Mohon tunggu...
Nahda Nurhayati
Nahda Nurhayati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Ibu rumah tangga yang masih menjadi mahasiswa Universitas Terbuka. Berusaha produktif dengan menulis dan melek literasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keramaian Para Ibu di Kampung saat Hujan Turun

5 Januari 2021   16:18 Diperbarui: 5 Januari 2021   16:25 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menjadi ibu rumah tangga bagi sebagian perempuan adalah pilihan. Ada juga yang menganggapnya takdir. Kenapa bisa seperti itu? Banyak diantara para ibu yang mulanya memiliki karier harus rela resign demi buah hatinya. Lalu, mereka yang sejak awal menikah langsung menjadi ibu rumah tangga karena memang tidak bekerja diluar rumah. Dan mereka sering menganggap itu takdir. 

Entah pilihan atau takdir, saat musim hujan tiba, ibu rumah tangga akan merasakan masalah yang sama dengan jemuran. Pakaian yang tak kunjung kering akan menumpuk. Terutama para ibu yang tinggal di Kampung.

Apalagi bagi mereka yang memiliki bayi atau batita, intensitas buang air kecil masih sering. Kebayangkan repotnya bagaimana? Harus sering menengok jemuran di luar rumah karena cuaca musim hujan sering mendung, meskipun air tidak turun. Beda hal nya dengan para ibu yang kehidupannya menengah keatas, mengeringkan pakaian basah bisa menggunakan dryer  (alat pengering). Membeli pampers dengan stok yang banyak bisa menjadi pilihan karena penghasilan yang cukup.

Dari permasalahan jemuran tersebut, ada hal yang menyenangkan, kadang juga menyebalkan bagi ibu yang tinggal di Kampung. Menyenangkan saat ibu- ibu berteriak, "jemuran...Hujan turun..."

Maksudnya saling memberikan informasi satu sama lain dengan tetangga. Sangat ramai, dan itu memberikan kesenangan sendiri. Hanya memang ada saja hal menyebalkan, tatkala salah satu ibu tidak kunjung mengangkat jemuran saat hujan sudah membasahi pakaiannya, ada ibu yang usil berkata, "Hujan, pakaian tidak angkat, jadi ibu itu harus gesit, jangan malas"

Memang ada yang mengatakan hal yang sama sambil mengangkatkan jemuran. Bagi yang pernah mengalaminya pasti merasa kesal. Karena mereka berbicara tanpa tahu keadaan atau kondisi si ibu yang masih didalam rumah dan belum mengambil jemurannya. Bisa saja ia kelelahan dan ketiduran sebab sudah mengerjakan pekerjaan rumah yang banyak. Atau ibu itu sedang menyusui bayinya, tidak mudah melepaskan.

Pernah punya pengalaman akan hal tersebut?

Mereka yang tersenyum membaca ini, berarti pernah. Nah, dari permasalahan jemuran tersebut ada lifehack yang akan membuat ibu tetap merasakan teriakan begitu ramai tanpa ada rasa kesal dengan melakukan hal berikut:

1. Jangan menjemur di halaman depan rumah

Jika memiliki halaman belakang rumah, sebaiknya jemuran dipindahkan kesana. Agar kebahagiaan ibu terjaga, tidak menutup kemungkinan perkataan ibu lain yang usil akan membuat ibu stress, akhirnya bisa mempengaruhi suasana hati. Jika tidak bisa dipindahkan, maka harus memiliki sikap tak acuh. Dan tetaplah jaga kebahagiaan hati demi si kecil.

2. Mengangkat jemuran sebagian

Sebelum menyusui anak atau melakukan aktifitas dalam rumah yang memungkinkan ibu lupa dengan jemuran diluar. Maka lebih baik mengangkat sebagian pakaian yang sudah agak kering.

3. Angkat jemuran sambil menggedong si kecil

Jika memungkinkan si kecil bisa dibawa saat mengangkat jemuran. Sudah terlanjur hujan jangan memaksa mengangkat pakaian basah kalau menggendong si kecil. Terpenting ibu sudah berusaha. Kalau hujan reda, biarkan pakaian basah kena angin agar tidak terlalu lembab.         

4. Setrika pakaian yang sudah agak kering, meskipun masih terasa dingin

Menyetrika bisa membuat pakaian lebih kering. Meskipun begitu pakaian yang masih basah sekali tidak boleh disetrika karena akan membuat pakaian tersebut bau. Jika menggunakan pewangi pun malah menjadi bau apek. Agar pakaian tidak menumpuk, pilih pakaian yang sudah cukup kering saja untuk disetrika.

Usaha- usaha tersebut dapat dilakukan untuk menjaga suasana hati saja, bukan merubah penilaian orang lain. Kebahagiaan ibu lebih penting dari sebuah penilaian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun