Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sepasang Jompo yang Kian Mesra di Usia Senja

4 September 2023   20:44 Diperbarui: 5 September 2023   09:00 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua sejoli mesra di usia senja/Dokpri

Ceritanya siang tadi saat aku asyik duduk-duduk dipelataran. 

Ku dengar suara bincang-bincang sedari jalan samping rumah. 

Perbincangan yang panjang sepanjang jalan. 

Setiap kali memanggil pasangannya selalu dengan kaya sayang. 

Ku kira suara pasangan muda. 

Masih ku abaikan saja.

Suara obrolan semakin dekat. 

Sampai lah di samping pelataran. 

Seorang kakek sepuh mendorong kursi Roda. 

Pasangannya yang duduk sambil terus berbicara.

Dua sejoli Jompo yang senantiasa menjaga rasa cinta. 

Betapa indahnya yang ku lihat didepan mata. 

Beliau sempat sejenak berhenti tepat didepan gerbang pelataran. 

Si nenek mengarahkan jalan. 

Menunggu kendaraan yang lalu-lalang. 

Si kakek mendorongnya untuk menyebrang.

Usai menyebrang bergegas ku foto dari belakang. 

Sangat hangat kemesraannya terasa. 

Dari saapan kata sayang yang selalu dilontarkan.

Iri hati ini melihat besarnya cinta mereka. 

Badai, topan, apapun persoalan yang menyerang telah mereka taklukkan. 

Mereka selalu berdampingan. 

Saling menjaga disampingnya. 

Ketentraman, nyaman dan aman saling bersanding.

Sedari muda sampai kini mereka tua. 

Akan terus mesra sampai akhir khayat. 

Aku yakin kini mereka sangat menikmati masa tuanya.

Terlihat dari kemesraan tutur bahasanya. 

Pun kelak setiba masanya akan bersandingan dalam liang yang bersebelahan. 

Semoga kelak Bapak dan Simbok ku bisa semesra itu. 

Pun seluruh keluarga ku bisa mesra lebih dari itu. 

Dan tentunya aku, yang telah melihat tanda kebesaran-Mu.

Aku yang iri dengan kemesraan sejati. 

Yang dengan gamblang didepan mata Engkau suguhi. 

Pelajaran dan sebuah pengingat bagi ku. 

Kelak Jompo ku harus lebih mesra dari mereka. 

Kuncine dasarnya frequency yang sama. 

Antara pasangan yang saling menerima.

Menghargai dan faham akan pola cinta. 

Mesra adalah hasil jadi dari berbagai resep bumbu dalam memasaknya. 

Semoga kian langgeng kemesraan mereka.

Sehat wal afiat dalam balutan cinta. 

Terus tumbuhkan dalam hati benih asmara. 

Do'a ku untuk mereka. 

Aamiin ya robbal aalamiin. 

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Shalom, om swastyastu, namo buddhaya, wei de dong tian.

Salam sejahtera bagi kita semua, salam kebajikan.

Rahayu rahayu rahayu.

Selamat sore para penduduk bumi yang budiman. 

Alhamdulillah sore ini Senin 4 September 2023 sedari pukul 15:57 WIB. 

Aku sudah mulai mesra juga dengan kompasiana. 

Untuk menuangkan kemesraan opa dan oma tadi. 

Karena aku turut cemburu melihat kemesraan itu. 

Iri hati ku bisa bertahan sejauh itu.

Yang lebih asyik kala ku dengar kata sayang yang terus menerus terualang. 

Subhanalloh, semoga kelak aku bisa menjaga kemesraan sampai Jompo seperti beliau. 

Tak apa lah aku berangan dulu. 

Walau nyatanya sampai kini masih juga jomblo.

Alloh SWT belum menghendaki untuk berpasangan. 

Kemarin sudah bucin saja belum jadi. 

Beberapa tahun ini kala pandemi. 

Sudah saling bucin. 

Alloh SWT berkendak lain. 

Ya, kuasa Alloh SWT kami belum dipersatukan. 

Ketetapan Alloh SWT itu demua baik. 

Ku ambil ibrahnya saja. 

Kalau dipaksakan malah menyayat hati. 

Pun mental bisa tidak sehat. 

Kami saling menerima atas ketetapan-Nya. 

Jadi hati terasa lega.

Alhamdulillahnya sih kami tidak pacaran. 

Ta'arufan saja. 

Jadi ada komitmennya diawal perkenalan. 

Lebih sehat metode ta'arufan ketimbang pacaran. 

Soale aku belajar dari yang dulu-dulu. 

Pacaran juga selalu gagal ditengah jalan. 

Banyak faktor sih. 

Dari diri sendiri maupun faktor eksternal. 

Semua menjadi pelajaran yang menumbuhkan. 

Selakarang lebih mencintai diri sendiri saja dulu. 

Membenahi habits ku untuk lebih baik. 

Percaya saja dengan qodo' dan qodar Alloh SWT. 

Semua baik dan semua adalah anugerah.

Gagal dan sukses itu semua keberhasilan.

Hasilnya gagal dan hasilnya sukses. 

Semua dilakukan tentu dengan usaha. 

Yang jalannya banyak kegagalan. 

Mungkin saja pondasinya lebih kuat dan matang.

Yang sekali jalan sukses ya bersyukur. 

Sambil berjalan dalam kesuksesan sambil menguatkan dan mematangkan pondasi. 

Alloh SWT sudah memberikan takaran setiap insan.

Ada yang takarannya satu liter.

Ada yang dua liter, dan seterusnya. 

Ada yang puas dengan takarannya. 

Ada yang tidak pernah puas dengan takarannya. 

Ada yang nego takarannya dengan baik. 

Ada yang negosiasinya menyimpang.

Begitula bangsa manusia dengan sifatnya yang tergesa-gesa. 

Aku mah santai saja. 

Latihan menulis masih bisa saja sudah alhamdulillah. 

Bisa menayangkan di kompasiana saja sudah suatu keberkahan. 

Tanpa harus dengan fasilitas yang wah. 

Cukup hape bulug yang sudah harus sambil dicas karena baterai ngedrop. 

Hape yang sudah menemani ku terlampau lama. 

Lebih setia daripada seorang perempuan yang pernah aku pacari. 

Asyik sore ini dipelataran. 

Ku hiraukan bising suara kendaraan. 

Karena terlalu mesra dengan kompasiana. 

Yang sebenarnya aku tidak terlalu suka dengan keramaian. 

Tapi satu sisi, terkadang aku temukan keunikan ditengah keramaian. 

Ditengah kerumunan, tontonan. 

Ada pelajaran yang bisa aku dokumentasikan. 

Kehidupan o... Kehidupan... 

Elok dipandang...

Pesona mu mengagumkan... 

Cantik dan rupawan... 

Biar ku simpan dalam balutan senyuman... 

Terima kasih ya Alloh ya Robbi. 

Atas karunia-Mu yang agung.

Setiap hari pelajaran demi pelajaran ku petik. 

Mencatat kisah hidup diri sendiri. 

Sedari pagi walau tidak detail akan apa yang aku temui. 

Ku rasakan sangat bermanfaat untuk merefleksi diri. 

Introspeksi dari apa yang telah terjadi. 

Yang sekiranya baik dari emosi negatif yang muncul bisa ku antisipasi. 

Hal yang kurang baik tak akan ku ulangi.

Menata diri dan hati untuk output yang teruji. 

Mengamati, mencermati dan mengkaji. 

Resep dalam hidup ku sehari-hari. 

Membaca, mendengarkan kemudian mengaplikasikan.

Ketika input kebaikan dari membaca pun mendengar sudah bisa dsn langgeng ku terapkan. 

Sampai dengan aku tuai dan rasakan akan manisnya pelajaran. 

Baru ku tuliskan semua yang ku rasakan.

Jadi aku belajar untuk menuliskan apa yang aku lakukan. 

Pun demikian dengan apa yang aku katakan yang pernah dan aku lakukan. 

Aku katakan apa yang aku mperlihatkan dan aku memperlihatkan apa yang aku katakan. 

Pagi tadi aku melek jam setengah tiga. 

Alhamdulillah, nyegarkan badan dan bangun jam tiga kurang seper emapat. 

Langsung merebus air dan menyeduh kopi. 

Pun minum air hangat dua gelas. 

Kemudian ambil handuk dan langsung mandi. 

Wudhu dan ku tunaikan sholat sunah taubah dan tahajud. 

Wirid sejenak sampai dengan jam empat kurang seper empat. 

Bergegas aku makan sahur. 

Alhamdulillah, menu masih sayur tempe dan kacang panjang. 

Aku makan sekiranya kenyang. 

Ku minum kopi dan ku makan mangga yang waktu itu Simbok beli bersama ku. 

Habis satu buah, ku minum air bening dua gelas untuk penutup. 

Ku cuci piring dan gelas kotor kemudian langsung pup dan gosok gigi. 

Pun berwudhu dan langsung menunaikan sholat qobliyah subuh. 

Bergegas jalan ke masjid dengan santai. 

Sampai masjid biasa ku rapihkan beberapa sandal jamaah yang sudah hadir. 

Masuk dan sholat tahyatal masjid. 

Sudah mau iqomah, tapi imam dan mu'adzin melihat aku masih sholat sehingga menunggu sejenak. 

Ku percepat sholat dua rakaat. 

Usai dan iqomah langsung dikumandangkan. 

Sekitar lima belas jamaah beserta satu perempuan.

Pun sebagian datang hampir ketinggalan. 

Selama aku disini sepekan ini. 

Hanya empat atau lima orang yang konsisten setiap subuh datang berjamaah.

Selebihnya gonta-ganti orang. 

Hanya imam dan empat orang makmum.

Dan mereka yang selalu berjumpa dengan ku setiap pagi. 

Setelah yang pertama adik atau Simbok ku. 

Sedari awal bangun tidur orang-orang pertama aku temui. 

Dan taraaaaa...

Kini telah tiba kumandang adzan maghrib. 

Waktu bermesraan dengan piring, nasi dan lauk hari ini. 

InsyaAlloh lanjut latihan menulisnya ba'da tadarus nanti. 

Alhamdulillah sholat maghrib dan tadarus sudah terlaksana. 

Buka puasa tadi sayur bening caisim dan tempe goreng telanjang. 

Ku tutup dengan jeruk yang ternyata asem dan minum air bening.

Ini nyimak berita TVRI Klik Indonesia Petang, pas karhutla. 

Seluruh bumi terbakar semua. 

Pertanian yang subur kini kering keronta dan turut terbakar pula. 

Yang demikian masih juga ada yang sambat tidak mengembalikan ke Tuhan Pencipta Alam Jagad Raya. 

Kufur nikmat, kala diuji dengan kebangkrutan malah nafsu amarah nya meledak-ledak. 

Tanaman dibabat asal-asalan, buah-buahan dcacah remuk dibuang-buang.

Peternak telur ayam kala murah juga dibanting-banting. 

Beras murah pemerintah menjadi buronan petani. 

Beras mahal pemerintah menjadi buronan pedagang. 

Padahal ketika Alloh SWT sudah berkendak kekeringan, ya kekeringan. 

Kebakaran ladang dan lahan semua merugi. 

Sesekali rugi banyak, biasanya untung terus kan.

Jangan lupa zakat mal dan sedekah biar tidak turut kebakaran. 

Alloh SWT itu lembut dalam mengingatkan. 

Kalau diingatkan dengan lembut kok masih membangkang.

Ya tentu peringatan dengan yang lebih menantang. 

Musibah, bencana yang didatangkan. 

Dari berbagai arah penjuru. 

Siang atau malam. 

Kala lelap maupun terjaga. 

Semua atas kehendaknya. 

Sekarang ku tinggal sholat isya dulu. 

Alhamdulillah sepaket sholat isya' beserta rowatibnya sudah terlaksana. 

Usai jamaah pulang sembari jalan setengah lari pagi. 

Sampai rumah ku masuk gerbang dan matikan lampu pelataran. 

Masuk dan ku ambil mushaf kecil ku duduk diruang samping tadarusan. 

Biasa, ku membaca tiga surah andalan.

Sampai dengan jam enam kurang seper empat. 

Kemudian ku nonton TVRI Serambi Islami pas kesimpulan. 

Pembicaranya pak K.H. Agus Dermawan rutin pengisi setiap hari senin. 

Berbicara tentang "orang munafik", janji kalau jadi nanti membangun itu, membangun ini. 

Begitu jadi lali alias lupa dengan janjinya. 

Kalau pil KB, kalau lali malah jadi.

Kesimpulan dengan menyebutkan beberapa ciri-ciri orang munafik. 

Kemudian do'a, turut mengamini. 

Kemudian sejenak nonton berita Klik Indonesia Pagi. 

Berita menarik pergegseran koalisi. 

Demokrat keluar dari gerbong. 

Tak lama aku kepelataran sambil bawa buku dan hape. 

Simbok sudah menunggu bakul sayur datang. 

Simbok ku tercinta/Dokpri
Simbok ku tercinta/Dokpri

Ku foto Simbok yang sedang berdiri disamping pintu gerbang.

Indah didepan Merbabu.

Tak lama ku duduk dan membaca buku. 

Sembari mendengarkan berita pagi. 

Satu jam lebih seper empat ku tutup buku dan sholat dzuha ku laksanakan. 

Kemudian nyicil qodho sholat wajib yang dulu aku tinggalkan. 

Sedari pagi sampai siang aku banyak menghabiskan waktu dipelataran. 

Pagi jam setengah sembilan aku sempat pergi nambal ban motor adik ku yang bocor. 

Edisi nambal ban/Dokpri
Edisi nambal ban/Dokpri

Pagi-pagi adik ipar ku mau berangkat kerja. 

Motor susah dikeluarkan malah tak sadar bocorlah ban depan. 

Motor bocor ditinggalkan dan bawa motor satunya. 

Agak siang aku bawa ke tukang tambal ban. 

Cari muter-muter sampai akhirnya ketemulah bengkel yang baru saja buka. 

Disamping warung kelapa dan umbi-umbian. 

Ku sempatkan foto beberapa jepretan.

Warung kelapa dan umbi-umbian/Dokpri
Warung kelapa dan umbi-umbian/Dokpri

Ibunya mas bengkel ynag jual umbi-umbian. 

Warung dipertigaan dekat dengan lapangan. 

Pun Merbabu menjadi pemandangan dipelataran. 

Depan rumah bengkel/Dokpri
Depan rumah bengkel/Dokpri

Indah pemandangan dari depan rumah bengkel. 

Kalaunya bengkel ini ditata dengan konsep plus kafe.

Kemungkinan akan lebih ramai. 

Ruang kafe dengan konsep gudang, garansi, bengkel. 

Furniture custom dengan perkakas perbengkelan. 

Nilai ekonomis akan bertamabah. 

Selain sambil bengkel, menunggu motor ynag dibengkelkan jadi sembari ngopi. 

Dari kopi dapan tambahan pemasukan. 

Disertnya umbi-umbian. 

Rebus atau oven bakar. 

Dijasikan dengan parutan kelapa. 

Dengan tatakan daun pisang. 

Makanan sehat. 

Peluang yang sangat menguntungkan.

Warung umbi-umbian/Dokpri
Warung umbi-umbian/Dokpri

Sinergi tas yang apik yang perlu diselaraskan. 

Semua berdampingan untuk kemajuan. 

Umbi talas/Dokpri
Umbi talas/Dokpri

Peluang kolaborasi bisnis yang baik. 

Sendiri adalah setetes, bersama-sama adalah samudera. 

Semakin banyak yang berkolaborasi akan semakin maju nilai ekonomi pun diri. 

Dan tentunya akan semakin banyak yang berdaya. 

Tak lama menunggu nambal ban. 

Tidak ada satu jam dan aku pulang. 

Sampai rumah taruh kontak dan lanjut ke pelataran. 

Streaming radio karena kangen dengan suasana gubuk dengan radio jadulnya.  

Sambil mandangi Merbabu dan gerak jalan dipelataran. 

Sembari menikmati berisik lalu-lalang kendaraan.

Pandang memandang senyum bertebaran.

Nampak Merbabu cerah tak berawan. 

Sampai dengan siang dan kumandang adzan dzuhur. 

Segera aku masuk dan ke kakus. 

Pipis dan berwudhu lanjut sholat dzuhur sepaket ku laksanakan. 

Tak lama rebahan sambil nonton TVRI Klik Indonesia Siang. 

Sampai dengan tak sadar telah tidur siang. 

Cukup pulas, bangun dan tak lama kumandang adzan ashar. 

Terus duduk lagi dipelataran sambil pura-pura sibuk menulis yang masih tahap latihan. 

Alhamdulillah sampai dengan petnag ini terselesaikan. 

Aku bangga dengan diri ku sendiri. 

Aku semakin cinta dengan Mu ya Robbi. 

Sudah pukul 20:44 WIB. 

Latihan menulis aku akhiri. 

InsyaAlloh esok lanjut lagi. 

Mohon maaf lahir dan batin atas tulisan yang tak bermutu ini. 

Salam dari Salatiga. 

Oleh orang pelosok Desa yang sedang singgah di kota. 

Terus melaju untuk Indonesia maju. 

Indonesia sehat, Indonesia hebat. 

Indonesia cerdas, Indonesia emas. 

Matur sembah nuwun. 

Nitip sehat, semangat dan jangan lupa bahagia. 

Waktunya untuk rehat.

Alhamdulillah. 

Barokalloh. 

Wassalamualaikum. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun