Generasi Z dan Milenial sangat lekat dengan media sosial. Platform seperti Instagram, TikTok, Twitter, dan YouTube bukan hanya menjadi sumber hiburan, tetapi juga alat untuk memperoleh informasi dan membentuk opini.Â
Namun, media sosial juga kerap menjadi ladang penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan radikalisme, yang dapat berpotensi merusak nilai-nilai persatuan dan kemanusiaan yang dijunjung tinggi oleh Pancasila.
Di sinilah tantangan terbesarnya: menjadikan media sosial sebagai alat positif untuk menyebarkan nilai-nilai Pancasila. Pemerintah, pendidik, dan para influencer memiliki peran penting untuk membuat konten yang menarik dan edukatif, yang dapat mempengaruhi generasi muda untuk memahami dan menjalankan Pancasila dalam kehidupan digital mereka.Â
Kampanye kreatif berbasis nilai-nilai Pancasila, seperti kampanye toleransi, kerukunan beragama, dan solidaritas sosial, harus dipopulerkan di platform-platform ini.
3. Krisis Kepemimpinan dan Keteladanan
Generasi Z dan Milenial sangat kritis terhadap figur-figur publik dan pemimpin. Mereka tidak segan-segan mengungkapkan ketidakpuasan terhadap pejabat atau tokoh yang dianggap tidak memiliki integritas atau tidak mewakili nilai-nilai yang mereka anggap penting.Â
Sayangnya, dalam beberapa kasus, mereka melihat kurangnya keteladanan dalam penerapan nilai-nilai Pancasila oleh para pemimpin dan tokoh masyarakat.
Tantangan ini bisa diatasi dengan membentuk pemimpin yang berkarakter Pancasila, yang tidak hanya mampu berbicara tentang Pancasila, tetapi juga menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari.Â
Generasi muda membutuhkan role model yang bisa menjadi inspirasi, baik dalam bidang politik, pendidikan, bisnis, maupun sosial. Para pemimpin harus mampu menunjukkan bagaimana Pancasila dapat menjadi dasar dalam pengambilan keputusan yang adil dan berpihak pada kepentingan bersama.
4. Individualisme vs Gotong Royong
Salah satu nilai utama dalam Pancasila adalah gotong royong semangat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Namun, perkembangan teknologi dan gaya hidup modern sering kali mendorong sikap individualisme yang tinggi, di mana orang lebih fokus pada pencapaian pribadi daripada kepentingan kolektif.Â