Karya : Â NaharÂ
Kamu yang selalu terpaku
Pada teras langit malam ini
Semoga piawai kau bangun lagi ruang syair
Tanpa harus memejamkan mata lebih lama
Untuk menjemput rasa yang telah jatuh dan jauh tenggelam
Dan di sana ... di penghujung selatan
Adalah sisi yang memperhatikan peran matahari dan bulan
Melintas meski tiada segagah zirah dari para krustasea
Berpijar walau tak seindah binar-binar dari mata para mutiara
Kamu yang sedang mencari kata
Kuharap, tiada kau selami lagi kehangatan yang melintir
Melena di sebalik napas yang nian elok menyelir
Meski kerap tersengat rasa, dari setiap abai yang menyudutkanmu, nan senantiasa datang bergilir dalam imaji ... menjadi selimut yang susah kau hempaskan
Aku melihat noda di lamun yang paling dingin
Yang masih membeku di sepanjang musim hujan
Semoga bukan riang noda yang terpiara yang selalu abadi
Melainkan bisa turut pudar terbilas siraman iman
Tiada pernah kusuruh dirimu untuk melangkah mendatangi milliyaran angan, yang meski telah terpilin rapi menjadi bekalmu di waktu senggang
Tiada pernah inginku mampir dengan membawa vonis latar belakang cemburu
Hanya pemerhatimu sepanjang usiamu
Juga pemerhati senyum keimanan milikmu, yang mana selalu di cemburui barisan gagah para bidadari
Jagalah itu, senyuman terhebatmu
By : Â Nahar
Tanggerang, 05 Desember
_________________________________
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H