Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dampak Perubahan Iklim terhadap Kesehatan Mental Generasi Muda, Apa yang Perlu Dilakukan?

7 Oktober 2024   06:08 Diperbarui: 7 Oktober 2024   07:56 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemeriksaan kesehatan mental (sumber gambar:Kompas)

Perubahan iklim bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga krisis kesehatan mental yang semakin dirasakan oleh generasi muda. Climate anxiety---kecemasan yang terkait dengan perubahan iklim---menjadi isu nyata yang mempengaruhi jutaan orang muda di seluruh dunia. Laporan terbaru dari The Lancet (2022) menemukan bahwa 59% remaja di 10 negara merasakan kekhawatiran besar terkait masa depan mereka akibat perubahan iklim. 

Dalam tulisan ini saya akan mengeksplorasi dampak perubahan iklim terhadap kesehatan mental generasi muda dan bagaimana krisis iklim memengaruhi perasaan aman, optimisme, dan kesejahteraan psikologis mereka.

Dampak Langsung Perubahan Iklim terhadap Kesehatan Mental

1. Kecemasan dan Ketidakpastian akan Masa Depan 

Kecemasan terkait iklim meningkat secara signifikan, terutama di kalangan anak muda yang merasa masa depan mereka terancam oleh bencana lingkungan. 

Studi dari American Psychological Association (2023) menunjukkan bahwa 70% anak muda di bawah usia 25 merasa cemas tentang dampak perubahan iklim terhadap kualitas hidup mereka di masa depan. Ketidakpastian ini sering kali menyebabkan perasaan putus asa, ketakutan, dan hilangnya harapan terhadap masa depan planet.

2. Krisis Identitas dan Perasaan Ketidakberdayaan  

Perubahan iklim menciptakan rasa ketidakberdayaan di kalangan generasi muda. Mereka merasa tidak memiliki kendali atas krisis yang berkembang cepat ini, dan banyak yang merasa bahwa tindakan individu mereka tidak cukup untuk membuat perubahan signifikan. 

Hal ini memengaruhi identitas mereka sebagai agen perubahan, menciptakan perasaan ketidakmampuan untuk membuat perbedaan nyata. Studi dari Yale Program on Climate Change Communication (2023) menemukan bahwa lebih dari 45% remaja merasa putus asa tentang kemampuan mereka untuk mengubah jalannya krisis iklim.

3. Trauma Psikologis Akibat Bencana 

Iklim  Bencana alam yang lebih sering terjadi akibat perubahan iklim, seperti kebakaran hutan, banjir, dan badai, menciptakan trauma psikologis langsung pada korban, terutama anak muda. 

United Nations Children's Fund (UNICEF, 2023) melaporkan bahwa lebih dari 60 juta anak terkena dampak langsung dari bencana iklim setiap tahun, meningkatkan risiko PTSD (post-traumatic stress disorder), depresi, dan gangguan kecemasan.

 Dampak Tidak Langsung dari Perubahan Iklim

1. Kehilangan Hubungan dengan Alam

Generasi muda yang tumbuh di era urbanisasi sering kali merasa kehilangan keterhubungan dengan alam, yang sebelumnya dikenal sebagai sumber ketenangan dan stabilitas. Perubahan drastis terhadap lanskap alam---seperti hilangnya hutan, spesies yang punah, dan kerusakan ekosistem---menciptakan rasa kehilangan mendalam, yang menurut Nature Journal (2023), memicu peningkatan depresi hingga 15% di kalangan pemuda yang merasa kehilangan kontak dengan alam.

2. Inequality Stress 

Perubahan iklim sering kali memperburuk ketidakadilan sosial, dengan dampak terbesar dirasakan oleh masyarakat yang paling rentan. Generasi muda dari kalangan miskin dan kelompok minoritas merasakan beban lebih besar akibat perubahan iklim, yang memperburuk stres yang sudah ada. 

Menurut World Health Organization (2023), ketidaksetaraan ini memperparah kondisi kesehatan mental, dengan tingkat kecemasan 20% lebih tinggi di daerah yang mengalami kemiskinan dan sering terkena dampak bencana lingkungan.

Data dan Analisis

Penelitian dari The Lancet (2021) yang melibatkan lebih dari 10.000 remaja di berbagai negara menunjukkan bahwa 83% anak muda percaya bahwa manusia telah gagal merespons krisis iklim dengan serius. Hal ini memicu apa yang disebut oleh para ahli sebagai "eco-anxiety", di mana remaja merasa cemas akan masa depan planet ini dan dampaknya terhadap kehidupan mereka.

Di sisi lain, studi dari University of Bath (2022) menunjukkan bahwa 56% anak muda merasa bahwa pemerintah dan institusi global tidak cukup mengambil tindakan yang diperlukan untuk menghadapi krisis iklim. 

Perasaan ini menciptakan distrust (ketidakpercayaan) terhadap otoritas, yang pada gilirannya mempengaruhi kesehatan mental mereka dengan menciptakan perasaan keterasingan dan ketidakpastian.

Upaya Mengatasi Climate Anxiety

1. Pendidikan Iklim yang Lebih Konstruktif 

Memahami lebih dalam tentang perubahan iklim dapat membantu mengurangi kecemasan yang dirasakan oleh anak muda. Dengan memberikan pendidikan yang lebih konstruktif, seperti cara-cara individu dapat membantu memitigasi dampak perubahan iklim, mereka akan merasa lebih mampu berkontribusi positif. 

UNESCO (2023) menekankan pentingnya memasukkan pendidikan iklim ke dalam kurikulum sekolah untuk membantu siswa memahami solusi yang dapat diambil.

2. Community Engagement dan Aksi Kolektif  

Aksi kolektif dan keterlibatan dalam gerakan iklim, seperti Fridays for Future, telah menunjukkan bahwa partisipasi aktif dalam komunitas iklim membantu mengurangi perasaan tak berdaya. 

Anak muda yang merasa terlibat dalam komunitas yang berusaha untuk memerangi perubahan iklim melaporkan peningkatan rasa percaya diri dan optimisme, menurut Climate Outreach (2022).

3. Layanan Dukungan Kesehatan Mental

Dengan meningkatnya kesadaran akan dampak perubahan iklim terhadap kesehatan mental, banyak organisasi kini menyediakan layanan kesehatan mental khusus untuk membantu individu yang mengalami eco-anxiety. The Climate Psychology Alliance diantaranya menawarkan dukungan konseling bagi mereka yang merasa overwhelmed akibat perubahan iklim.

Perubahan iklim bukan hanya krisis lingkungan, tetapi juga krisis kesehatan mental, terutama di kalangan generasi muda. Dengan tingkat kecemasan yang meningkat akibat ketidakpastian masa depan, penting untuk memberikan dukungan psikologis yang lebih baik dan menciptakan lingkungan di mana generasi muda dapat terlibat dalam aksi iklim. 

Keseimbangan antara pendidikan iklim, keterlibatan dalam gerakan, dan layanan dukungan mental adalah kunci untuk membantu generasi ini menghadapi tantangan masa depan dengan lebih percaya diri dan optimis. Semoga bermanfaat..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun