Mohon tunggu...
Nahdia Nuzulita
Nahdia Nuzulita Mohon Tunggu... Freelancer - Pemula

"Langsamer fortschritt ist besser als kein fortschritt"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Cantik" Bukan Lagi Pujian, Pakaian Bukan Lagi Alasan

29 Juni 2021   22:45 Diperbarui: 29 Juni 2021   23:03 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkataan yang sering didengar oleh perempuan yang mendapatkan catcallig, " hei cantik. Sendirian aja, mau abang temenin?" atau " cantik, sombong banget sih", atau "neng, senyum dong" dan " assalamualaikum cantik, mau berangkat ke sekolah ya?".

Mungkin orang menganggap hal tersebut sebagai candaan, bentuk keramahan, pujian, atau lainnya. Tapi percayalah jika itu bukanlah hal yang lucu, menyenangkan, atau sebuah pujian. Itu sangatlah menganggu dan menakutkan bagi orang yang mengalaminya bahkan menimbulkan trauma kepada korbannya.

Sayangnya, alih-alih menunjukan empati kepada korban pelecehan, sebagian orang akan melakukan victim blaming atau suatu kondisi di mana orang-orang secara tidak langsung memposisikan korban sebagai penyebab kejadian pelecehan terjadi. 

Singkatnya, orang-orang menyalahkan korban pelecehan. Pertanyaan klasik yang sering diberikan, yaitu " makanya jangan pakai pakaian seksi atau pakaian terbuka."

Jangan menyalahkan pakaian yang digunakan oleh korban , di dalam survei yang dilakukan Koalisi Ruang Publik Aman (KRPA) menjelaskan pakaian yang dipakai koresponden ketika mengalami pelecehan seksual seperti :

  • Rok panjang dan celana panjang (17,47%),
  • baju lengan panjang (15,82%),
  • seragam sekolah (14,23%),
  • baju longgar (13,80%),
  • berhijab pendek/sedang (13,20%),
  • baju lengan pendek (7,72%),
  • seragam kantor (4,61%)
  • berhijab panjang (3,68%),
  • rok selutut dan celana selutut (3,02%),
  • baju ketat atau celana ketat (1,89%), berhijab dan bercadar (0,17%).

 Jika diperhatikan ada sekitar 17% pelecehan yang didapati oleh koresponden berhijab yang artinya berpakaian tertutup tidak menjamin rasa aman di area publik. Jadi bisa dikatakan jika pakaian bukanlah sebuah  alasan  kenapa wanita bisa mendapatkan pelecehan. Orang-orang yang mencoba menjadikan pakaian alasan mengapa wanita mendapatkan pelecehan seksual adalah orang yang mencoba menyembunyikan kejahatan.

Apa yang bisa dilakukan ketika mendapatkan pelecehan seksual atau catcalling di ruang publik

  • Tinggal tempat kejadian dan carilah tempat keramaian
  • Jika kamu tidak bisa melawan, cobalah untuk meminta bantuan kepada orang sekitar dan jika tidak memungkinkan cobalah untuk berteriak karena itu akan mengundang perhatian.
  • Melawan, lakukan perlawanan  diri baik dalam bentuk verbal atau non-verbal. Dalam bentuk verbal dengan memarahi pelaku dan kalau non-verbal bisa dengan menampar, menyikut, menatap mata pelaku,mengigit, dan lain-lain.
  • Rekam pembicaraan dan segera telepon orang yang dipercayai agar mengurangi rasa takut dan trauma.

Sebagai saksi, bukan tidak ingin membantu tetapi kita tidak tahu cara membantunya dan malah berakhir memperburuk keadaan, benar bukan? Di kutip dari cewekbanget. Com, Hollaback bersama L'Oreal bekerja sama membuat semacam training dalam menolong korban pelecehan seksual di ruang publik dengan metode 5D

  • Dialihkan, Jika melihat seseorang mendapatkan pelecehan seksual di ruang publik cobalah untuk mengintervensi pelaku, misalnya dengan mengajak bicara korban dan lain-lain.
  • Dilaporkan, Melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwenang.
  • Dokumentasi, terkadang kita takut untuk membantu korban pelecehan karena tidak memiliki kekuatan untuk melawan. Dokumentasi bisa menjadi solusi dengan cara merekamnya secar diam-diam dengan menyebutkan lokasi, waktu, dan keadaan lingkungan sekitar.
  • Ditegur, jika kamu memiliki kekuatan atau keberanian, kamu bisa langsung menegur pelaku agar berhenti melakukan kegiatannya tersebut. Perhatikanlah lingkungan sekitar terlebih dahulu akah cukup aman bagi kita dan juga korban.
  • Ditenangkan, bersikap empati sangat penting agar korban merasa aman dan tidak tertekan terhadap kejadian yang dialami.

Bersembunyi di balik kata iseng, candaan, pujian bukanlah hal yang harus dianggap biasa, dampak yang ditimbulkan bagi korban sangat lah luar biasa. Bisa menimbulkan trauma, hilangnya kepercayaan diri, depresi, dan terakhir adalah bunuh diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun