Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Oh Burung, Merdumu Beku Tertutup Suara Gergaji Mesin Penebang Kayu

20 Januari 2024   19:53 Diperbarui: 21 Januari 2024   06:52 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wadas. Sabtu, 20 Januari 2024 pukul 19:08 WIB...

Diteras belakang rumah ku duduk menikmati sore ku...

Sore tadi cuaca cerah...

Matahari nampak terik...

Setelah siang tadi diguyur hujan sejenak...

Ku pandangi daun pisang yang bertumpuk-tumpuk...

Hijau muda yang menyegarkan mata...

Sinar matahari menerpa separuh daunnya...

Indah selaksa pandang disore menuju gulita...

Suara jenggeret uthi-uthi menjadi tanda...

Siang ditutup kegelapan berganti malam...

Hijau pun akan berganti menjadi hitam...

Burung-burung mulai hinggap kesarang...

Suara gergaji mesin mengalahkan kicau burung yang merdu...

Merusak pattern frekuensi suara alam yang syahdu...

Aku melamun dibalik gubuknya Simbok ku...

Menanyakan kepada pohon pisang yang daunnya sebagian layu...

Mengapa manusia berulah dengan serakah..?

Mempermudah diri dengan peralatan canggih untuk merusak bumi...

Bukannya berlomba menciptakan tekhnologi untuk merawat bumi sehingga lestari...

Manusialah perusak sejati...

Mengalahkan habitat lain hingga punah...

Manusialah yang perusak bumi...

Mengeksploitasi demi kekayaan materi...

Bukit-bukit habis digerus menjadi tambang pasir dan batu...

Hutan gundul dibabat dijadikan kebun kubis dan kebun kentang tanpa ragu...

Sungai dijadikan tempat pembuangan sampah terpadu...

Pilu...

Ku rasakan pilu...

Perilaku...

Pantaskah ditiru..?

Kini manusia yang tiada tahu apa-apa justru menanggung akibatnya...

Kemurkaan bumi mendera manusia...

Banjir, longsor, gempa...

Gunung meletus dan topan menerpa...

Merusak tatanan kota dan desa...

Kebakaran dan porak-poranda...

Semua tak lain karena ulah manusia...

Semakin tak ada yang mau merawat kelestariannya...

Dengan rasa cinta untuk saling menjaga...

Pukul 19:52 WIB, cukup sampai disini latihan menulisnya...

Rehat, sholat isya' dan giliran ku bercengkrama dengan sang Esa...

Merengkuh dan mengadukan segala perkara kepada Alloh subhanahu wata'ala...

Memohon ampunan-Nya atas segala dosa yang tak terasa...

Mata yang memandangi maksiat tak terjaga...

Maksiat yang kudengar oleh telinga...

Tangan yang melakukan maksiat sengaja maupun tak sengaja...

Kaki ku yang melangkah penuh dusta...

Diri yang masih banyak munafik dihadapan-Nya...

Tapi aku yakin Alloh subhanahu wata'ala teramat luas rahmat dan ampunan-Nya...

Nitip sehat, semangArt dan jangan lupa bahagia...

Ucap syukur kita kepada sang pencipta...

Alhamdulillah...

Barokalloh...

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun