Aura pesta demokrasi Indonesia sudah mulai terasa. Setidaknya telihat dari maraknya deretan spanduk dan baliho para caleg, capres, dan cawapres yang berjejer bermunculan di tempat-temput umum, seperti di persimpangan jalan, alun-alun kota, pasar, dan lainnya dengan berbagai ukuran dan gaya penyampaian dan ajakan untuk memilihnya.Â
Pun termasuk di media sosial tidak luput dari sosialisasi dan seruan untuk mencoblos gambar dirinya pada saat pemilihan
Respon masyarakat pun berbeda beda, ada bersikap apatis dalam menyambut pemilihan umum tersebut, hal ini mungkin disebabkan karena menurutnya, dampaknya tidak terlalu signipikan, terutama bagi kemajuan kehidupan dirinya, dan kemajuan masyarakat pada umumnya, seperti yang di alami curhatan beberapa pedagang yang berjualan di salahsatu pasar di daerah saya
Namun ada juga yang memiliki fanatisme pilihan terhadap calon peserta pemilu tertentu. Mereka mengatakan, mereka sudah mengetahui rekam jejaknya dan terutama program program yang di usung calon sesuai dengan kriteria dirinya
Sebenarnya bagaimana cara mengukur dan mencermati kwalitas caleg yang harus dilakukan oleh para pemilih?.
Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini mengatakan, pentingnya para pemilih untuk mencermati para calon anggota legislatif (caleg), agar nantinya caleg yang terpilih sesuai harapan pemilih
Pertama, pilihlah caleg yang dirasa sesuai dan sejalan dengan aspirasi politik pemilih secara pribadi.Â
Sedangkan untuk mengetahui aspirasi politik secara pribadi, pemilih dapat mengidentifikasi segala hal yang menjadi dasar kebutuhan pribadi, komunitas, dan atau masyarakat dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara
Kedua, selanjutnya pemilih dapat menelaah program dan gagasan apa saja yang ditawarkan caleg tersebut. Biasanya untuk mengurai dan mencari tahu tersebut dengan dibantu dengan beberapa pertanyaan.Â
Misalnya, apakah program dan gagasan caleg sudah sesuai dengan aspirasi pemilih, diantaranya dengan menggali informasi bagaimana gagasannya terkait membangun toleransi dan keberagaman, apa yang akan dilakukan dalam memajukan ekonomi kerakyatan, apa gagasan mereka dalam meningkatkan mutu pendidikan, kesehatan masyarakat dan dan kebutuhan rakyat lainnya
Ketiga, perlu dilihat rekam jejaknya. Dalam memilih program dan gagasan harus disertai dengan menelusuri rekam jejaknya. Jangan sampai program yang ditawarkan hanya berupa janji tanpa adanya realisasi.
Dalam menelusuri rekam jejak caleg sekarang ini tidak lah terlalu sulit, bisa dimulai dengan menggali informasi melalui orang orang terdekat kita, keluarga, tokoh masyarakat, teman yang lebih mengetahui terkait rekam jejak caleg tersebut
Apalagi di era digital ini bisa kita manfaatkan kecanggihan internet dengan mencari informasi tentang riwayat hidup calon wakil rakyat tersebut, apa yang telah dan pernah dilakukannya selama ini, khususnya terkait kiprah dan keterlibatannya dalam membangun negeri.Â
Dari informasi tersebut setidaknya kita bisa memperoleh gambaran profile caleg tersebut untuk mejadi bahan pilihan
Ke empat, amati rekam akhlaknya. Bukan saja rekam jejak terkait kiprah yang dilakukan, namun pemilih juga harus mengetahui juga rekam akhlaknya.Â
Akhlak, sikap, atau attitude sangat penting dalam mengukur kwalitas seorang caleg.Â
Misalnya pernahkah terlibat kasus pelanggaran hukum, seperti korupsi, narkoba, pelnggaran HAM, atau kalau caleg petahana pernahkan ingkar janji dalam melksanakan janji janji politiknya.Â
Jika kedapatan rekam akhlaknya tidak baik sebaiknya tidak dipilih kembali untuk menjadi seorang wakil rakyat
Sebenarnya masih banyak kriteria caleg yang berkwalitas apalagi kalau di ukur dari prespektif agama.Â
Menjadi wakil rakyat bukan ajang coba-coba, karena urusannya dengan kepentingan public, jadi sebaiknya hindari caleg yang hanya coba coba mengais keuntungan pribadi dan kelompoknya dalam ajang pesta demokrasi ini.Â
Dan pilihlah wakil rakyat yang bertanggungjawab dan berkwalitas demi terwujudnya keinginan masyarakat yang berkemajuan, bukan masyarakat yang berkemajuan namun penuh kepalsuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H