Mohon tunggu...
Nahar Frakasiwi
Nahar Frakasiwi Mohon Tunggu... Lainnya - absorb the feeling, i learn to fly

Hanya pemuda yang mencari hiburan terkait karya sastra

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Syair Puisi: Awal Faktor Kebiasaan, Lambat Laun Jadi Tradisi Spesial

17 Desember 2020   02:40 Diperbarui: 17 Desember 2020   03:43 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tiada sejarahnya datang hantu bersuara merdu 

Meski artefak tersabda vokal telah setingkat sehidup para termasing perasa 

Terbaca sudah tabiat budi termanjai rasa ingin


Gontaikah sudah kau sisir angin di sepi yang terlamunkan? 


Tertoreh yel di selembar alas berkulit masak
Telah menuai sarana sajak yang terhidangkan wangi
Di wajah altar yang menggoda sebagian belantara
Begitu congkak terasa di zaman ini makin lena
Meski baginya waris terarahkan sebagai pengindah gaya bahasa; sastra
Semoga tak layu daya melucuti ranumnya melati di taman baca

Temaram nuansa hati penaku tak pernah menodai aura selain putih
Sebab sebegitu cinta kepada oceh-oceh mulut Orang Tua
Cita rasa kelak tergores tanpa sudi basah berbenah sewaktu dini
Padahal berlelahan berpayung demi studi adalah sesuatu yang indah untuk kini dan nanti

Mengejar sederet awan di hulu pada leher langit pertama
Adalah pelafalan angan berhantu, pengindah sahaja yang kerap muncul dan hilang di sepasang mata
Pelayaran kata teratas geraham belum usai terucapkan di sebuah karya lukisan
Tentang si pelaut liar yang tak pernah mandi saat ke sekolah sebab faktor kebiasaan

Biarlah senandung udara yang menerjemah kebiasaan hidupnya di pasang surutnya air laut; tradisi
Yang mana terombang-ambingkan hati mencari keselarasan di luasnya ombak samudra
Mencintai semilir karya budaya setiap hari kadang membuatku mabuk cinta hingga sakit kepala
Meski belum kujabar turunanmu yang menjerit menuntun rapi 

Halnya anak-anak tangga yang tersusun pada sebuah kultura seni 

Tangerang, 17 Desember
________________________

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun