Tatkala menahan rasa kantuk
Perihkah kau wahai sepasang mata
Setarik daya telah kau tahan demi hal semata
Hanya mengatur sebaris aksara meniti gestur dari mimik rasa
Membentuk cerita dengan mengetiknya di layar manja
Liburan seharian
Adakah hari ini akan menyenangkan
Halnya kemudahan yang bersua kedamaian
Meski akhirnya melambai kepada kelelahan
Dari sebab yang kesekian kali mencatat kekalahan
Siang ini kulukiskan
Tentang semua hal yang memancar
Telah tenar menarik semua lapis tipikal
Merinaikan warta yang terkandung padanya pesan
Meski kerap kutoleh sisi lain dengan jamuan lamun
Tetap rela berpayung untuk sebuah bacaan, upaya inginnya yang tertunjuk mata hati menuntun
Kuambil nada-nada semu  ...
Kulingkar pada jemari ...
Langkah terbawa ...
Kutempatkan ....
Kutempuh ...
Dan kunantikan...
Dari sekian keajaiban ...
Meski ada sekejap sahaja ....
Terkadang, semata-mata kuyakin
Kantuk ini akan jenuh bersemedi
Pada kesendirian yang dibenamkan sepi
Meski salju mencoba datang berkawan
Berjatuhan dikeheningan nuansa yang tanpa bebunyian
Halnya kesibukan yang diliburkan
Telah membenci kepada semua yang tenggelam
Besar kadar garam di luasnya lautan
Takan bisa menghapus dahaga teruntuk kebosanan
Selain jenuh tengah merajai hari
Sepasang mata telah menatap ke jauhnya kordinat matahari
Namun membuat akal meyakini keberadaannya
Meski tiada pernah daya mampu membuktikannya, dengan sentuhan jemari yang walau telah sempurna
Tanggerang, 13 Desember
_______________________________