Mohon tunggu...
Nahdia Nuzulita
Nahdia Nuzulita Mohon Tunggu... Freelancer - Pemula

"Langsamer fortschritt ist besser als kein fortschritt"

Selanjutnya

Tutup

Bola

Kesibukan Nutup Mulut, Jerman Lupa Nutup Gawang

19 Desember 2022   14:00 Diperbarui: 19 Desember 2022   14:08 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Piala dunia akhir-akhir ini sering menjadi bahan perbincangan bagi pecinta dunia olahraga terutama bola. Terpilihnya Qatar menjadi tuan rumah membawa sebanyak pro dan kontra. Ada banyak isu yang mewarnai piala dunia tahun 2022, mulai dari kebijakaan Qatar yang melakukan pelarangan dukungan untuk kaum LGBTQ+, pelarang penjualan minuman keras, dugaan kasus korupsi FIFA, isu pelanggaran HAM, hingga pada penampilan Jungkook BTS. 

Yang paling disorot banyak orang terkait aturan yang diterapkan oleh Qatar mengenai pelarangan hal-hal yang berhubungan LGBTQ+ baik berupa simbol, aktivitas, dan layanan selama perhelatan berlangsung. Tentu hal ini membawa pro kontra, bahkan beberapa negara Eropa bertekad tetap mengkampanyekan LGBTQ+ lewat ban Kapten 'one love' sebagai bentuk dukungan mereka terhadap kelompok yang terdiskriminasi.

Negara Eropa yang mendukung komunitas ini, bahkan mengancam akan meninggalkan FIFA jika mereka dilarang untuk menunjukkan dukungan mereka. Jerman menjadi salah satu dari tujuh tim yang berencana menggunakan ban Kapten pelangi 'one love' sebagai aksi solidaritas mereka terhadap komunitas LGBTQ+ dan ingin menunjukan jika sepak bola dinikmati untuk semua orang.

Terkait aturan tersebut, FIFA dengan tegas melarang para pemain untuk mengenakan ban lengan pelangi dan akan memberikan sanksi kartu kuning bagi pemain yang melanggar ketentuan tersebut.

Sebagai bentuk protes, tim Jerman melakukan aksi 'tutup mulut' selama sesi foto sebelum kick-off melawan Jepang. Aksi tersebut mendapat banyak sorotan dari berbagai pihak terutama bagi tuan rumah Qatar.

Pertandingan antara Jerman dan Jepang awalnya dikuasai oleh Jerman lewat penalti Ilkay Guendongan di bababk pertama. Namun, di babak kedua Jepang bangkit dan mulai mengungguli Jerman dengan memberikan dua gol yang diberikan oleh Ritsu Doan dan Takuma Asano. Sayangnya, karena kesibukan mereka melakukan protes dengan aksi 'tutup mulutnya, Jerman sampai lupa nutup gawang dan akhirnya bisa dibobol oleh Jepang.

Kekalahan German melawan Jepang menjadi buah bibir bagi fans bola bahkan fans bola Qatar membuat meme 'tutup mulut' untuk menyindir aksi pemain Jerman

Setelah kekalahan Jerman terhadap Jepang, mulai banyak orang yang berkomentar jika Jerman 'hipokrisi'. Jerman bicara tentang 'human rights' karena kebijakan tentang kampanye LGBTQ+, lalu apa kabar dengan mesut Ozil yang keluar karena tindakan rasis yang dilakukan oleh DFB. Apakah itu yang dinamakan dengan human rights? Kan nggak masuk akal gitu? Apa karena Ozil muslim? Padahal Jerman tanpa Ozil kayak timnas tingkat daerah lah, buktinya Ozil keluar, Jerman kalah mulu dah.

Pertandingan dengan Spanyol, para pemain tim Jerman memutuskan untuk tidak melakukan pose yang sama menjelang kick-off. Selama pertandingan, sebagai bentuk balasan protes terhadap aksi Jerman kala itu, para fans bola Qatar berpose 'tutup mulut' sambil memegang foto Mesut Ozil yang keluar menjadi sasaran perilaku rasis dan diduga menjadi kambing hitam atas kekalahan Jerman di awal Piala Dunia 2018.

Ya bener juga kan yak, tahun 2018 silam ketika Piala Dunia Rusia, Jerman kan mengalami kekalahan. Jerman menduga kekalahan mereka karena Ozil yang lebih memilih negara asalnya Turki dibanding Jerman. Mesut Ozil dikambinghitamkan karena fotonya bersama Edrogan kala itu, padahal Ozil tidak punya alasan politik juga melakukan hal tersebut, Ozil cuman menghargai Turki sebagai kampung halaman keluarganya.

Sebagai tamu sudah seharusnya untuk menghormati dan menghargai aturan yang dibuat tuan rumah. Qatar sebagai negara Islam ingin menunjukkan keindahan dan kedamaian agama Islam itu sendiri kepada dunia. Agama Islam bukanlah agama yang radikal, kaku, kuno. Namun, agama yang indah, mencintai perdamaian, dan menghargai perbedaan. Qatar ingin orang-orang menghormati tradisi yang ada di negara mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun