Akhir akhir ini berita terkait pemilu 2024 merajalela, buka hanya di media elektronik saja, hampir di setiap platform media sosial pun bertebaran informasi dan berita seputar pemilu termasuk pilpres 2024.Â
Rasanya untuk menghindar dari berita terkait sangat susah, bahkan mungkin banyak orang yang merasa terganggu dengan riuhnya perhelatan pesta demokrasi tersebut
Seminggu lalu saya diajak semobil dengan teman teman saya untuk datang ke sebuah undangan. Di sepanjang perjalanan salahsatu teman saya banyak bercerita seputar dinamika pilpres 2024.Â
Dulu ia sangat  fanatic dengan salahsatu calon presiden di pemilu periode lalu, dan sampai kemudian akhirnya menjadi presiden terpilih.Â
Dan dia sangat getol bela setiap kebijakannya. Dan saya tau dia fanatic karena saya suka perhatikan di media sosialnya yang selalu mendukungnya
Namun di perhelatan pilpres 2024, teman saya memilih untuk mundur mengidolakannya, dan sekarang dia milih berhijrah ke paslon pilpres lain, dia sangat kecewa, karena menurutnya idolanya kini sudah berubah karakter  dari sebelumnya dan tidak seperti apa yang ia harapkan
Sikap fanatisme seperti itu memang wajar dan itu adalah hak setiap orang untuk menentukan hak pilihnya.Â
Namun ada yang harus diwaspadai apakah perasaan tersebut berdampak terhadap seseorang sehingga mengakibatkan gangguan mental yang berkepanjangan yang disebut Election Stress Disorder
Mengenal Election Stress Disorder
Dikutip dari beberapa sumber election stress disorder atau gangguan stress pemilu mulai dikenal sejak tahun 2016 lalu, ketika berlangsungnya Pemilu Amerika Serikat.Â
Seorang psikolog asal Washington DC, Steven Stosny, kemudian menyadari akan kemunculannya gangguan mental tersebut
Steven merasakan banyak pasiennya yang mengalami hal tersebut baik menjelang, saat, dan pasca kontestasi politik AS 2016.Â
Menurutnya bagi banyak orang, berita, informasi, dan obrolan terkait pilpres yang muncul secara terus menerus akan mengakibatkan ledakan emosional dalam diri mereka.
Salahsatu cirinya adalah adanya kecemasan dan stress lainnya dan bisa berdampak kepada kesehatan fisik dan mental. Biasannya akan lebih reaktif, dan mudah tersinggung, bahkan hingga menarik diri dari lingkungannya
Beberapa Ciri Gejala Election Stress Disorder
1. Sulit Tidur
Salahsatu ciri utama dari gangguan mental tersebut adalah susah tidur. Faktor penyebab dari susah tidur tersebut adalah disebabkan karena timbulnya rasa khawatir merespon  beberapa informasi yang muncul terutama seputar pemilu dan pilpres
2. Menjadi mudah tersinggung
Ketika ada orang lain yang berbeda pandangan politik dengannya, maka dia akan mudah tersinggung dan menjadi mudah marah. Terkadang perasaan tersebut tidak terkontrol dan terbawa dalam diri mereka sehingga menyebabkan emosinya terganggu
3. Rasa takut tanpa alasan
Rasa takut tersebut biasanya disertai rasa gelisah terutama apabila ketinggalan informasi atau berita. Dan biasanya akan sering memeriksa handphone untuk sekedar mengecek berita atau informasi seputar pemilu
4. Merasa cemas
Biasanya ketika mereka berdekatan dengan orang-orang tertentu yang berbeda pandangan politik, mereka akan merasakan cemas. Bahkan bukan hanya merasa cemas tapi juga mereka mulai menjauhkan diri dari mereka yang dianggap berbeda tersebut
Cara mengatasi stress akibat pemilu
Untuk mengatasi stress akibat pemilu yang dianggap paling mudah adalah ada dua. Pertama, dengan terjun langsung aktif dalam perhelatan pemilu dan terlibat langsung didalamnya
Misalnya degan melibatkan menjadi panitia pemilihan pemilu, atau bisa menjadi salahseorang sukarelawan dan ikut menjadi tim sukses dan berkampanye
Namun perlu diingat juga bahwa jalanilah kehidupan yang seimbang. Tetaplah melakukan kegiatan aktipitas dan rutinitas diluar agenda politik
Cara kedua, jika tidak merasa cocok dengan hal tersebut, maka hindari intensitas membaca, menonton, berita pilpres, kurangi aktipitas tersebut  dan berikan jeda.Â
Mulailah mengendalikan diri dan mengawasi perasaan anda sendiri dan berikan batasan batasan terkait hal tersebut. Jika perasaan stress akibat pemilu tersebut masih muncul. Sebaiknya hubungi psikolog untuk berkonsultasi.Â
Dan psikolog akan mencoba mempelajari dan menuntun dan menunjukan cara mengelola perasaan stress tersebut.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI