Mohon tunggu...
nagitanavalia p
nagitanavalia p Mohon Tunggu... Penulis - seorang penulis

saya seorang penulis di Rumah Mesin yang tertarik belajar hal baru, hobi saya dance dan tari tradisional

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dampak Sampah Plastik Bagi Kehidupan

4 September 2024   10:18 Diperbarui: 4 September 2024   10:28 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Keberadaan sampah jika tidak ditangani dengan baik memang kerapkali mendatangkan masalah. Selain berdampak buruk terhadap hewan darat, sampah plastik juga berbahaya bagi kesehatan biota laut. Tidak hanya dimakan, keberadaan sampah yang mengandung bahan-bahan anorganik yang bersifat sebagai racun tersebut juga bisa menjerat mereka.

Sampah plastik adalah jenis sampah yang paling banyak dihasilkan oleh masyarakat. Hingga saat ini, plastik merupakan sampah yang paling lama terurai, bahkan hingga 1000 tahun lamanya. 

Sulit diurai, sampah plastik dapat menumpuk dan berserakan di lingkungan. Hal ini dapat berbahaya bagi lingkungan, termasuk satwa liar.

 Dampak sampah plastik di laut yang berbahaya bagi kehidupan.

1. Hewan Laut Terkontaminasi Sampah

Seperti hewan lainnya, ikan dan binatang laut lain mengandalkan insting untuk makan. Jika banyak sampah plastik yang bermuara di laut, bisa saja potongan plastik termakan. Plastik tidak akan bisa dicerna dan mengendap di dalam tubuhnya. Belum lagi, kandungan kimia dari plastik juga berbahaya bagi ikan laut.

Lalu, bagaimana saat ikan laut dimakan oleh manusia? Plastik bisa saja secara tidak sengaja ikut termakan dan tidak dapat dicerna tubuh. Nah, bahayanya bukan hanya bisa membahayakan ekosistem ikan laut, tapi juga merusak rantai makanan.

2. Polusi Mikroplastik Pada Air dan Tanah

Sahabat, sudah tahukan bahwa air mineral botol saja belum tentu bebas dari kontaminasi mikroplastik? Bayangkan jika air laut yang terkontaminasi plastik menguap menjadi air hujan, lalu kembali ke tanah. Bukan hanya merusak nutrisi tanah, air tanah untuk rumah tangga juga akan mengandung material kimia sehingga berbahaya untuk diminum.

3. Invasi Spesies dari Sungai ke Laut

Sampah plastik yang mengotori sungai akan ikut berdampak pada laut. Ikan air tawar yang tidak nyaman berada di sungai akan terus menyusuri perairan hingga mencapai laut. Hal ini akan mengubah ekosistem laut dengan adanya spesies baru. Masalah akan semakin parah karena tidak semua ikan yang bisa hidup di air tawar juga bisa bertahan hidup di laut.

4. Membahayakan Nelayan

Material plastik dibuat dengan bahan yang fleksibel dan juga kokoh. Bahan baku yang digunakan bisa mengotori perairan dan bahkan menjadi lautan sampah. Hal ini bisa membuat kapal nelayan tersangkut saat berlayar. Mungkin terkesan berlebihan, tapi material plastik membutuhkan ratusan tahun untuk terurai. Tanpa terasa, sudah ada jutaan ton sampah plastik yang tergenang di dasar laut.

5. Mengganggu Daya Tarik Wisata

Semua orang sudah tidak perlu memungkiri bahwa sampah tidak sedap dipandang. Sampah plastik di Indonesia masih jarang dipisahkan berdasarkan jenisnya. Hal ini membuat bau tidak sedap karena sampah plastik bercampur dengan sampah organik. Bayangkan jika ada turis yang berkunjung, tentu daerah tersebut menjadi tak nyaman untuk dikunjungi lagi.

6. Menghabiskan Banyak Biaya

Saat sampah sudah menjadi masalah serius, pengelolaannya harus dilakukan dengan baik. Pada kenyataannya, pengolahan sampah bukan hanya sulit, tapi juga memerlukan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, sebaiknya sampah plastik mulai dikurangi dan diolah secara mandiri di lingkungan terkecil. Mulailah dari kebiasaan yang bisa dilakukan sendiri.

7. Bencana Alam

Alam bukan hanya akan ikut terkontaminasi polusi dari air, tanah, atau udara akibat material kimia di dalam plastik. Namun, bahaya banjir, tanah longsor, dan bencana alam lain juga bisa dipicu oleh sampah plastik. Pantai semakin terkikis sehingga kontur tanah tidak stabil dan bisa memicu bencana alam yang lebih berbahaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun