Mohon tunggu...
Nahar Frakasiwi
Nahar Frakasiwi Mohon Tunggu... Lainnya - absorb the feeling, i learn to fly

Hanya pemuda yang mencari hiburan terkait karya sastra

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bahkan Kurang dari Detik Selalu Lahir Kondisi Baru

19 Desember 2020   22:08 Diperbarui: 19 Desember 2020   22:09 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kadang, memperhatikan suara kicau ternyata lebih nyaring, lepas kulempar diriku sendiri ke jalan yang membuat keringatku berdenting

Karna itu telah menggugah motivasi, dari sepasang kaki kotor yang masih utuh dan mampu berdiri

Kewajaran bila aku tak sabar ingin bersua dengan segala perkakas nuansanya, yang selalu saja tanpa ada ujung pada keindahannya di balik sana

Di seisi ruang kepala termasing dari para penyair, di dalamnya lebih menuntun arah yang lebih bersemilir menghadap kontras kehidupan lain, yang telah lebih dahulu terukir
Menceritakan hal terkait satuan warna yang padanya masih mengandung gradasi usia tua dan muda meski terkadang, aku tak memikirkan apakah mati dan hidupnya berawal dari warna hitam atau putih

Selalu tersaji baginya ungkapan indah, dari palung atma terpaling bersuara dalam hatinya  
Mendawaikan segala raga dari beragam jenis senyawa yang telah hidup lama berdampingan dengan rasa
Mengalun kepada mahkota insan, juga merintis setapak harapan yang memang kadang terlihat kosong, namun teristimewa bila tergubah tinta yang meski terbaca di keheningan

Sungguh kukira ... masih tiada saing dengan jutaan angan yang terlisani di pelukan selimut dan ranjang ...
Mengejar mimpi di belantara dunia, adalah kecintaan yang paling wajib sepertinya aku maniskan ...  

Omong-omong, ingin rasanya aku menukil segala mitos yang terabadikan sedari dulu terkait asmara ...


Agar mata terbuka lebih terang dengan penyataan yang benar ...(:

Turut berbaris perhiasan malam menanti ultra perkasa di garda terdepan; sang matahari ...
Sebegitu halusnya mempelopori embusan dingin di sua udara yang selalu saja saling bersahutan ...
Menyambung sukaria lentik jemari kala menunjuk ke setiap lorong yang tercipta dari cahaya bintang-bintang ...
Menjadikan rasa tak lagi menjadi tersudutkan oleh kesendirian malam ...

Bila nanti ... atau esok, ada waktuku bisa berdiri lagi, aku akan selalu menghadap pada bentang ufuk timur lebih pagi ...
Candu rasanya menjumpai liukan rona kemerahan bak teratai jingga di langit dan udara segar yang belum terpolusi ...

Nuansa pagi, kedatanganmu kerap manis akan sambutan parade makhluk pecinta nuansa ba'diyah fajar lain ...


Selalu terliput segala tiupan rahmat para sang tiranis yang teramanatkan; kolaborasi yang menjadikan nuansa pagi ... 


Adalah sarana awan-awan yang perlahan menjadi putih di langit biru ...

Aku percaya, setiap detik, atau bahkan kurang dari itu ... selalu lahir kondisi baru ....

****

Tinggi nian tiraimu Tuhan ...
Adalah ilmu yang tiada bisa kugapai ... dengan kapasitas kemanusiaan yang Kau berikan dengan batasan ...

Agung nian Kau Tuhan ...
Adalah terbesar dari segala hal besar, dengan sepasang mata dan hati, yang mana masih tak cukup rasaku menyesentuh rasamu bila tak kupaksakan persaksian ini sendiri ....

Tangerang, 19 Desember
__________________________________

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun