Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Menakar Pola Kampanye "Ok Gas" Ridwan Kamil di Pilgub Jakarta

17 September 2024   12:46 Diperbarui: 18 September 2024   15:34 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pola kampanye di Indonesia telah mengalami perubahan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Kampanye politik yang dulu bersifat formal dan terstruktur kini mulai merambah gaya yang lebih fleksibel, kreatif, dan bahkan menghibur.

Salah satu kampanye yang mencuri perhatian adalah gaya kampanye "Ok Gas" yang digunakan oleh pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming. Slogan "Ok Gas" menjadi simbol kebersamaan dan semangat, yang mampu menarik perhatian generasi muda.

Kini, pola kampanye ini tampaknya akan diadopsi oleh beberapa kandidat lain, salah satunya pasangan calon gubernur di Pilkada Jakarta, Ridwan Kamil dan Suswono.

Pola Kampanye "Ok Gas", Simbol Kebersamaan dan Kesederhanaan

Slogan "Ok Gas" yang diusung Prabowo-Gibran terkesan sederhana namun memiliki makna mendalam. Kata "Ok" menunjukkan persetujuan dan kesiapan untuk bertindak, sementara "Gas" menjadi metafora untuk akselerasi atau percepatan tindakan.

Dalam konteks politik, "Ok Gas" mencerminkan semangat untuk bergerak maju dengan cepat dan tegas demi mencapai tujuan bersama.

Prabowo dan Gibran memanfaatkan slogan ini untuk merangkul para pemilih, khususnya generasi milenial dan Gen Z, yang menginginkan perubahan cepat dan terukur.

Selain itu, pola kampanye ini memanfaatkan media sosial dan platform digital sebagai sarana utama, dengan konten yang ringan, menyenangkan, namun tetap bermuatan politik.

Strategi ini tidak hanya sebatas pada slogan, tetapi juga bagaimana pasangan ini berinteraksi dengan masyarakat. Mereka memilih pendekatan yang lebih inklusif, mengandalkan dialog langsung, dan tampak tidak segan-segan untuk berbaur dengan rakyat biasa.

Hal Ini menciptakan citra yang bersahabat dan humanis, serta membangun kedekatan emosional dengan para pemilih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun