Ada juga risiko jangka panjang, yaitu hilangnya kepercayaan dari orang-orang di sekitar. Ketika pengikut menyadari bahwa seseorang telah membesar-besarkan masalahnya untuk menarik simpati, mereka mungkin merasa ditipu dan mulai meragukan ketulusan orang tersebut di masa depan.Â
Hal ini dapat menyebabkan isolasi sosial yang lebih lanjut dan memperparah masalah mental yang sebenarnya sedang dialami
Perlukah Sadfishing?
Jawaban atas pertanyaan ini bergantung pada niat dan tujuan dari postingan tersebut. Jika seseorang benar-benar membutuhkan bantuan dan dukungan, mengekspresikan perasaan di edia sosial mungkin dapat membantu mereka menemukan komunitas yang mendukung.Â
Namun, jika tujuan utamanya adalah manipulasi emosional untuk mendapatkan perhatian lebih, sadfishing dapat merusak hubungan dan reputasi di dunia maya.
Penting untuk diingat bahwa media sosial bukanlah pengganti terapi atau dukungan dari profesional kesehatan mental. Jika seseorang merasa tertekan atau kesepian, langkah yang lebih baik adalah mencari dukungan dari teman dekat, keluarga, atau profesional daripada memposting masalah pribadi di platform yang terbuka
Sebagai kesimpulan, sadfishing di media sosial adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, ini bisa menjadi cara untuk mendapatkan dukungan dan memperlihatkan sisi manusiawi yang rentan.Â
Di sisi lain, jika dilakukan dengan cara yang tidak tulus, sadfishing dapat merusak hubungan dan membawa lebih banyak masalah daripada kebaikan.Â
Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan dengan hati-hati apa yang ingin kita bagikan dan mengapa kita melakukannya.Â
Jika tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan bantuan dan dukungan, ada cara-cara lain yang lebih sehat dan efektif untuk mencapainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H