Mohon tunggu...
Nahdatul Zahra
Nahdatul Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Program Studi Jurnalistik - 11220511000011 Gratitude turns what we have into enough.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Serta Persoalan Iman dan Kufur Menurut Aliran Maturidiyyah

2 Januari 2024   00:50 Diperbarui: 2 Januari 2024   00:51 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama aliran Maturidiyyah ini diambil dari nama pendirinya yaitu, Abu Muhammad bin Mahmud al-Maturidi as-Samarkandi. Beliau seorang teolog Islam yang juga menjadi pengikut Abu Hanifah, sistem pemikirannya termasuk ke dalam golongan teologi ahl al-Sunnah dan dikenal dengan nama al-Maturidiyyah.

Munculnya aliran ini, serupa dengan aliran Asy'ariyyah, yaitu sebagai reaksi penolakan terhadap ajaran aliran Mu'tazilah, meskipun sebenarnya pandangan keagamaaan yang dianut hampir sama dengan aliran Mu'tazilah yang mana lebih menonjolkan akal dalam sistem teologinya.

Dalam aliran Maturidiyyah ini terdapat dua golongan, yakni golongan Maturidiyyah Samarkand dan Maturidiyyah Bukhara. Golongan Samarkand adalah pengikut-pengikut al-Maturidi, mereka mengatakan bahwa paham al-Maturidi tentang kewajiban mengetahui Allah itu bersumber pada pendapat Abu Hanifah yang mengatakan akal dapat mengetahui Allah meskipun tanpa diberitakan oleh Rasulullah SAW.

Golongan Samarkand juga mempunyai paham-paham yang lebih dekat dengan paham aliran Mu'tazilah. Sedangkan golongan Bukhara adalah pengikut-pengikut al-Bazdawi. Golongan ini memiliki pendapat-pendapat yang lebih dekat kepada pendapat-pendapat aliran Asy'ariyyah.

Adapun soal iman dan kufur menurut aliran Maturidiyyah adalah bahwa iman itu tashdiq di dalam hati dan dijanjikan dengan melalui lidah. Barangsiapa yang percaya akan adanya keberadaan Allah SWT, kemudian kepercayaan itu diikrarkan dengan hati, maka orang tersebut telah dinyatakan sebagai orang beriman. Meskipun perbuatan dan perilakunya tidak sejalan dengan apa yang diyakini dan dijanjikan nya itu.

Al-Maturidi juga menambahkan bahwa orang mukmin yang berdosa ialah mereka yang menyerahkan persoalan mereka kepada Allah. jika Allah menghendaki, maka diampuni lah mereka sebagai kebaikan, kerunia dan rahmat-Nya. Maka sebaliknya, jika Allah tidak menghendaki, maka mereka akan disiksa sesuai dengan batas dosa mereka, namun mereka tidak akan abadi dalam neraka. Mereka pantas mendapatkannya karena di dalam seorang mukmin terdapat iman, dan dengan iman itulah mereka mendapat pengampunan dari Allah SWT.

Nahdatul Zahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun