Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perlukah Melakukan Sadfishing di Media Sosial?

19 Agustus 2024   14:04 Diperbarui: 19 Agustus 2024   14:11 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Sadfishing adalah fenomena yang semakin sering ditemui di media sosial, di mana seseorang membagikan postingan yang berlebihan tentang kesedihan atau masalah pribadi dengan tujuan untuk menarik simpati atau perhatian dari pengikutnya. 

Meskipun keinginan untuk mendapatkan dukungan adalah hal yang wajar, sadfishing dapat menjadi masalah ketika tujuan utamanya adalah manipulasi emosional demi mendapatkan perhatian lebih, bukan untuk mencari bantuan yang sejati.

Alasan di balik Sadfishing 

Ada beberapa alasan mengapa seseorang mungkin terlibat dalam sadfishing. Salah satunya adalah kebutuhan mendesak untuk mendapatkan perhatian, terutama di kalangan pengguna muda yang merasa kesepian atau tidak mendapatkan cukup perhatian di dunia nyata. 

Faktor lain termasuk gaya keterikatan yang cemas, di mana individu sangat membutuhkan validasi dan takut akan penolakan. 

Terkadang, sadfishing juga dipicu oleh rasa cemburu atau ketidakpuasan terhadap kehidupan seseorang, yang menyebabkan mereka berusaha mencari pengakuan dengan cara ini

Risiko Sadfishing

Meskipun sadfishing bisa menjadi cara untuk mengekspresikan diri, fenomena ini memiliki beberapa risiko. 

Pertama, sadfishing dapat memicu reaksi negatif dari orang lain, seperti tuduhan mencari perhatian secara berlebihan, yang justru dapat memperburuk kondisi mental seseorang yang sebenarnya membutuhkan dukungan. 

Lebih jauh lagi, sadfishing bisa menarik perhatian yang tidak diinginkan, seperti cyberbullying atau bahkan ancaman dari predator online

Ada juga risiko jangka panjang, yaitu hilangnya kepercayaan dari orang-orang di sekitar. Ketika pengikut menyadari bahwa seseorang telah membesar-besarkan masalahnya untuk menarik simpati, mereka mungkin merasa ditipu dan mulai meragukan ketulusan orang tersebut di masa depan. 

Hal ini dapat menyebabkan isolasi sosial yang lebih lanjut dan memperparah masalah mental yang sebenarnya sedang dialami

Perlukah Sadfishing?

Jawaban atas pertanyaan ini bergantung pada niat dan tujuan dari postingan tersebut. Jika seseorang benar-benar membutuhkan bantuan dan dukungan, mengekspresikan perasaan di edia sosial mungkin dapat membantu mereka menemukan komunitas yang mendukung. 

Namun, jika tujuan utamanya adalah manipulasi emosional untuk mendapatkan perhatian lebih, sadfishing dapat merusak hubungan dan reputasi di dunia maya.

Penting untuk diingat bahwa media sosial bukanlah pengganti terapi atau dukungan dari profesional kesehatan mental. Jika seseorang merasa tertekan atau kesepian, langkah yang lebih baik adalah mencari dukungan dari teman dekat, keluarga, atau profesional daripada memposting masalah pribadi di platform yang terbuka

Sebagai kesimpulan, sadfishing di media sosial adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, ini bisa menjadi cara untuk mendapatkan dukungan dan memperlihatkan sisi manusiawi yang rentan. 

Di sisi lain, jika dilakukan dengan cara yang tidak tulus, sadfishing dapat merusak hubungan dan membawa lebih banyak masalah daripada kebaikan. 

Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan dengan hati-hati apa yang ingin kita bagikan dan mengapa kita melakukannya. 

Jika tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan bantuan dan dukungan, ada cara-cara lain yang lebih sehat dan efektif untuk mencapainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun