"Van, bangun!"
"Sudah sampai?"
"Sudah, yuk turun!"
"Ini dimana sih Van, sepi amat. Mana di tengah hutan gini lagi. Memang ada apa di dalam sana?" Yang ditanya malah diam saja, bahkan Vano terus menuntun Vania masuk ke tengah hutan. Hingga mereka sampai kesebuah rumah kecil yang terbuat dari kayu.
"Ngapain kesini? Kamu jangan macam-macam Vin!" kata Vania dengan khawatir.
Tanpa aba-aba, Vino mendorong tubuh Vania dengan kasar hingga dia terjatuh, " Vania Keisya, model yang cantik dengan tubuh yang menawan."
"Maksud kamu apa? Jangan berani ya kamu sama aku! Aku bisa ..."
"Bisa apa sayang? Nuntut? Teriak? Atau apa? Aku tidak takut!"
Vania yang mendengar itu semua mulai takut, dia berusaha untuk bangun. Namun usahanya gagal. Dia kalah cepat dengan cowok sialan itu. Vino membekap mulut Vania dengan lakban hitam yang sepertinya sudah ia siapkan, dan tangan Vania yang terikat. Hampir saja dia bisa menyentuh tubuh Vania, namun Vania berhasil melawan dengan kedua kakinya yang tidak terikat. Dia menggunakan kesempatan itu untuk kabur dan bersembunyi di tengah gelapnya hutan.
***
Bersambung