuk hingga jatuh tempo. Karena proses pembayarannya mudah dan dapat dilakukan dalam beberapa klik, banyak pengguna merasa aman untuk terus menggunakan pay later tanpa menghitung total utang yang mereka miliki. 

Mengutip data dari Statista (2023) mengungkapkan bahwa 32% pengguna pay later di Asia Tenggara mengalami kesulitan melunasi utang mereka karena mereka kehilangan jejak terhadap jumlah total tagihan.

Tips Bijak Menggunakan Pay Later

1. Gunakan Pay Later Hanya untuk Kebutuhan Mendesak  

Pastikan pay later digunakan hanya untuk kebutuhan yang benar-benar penting dan mendesak, bukan untuk keinginan atau pembelian impulsif. Sebelum menggunakan layanan ini, tanyakan pada diri sendiri apakah barang atau layanan tersebut benar-benar dibutuhkan atau hanya sekadar keinginan sesaat.

2. Pahami Syarat dan Ketentuan dengan Baik  

Sebelum menggunakan pay later, penting untuk memahami syarat dan ketentuan yang berlaku, termasuk bunga, biaya keterlambatan, dan skema pembayaran. OJK selalu mengingatkan konsumen untuk berhati-hati dalam menggunakan layanan keuangan digital dan memastikan mereka memahami risiko yang terkait.

3. Tetapkan Batas Pengeluaran dan Sesuaikan dengan Pendapatan 

Tentukan batas maksimum penggunaan pay later yang sesuai dengan penghasilan bulanan. Idealnya, total cicilan pay later tidak boleh melebihi 30% dari pendapatan bulanan. Ini penting untuk menjaga kesehatan keuangan dan memastikan ada dana cadangan untuk kebutuhan lain.

4. Prioritaskan Pembayaran Tepat Waktu 

Agar tidak terjebak dalam bunga tinggi dan biaya keterlambatan, pastikan selalu membayar tagihan pay later tepat waktu. Manfaatkan fitur pengingat yang disediakan platform atau buat catatan pribadi untuk mengingat jatuh tempo pembayaran. Bank Indonesia menyarankan agar pengguna selalu mengatur anggaran bulanan yang mencakup pengeluaran untuk membayar cicilan.

5. Gunakan Hanya Satu Platform Pay Later

Untuk menghindari kebingungan dan penumpukan utang, disarankan untuk menggunakan hanya satu platform pay later. Dengan begitu, pengguna dapat lebih mudah memantau pengeluaran dan memastikan mereka tidak terjebak dalam banyak cicilan dari berbagai platform.

Studi Kasus: Pengalaman Pengguna Pay Later

Menurut survei dari McKinsey & Company (2023), 45% pengguna pay later di Indonesia merasa sulit melunasi utang mereka dan sering kali harus membayar lebih banyak daripada jumlah awal yang dipinjam. 

Salah satu pengguna bernama Rina (27), misalnya, awalnya menggunakan pay later untuk pembelian barang elektronik dan pakaian. Tanpa disadari, ia terus menambah utang hingga mencapai 10 juta rupiah dalam tiga bulan. Karena tidak mampu membayar tepat waktu, ia akhirnya harus membayar bunga yang mengakibatkan utangnya bertambah. 

Pengalaman Rina ini mencerminkan pentingnya kesadaran dan pengelolaan yang bijak dalam menggunakan layanan pay later. Meskipun terlihat mudah dan praktis, tanpa perencanaan yang tepat, pay later bisa menjadi "jebakan maut" yang sulit dihindari.

Pay later dapat menjadi alat yang bermanfaat jika digunakan dengan bijak, tetapi juga bisa menjadi jebakan utang jika tidak dikelola dengan hati-hati. Dengan memahami risiko yang ada dan menerapkan tips bijak dalam penggunaan pay later, pengguna dapat memanfaatkan kemudahan ini tanpa terjebak dalam lingkaran utang. 

Penting untuk selalu berhati-hati dan bertanggung jawab dalam menggunakan layanan keuangan digital, serta menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan keinginan agar tetap memiliki keuangan yang sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun