Islam mengajarkan umatnya untuk selalu waspada dan berhati-hati. Dalam beberapa kasus, mengingat kesalahan orang lain bisa jadi penting untuk menghindari perbuatan yang sama terulang kembali.
Contohnya, jika seseorang pernah dikhianati dalam urusan bisnis, ia bisa memaafkan pelaku atas dasar kemanusiaan dan ajaran agama, tetapi di saat yang sama, ia tetap perlu berhati-hati jika berurusan dengan orang tersebut di masa depan.Â
Hal ini bukan berarti menyimpan dendam, tetapi lebih kepada upaya melindungi diri dan menjaga kemaslahatan.
Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman:
"Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."
(Surah Ali Imran: 134)
Ayat ini menegaskan bahwa memaafkan adalah bentuk kebajikan yang sangat dianjurkan. Namun, tidak disebutkan bahwa kita harus melupakan sepenuhnya.Â
Islam memberi ruang bagi kita untuk mengambil pelajaran dari apa yang telah terjadi tanpa menyimpan dendam atau kebencian.
Tauladan Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW adalah teladan terbaik dalam hal memaafkan. Banyak kisah dari kehidupan beliau yang menunjukkan betapa besar hatinya dalam memaafkan kesalahan orang lain, bahkan kepada musuh-musuhnya.Â
Salah satu kisah yang terkenal adalah ketika Nabi Muhammad SAW menaklukkan Makkah.
Setelah bertahun-tahun dianiaya dan diusir dari Makkah, Nabi Muhammad SAW kembali ke kota tersebut dengan pasukan besar.Â