Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Grosir Janji Para Calon Pemimpin Negara

26 Januari 2024   10:25 Diperbarui: 5 Februari 2024   05:43 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wadas. Jumat, 26 Januari 2024 pukul 09:15 WIB... 

Jadi kemarin sore aku takziah... 

Pakde ku yang meninggal... 

Ternyata jalanan sudah sangat ramai dengan baliho kampanye...

Lucu-lucu cara kampanyenya... 

Seperti jualan obat kuat aja... 

Banyak pula janji-janjinya... 

Pemandangan indah alam pedesaan sirna... 

Tertutup lebarnya baliho yang terbentang berserakan... 

Disetiap persimpangan penuh baliho bertumpuk... 

Bunga dan rumput yang hijau hancur membekas lumpur... 

Tergilas oleh kaki-kaki penyelenggara... 

Wajah-wajah terpampang mengemis suara... 

Seperti pasar yang sedang mengadakan grosir janji setiap calonnya... 

Lucu lagi ketika kulihat background foto balihonya... 

Sosok almarhum ulama besar yang turut dijadikan umpan untuk memancing suara... 

Seraya berkata para calon berkata:... 

"ini loh backingan ku"...

"dia guru ku, dia kyai ku"... 

Blah blah blah blah blah... 

Mengarahkan manusia untuk menyalurkan suaranya kearah dirinya... 

Seolah-olah kaum fanatisme aka memilih si caleg karena background dia... 

Menjual nama guru/kyai dirinya... 

Mirisnya sudah almarhum yang dipampangnya... 

Lantas apakah sama pribadi si caleg dengan sosok bayangan dibelakangnya..? 

Mengapa tidak banyak memperkenalkan dirinya saja..?

Siapa diri caleg yang sudah terlewatkan..? 

Tentu track record yang baik yang harus ditunjukkan... 

Hasil kinerja terdahulu sebagai bukti nyata...

Lalu siapa diri caleg sekarang..?

Dengan bukti nyata dari track recordnya dialah pribadi yang sekarang... 

Lantas akan menjadi siapa mereka kedepan..? 

Mereka didepan adalah visi, misi dan janji yang terealisasi... 

Bukan sekedar janji yang dicurangi... 

Bukan pula grosir janji yang dikhianati... 

Sehingga terminimalisir rasa kecewa diantara pemimpin dan rakyat jelata... 

Ada pula yang kampanye dengan rangkaian lucu kata-kata... 

Katanya kalau lihat ka'bah harus ingat partainya... 

Penyesatan mindset manusia yang membacanya... 

Simbol kiblat sebuah agama... 

Dijadikan logo perlambang sebuah partai di Indonesia... 

Apakah tidak bahaya dengan rangkaian kata kampanyenya..?

Khawatirnya kata-kata terperangkap dalam pikirannya... 

Khawatirnya kata-kata tertanam dalam batinnya... 

Sehingga terbawa dalam sholatnya... 

Terbawa dalam ibadahnya... 

Apalagi sampai terbawa saat umrah atau haji yang diingat justru partainya... 

Bukan lagi ingat akan Tuhannya...

Seolah biasa saja...

Atau memang biasa saja..?

Tidak kah berbahaya..?

Untuk pola pikir kita..?

Dogma bius politik Indonesia... 

Ada yang bangga dengan nasabnya... 

Semua membanggakan diri dengan backgroundnya... 

Hanya di masa politik saja... 

Semua berubah menjadi seolah baik luar biasa... 

Banyak berkunjung ke para kyai mengemis simpati dan empati... 

Banyak berziarah makam para wali...

Walau dikala musim diluar politik mereka sibuk dengan urusannya... 

Mendekati hanya kala ada maunya... 

Begitulah lumrahnya makhluk-Nya yang disebut manusia... 

Semoga siapapun yang menjadi pemimpin dialah yang amanah... 

Pemimpin yang siddiq, tabligh dan fatonah... 

Yang berintegritas tinggi mementingkan kepentingan rakyat... 

Diatas kepentingan dirinya, keluarga dan kelompoknya... 

Salam dari pelosok desa... 

Desa mendunia... 

Untuk Indonesia emas, Indonesia jaya... 

Ku akhiri latihan menulis pagi ini... 

Sudah pukul 10:25 WIB... 

Mandi kemudian menjemput Simbah ku untuk berangkat ke masjid bersama... 

Alhamdulillah... 

Barokalloh... 

Wassalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun