Mohon tunggu...
Aris Sengaji T
Aris Sengaji T Mohon Tunggu... Supir - Pernah sebagai seorang HR; Dan saat ini menikmati waktu sebagai seorang Instruktur dan Surveyor

Seorang Warga Masyarakat, Penikmat jalan-jalan, Tinggal di Kota Kupang, NTT

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pentingnya Melatih Anak (Sedari Dini) untuk Mengenal, Memahami, dan Menyebutkan Angka

3 Juni 2024   21:51 Diperbarui: 3 Juni 2024   22:15 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kali ini tulisan yang dibuat hadir, karena kepedulian saya terhadap ketidakmampuan sebagian siswa didik di salah satu Lembaga Pendidikan kejuruan di Kota Kupang, NTT yang saya ajar, yang sama sekali tidak mampu untuk membedakan dan membaca angka satuan, angka ribuan, dan angka jutaan, padahal, mereka-mereka ini sudah lulus/tamat sekolah menengah atas (SMA/SMK/MAN) dari 1 atau 2 bahkan 3 tahun sebelumnya.

Tulisan ini boleh dibilang, menyasar orang tua dari Provinsi Nusa Tenggara Timur khususnya. Tulisan ini juga, bukan untuk mengarahkan kita belajar kembali tentang Matematika (yang saya yakin, banyak juga dari pembaca yang dulunya tidak menyukai salah satu mata Pelajaran terbaik ini). Tulisan ini lebih kepada bagaimana kita (orang tua) mengenalkan anak terhadap angka, dan membawa anak untuk paham dalam cara membaca angka, termasuk melatih mereka (anak) dalam memahami besaran serta satuan pada angka-angka yang ditemuinya.

Melatih anak untuk dapat mengenal, memahami, dan menyebutkan angka adalah penting, karena itu adalah dasar dari literasi matematika, yang merupakan keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan dalam pendidikan lebih lanjut. 

Sebenarnya manfaat dari dasar Pendidikan ini mampu mengembangkan kemampuan fungsional anak dalam membaca, dan melakukan banyak tugas sehari-hari, mulai dari mengukur waktu, menghitung uang, dll. Tanpa kemampuan ini, anak-anak mungkin akan kesulitan untuk melakukan tugas-tugas (yang dianggap) sederhana tersebut dalam kehidupan keseharian mereka.

Disamping itu, dengan memberikan edukasi ini, anak-anak akan diajak untuk memahami konsep besaran dan satuan. Dimana memungkinkan mereka untuk memahami konteks dalam berbagai situasi, seperti waktu, uang, jarak, dan berat. Ini membantu mereka mengembangkan kemampuan untuk membandingkan, menghitung, dan memecahkan masalah dalam berbagai konteks. 


Disamping itu, dengan memiliki kemampuan ini, anak-anak juga akan lebih mampu untuk membaca angka dan memahami besaran serta satuan, memberi anak kepercayaan diri untuk mengelola kegiatan sehari-hari mereka sendiri. Mereka bisa lebih mandiri dalam hal-hal seperti berbelanja, mengatur waktu, atau merencanakan perjalanan, dan bahkan sampai dengan mereka kuliah pun, akan terbantu dalam membedakan nilai dari suatu komponen mata uang.

Jadi, melatih anak untuk membaca angka dan memahami besaran dan satuan memberikan pondasi yang kuat bagi pemahaman matematika dan membantu mereka menjadi lebih mandiri dalam berbagai aspek kehidupan mereka kedepannya.

Tapi kenapa kemudian di NTT khususnya, masih banyak lulusan SMA/SMK yang belum mampu untuk membaca, memilah, dan menentukan antara besaran satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan jutaan? Bahkan mereka-mereka ini, harus dibimbing kembali dahulu untuk membaca (seperti kita mengajarkan anak SD yang baru belajar angka dan membaca angka). 

Dalam beberapa literatur yang saya ambil, ada beberapa alasan mengapa beberapa anak usia kuliah mungkin masih memiliki kesulitan dalam membaca dan memilah antara besaran satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan jutaan:

  1. Kurikulum dan Metode Pengajaran yang Tidak Efektif: Kadang-kadang, sistem pendidikan mungkin tidak memberikan cukup penekanan pada pemahaman konsep matematika yang mendasar, atau metode pengajaran yang digunakan tidak sesuai dengan gaya belajar individu. Ini dapat menyebabkan anak-anak tidak sepenuhnya memahami konsep-konsep dasar seperti besaran dan satuan.
  2. Kurangnya Latihan Praktis: Pemahaman matematika memerlukan latihan yang konsisten dan aplikasi dalam berbagai konteks. Jika anak-anak tidak memiliki cukup kesempatan untuk berlatih membaca dan memilah angka dalam kehidupan sehari-hari atau di lingkungan belajar, mereka mungkin tidak menguasai keterampilan tersebut dengan baik.
  3. Kecemasan atau Ketakutan akan Matematika: Beberapa anak mungkin mengalami kecemasan atau ketakutan saat belajar matematika, yang dapat menghambat kemampuan mereka untuk memahami konsep-konsep yang lebih kompleks. Kecemasan ini bisa berasal dari pengalaman negatif sebelumnya atau persepsi bahwa matematika sulit atau tidak menyenangkan.
  4. Keterbatasan Sumber Daya: Terutama dalam konteks di mana sumber daya pendidikan terbatas, seperti di daerah pedesaan atau di negara-negara berkembang, anak-anak mungkin tidak memiliki akses yang memadai terhadap materi belajar, buku, atau guru yang berkualitas untuk membantu mereka memahami konsep-konsep matematika dengan baik.
  5. Ketidakcocokan dengan Gaya Belajar: Setiap individu memiliki gaya belajar yang berbeda. Beberapa anak mungkin lebih memahami konsep-konsep matematika melalui pendekatan visual, sementara yang lain mungkin lebih sukses dengan pendekatan yang lebih praktis atau interaktif. Kurangnya penyesuaian terhadap gaya belajar individu dapat menghambat kemampuan anak untuk memahami konsep-konsep tersebut.

 

Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk memberikan pendekatan pembelajaran yang beragam, meningkatkan kesadaran akan pentingnya keterampilan matematika, memberikan lebih banyak kesempatan latihan yang relevan, dan menciptakan lingkungan yang mendukung untuk belajar matematika.

Semoga kedepan, lulusan SMA/SMK sudah tidak lagi bingung ketika diminta untuk memberikan penjelasan terkait satuan, puluhan, ribuan, ratusan, bahkan jutaan, dst. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun