Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Centang Biru di Media Sosial, Penyebab dan Krisis Pengakuan Sosial di Era Digital

3 Oktober 2024   14:37 Diperbarui: 3 Oktober 2024   15:01 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini mempertegas peran media sosial dalam menciptakan stratifikasi baru di dunia maya, di mana status dan pengakuan bisa dibeli.

Krisis Identitas di Era Digital

Fenomena centang biru juga mengarahkan kita pada isu yang lebih besar, yaitu krisis identitas di era digital. Banyak pengguna media sosial yang merasa identitas mereka sangat bergantung pada bagaimana mereka diterima dan diakui di platform-platform tersebut.

Ketika simbol-simbol status seperti centang biru menjadi penentu nilai seseorang, banyak individu terjebak dalam kecemasan akan pengakuan yang hanya bersifat digital.

Hal ini bisa menjadi bumerang bagi kesehatan mental pengguna media sosial. Penelitian dari American Psychological Association (APA) menunjukkan bahwa keterlibatan yang berlebihan di media sosial dan kebutuhan untuk mendapatkan validasi online bisa memicu kecemasan sosial, depresi, dan perasaan tidak berharga.

Solusi untuk Mengatasi Krisis Pengakuan Sosial

Untuk mengatasi fenomena ini, diperlukan langkah-langkah konkret dari berbagai pihak:

1. Pendidikan Literasi Digital

Pengguna media sosial perlu diajarkan tentang pentingnya tidak mengukur nilai diri hanya berdasarkan pengakuan digital. Edukasi mengenai literasi media harus diperkuat, terutama di kalangan anak muda yang paling rentan terhadap tekanan sosial online.

2. Membangun Keseimbangan antara Kehidupan Nyata dan Digital

Penting bagi individu untuk mengembangkan keseimbangan antara kehidupan online dan kehidupan nyata. Pengakuan dari interaksi dunia nyata harus diprioritaskan agar tidak sepenuhnya bergantung pada validasi digital.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun