Tradisi belanja akhir tahun sebentar lagi! Tapi, hilal pembeli tak terlihat hingga saat ini. Berada di kawasan Pasar Karangpucung, Toko Jadi Busana terlihat sepi pembeli. Padahal, biasanya akhir tahun seperti ini masyarakat heboh merencanakan daftar belanjaan untuk dibeli, salah satunya belanja pakaian yang tersedia di Toko Jadi Busana ini.
Toko yang tidak terlalu besar tapi pun tidak terlalu kecil ini sudah dilengkapi sistem input data menggunakan komputer, di dalam toko juga sudah dipasang pendingin ruangan. Design yang manis di dalam toko menunjukkan target toko yang diutamakan untuk para perempuan. Sepertinya Lia, sang pekerja, rajin dalam menjaga kebersihan toko karena dapat dilihat lantai toko yang cukup mengkilap untuk dijajaki.
Ditemui pada malam hari kala itu, Lia, pekerja di Toko Jadi Busana mencurahkan keluh kesahnya mengenai pendapatan toko yang tidak terlihat grafiknya akan naik. Padahal, ia mengungkapkan bahwa toko sudah berusaha untuk memberikan diskon bahkan hingga hadiah-hadiah promo seperti 'beli gamis, dapat kerudung'.
"Diskon sudah diberi, macam hadiah sudah diiming-imingi, tapi pembeli tak kunjung datang melirik," ungkap Lia murung.
Terus meningkatnya kasus positif corona menjadi penyebab utama toko ini jarang didatangi pembeli. Lia bercerita bahwa kehidupan orang-orang kini tengah berada di masa yang sangat sulit, boro-boro memikirkan baju baru, bisa makan saja sudah beruntung. Bahkan biasanya banyak pasangan yang mencari baju untuk hari bahagia mereka disini, sekarang sudah sangat jarang sekali. Ya, mau bagaimana? Perhelatan hajat juga sudah tak diizinkan karena pandemi.
"Waktu itu kami sempat dapat pesanan baju untuk perhelatan hajat. Itupun kami lakukan sistem pre - order, Â karena saking takutnya jika menyetok baju banyak, hanya akan ada dalam pajangan dan akan merusak kualitas baju nantinya," curahnya.
Semestinya akhir tahun ini banyak bonus gaji bagi masyarakat yang nantinya akan mereka belanjakan berbagai macam barang. Namun, nyatanya saat ini kita semua memang sedang hidup di dalam bayang-bayang virus corona. Perekonomian terpuruk, semua orang takut, dan yang paling menyedihkannya tidak ada yang bisa memastikan kejadian ini akan segera selesai dalam waktu dekat.
"Sedih sekali melihat kondisi sekarang seperti ini. Bahkan, tak jarang dalam satu hari, tak ada satu pun pemasukan  toko atau hanya sekedar pelanggan yang masuk melihat-lihat. Saya sampai tidak enak hati dengan yang mempercayai saya di toko ini, hingga suatu hari saya sempat memberanikan diri untuk merelakan gaji saya dipotong karena pendapatan toko yang tidak seperti biasanya bahkan bisa dikatakan menurun," ucap Lia membocorkan hal yang cukup mengagetkan ini.
Lia juga mengungkapkan bahwa perputaran barang sangatlah  lambat akhir-akhir ini. Hal ini menyebabkan banyak stock barang lama masih terpajang di toko, baik dari gamis, jilbab, kemeja dan sejenisnya.
"Pembaharuan model padahal terus diberikan sebagai inovasi, tapi karena stock masih banyak terpajang, kami tidak bisa banyak mengambil. Padahal, saya pribadi sangat suka menawarkan model-model baru ke pelanggan," keluhnya.
Lia bercerita, toko tadinya ingin mengumpulkan modal di tahun pertama toko ini buka untuk membuat brand tersendiri. Karena saat ini, Toko Jadi Busana masih bergantung pada beberapa supplier, belum ada jahitan baju orisinil milik Jadi Busana. Lagi lagi rencana sepertinya masih hanya akan menjadi rencana. Hingga akhir tahun seperti ini pun, balada pandemi tidak terlihat garis turun melandai, bahkan sebaliknya. Beberapa wilayah bahkan harus kembali menerapkan protokol kesehatan yang cukup ketat. Toko di daerah Karangpucung ini termasuk beruntung jika dibandingkan dengan wilayah lain. Toko-toko masih diberi izin dagang dari pukul 07-00 pagi hingga 21.00 malam.
"Tadinya sudah  terbayang, bulan ini akan pergi berbelanja mencari bahan pakaian, bulan selanjutnya akan  mulai memasukkan bahan ke penjahit, tapi.. tidak jadi hehe," ujar Lia tertawa tipis tapi dengan raut muka sedih.
Ia bahkan mengungkapkan bahwa sudah  mulai mengoleksi beberapa model pakaian yang akan dijahit untuk persiapan pembukaan brand toko Jadi Busana.
"Saya sudah sempat capture beberapa model di internet untuk nantinya kami modifikasi dan kami jadikan referensi untuk brand kami.. tapi lagi lagi ada kata tapi.. tapi sepertinya model-model pakaian ini masih belum bisa kami realisasikan jadi wujud asli. Masih harus ada dalam layar handphone saja," ungkapnya.
Terlihat wajah muram di raut muka perempuan berkacamata ini. Namun, Lia juga menegaskan bahwa inilah tantangan dalam usaha, meskipun hanya seorang pekerja, Lia paham betul hal ini memanglah harus dan wajib dihadapi dengan tegar oleh siapapun yang tengah merintis sebuah usaha.
"Memang kondisinya sedang seperti ini. Mau marah-marah pun yaa.. tidak bisa. Saya pribadi sedih tapi masih harus punya syukur yang banyak karena masih diberi sehat ditengah pandemi," ujarnya.
Lia berharap kondisi dapat dilalui dengan baik dan dapat menjumpai kehidupan yang normal kembali.
 "Ah, semoga hari-hari menyedihkan ini segera terlalui dan toko busana kami bisa ramai lagi," harapnya. (nah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H