Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menyelami Dalamnya Diri Sendiri

6 Agustus 2023   20:13 Diperbarui: 6 Agustus 2023   20:17 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Take foto ba'da ashar dari jalan setapak tengah sawah (dokpri)

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh, selamat sore, shalom, om swastyastu, salam sejahtera bagi kita semua, namo buddhaya, wei de dong tian, salam kebajikan, rahayu rahayu rahayu.

Masih mendung tak kunjung hujan, sore ini minggu 6 Agustus 2023 pukul 16:58 WIB. 

Aku baru saja pulang dari makam, menghadiri undangan tahlil, nglintiri Bapak ku yang belum pulang nyambut gawe. 

Tadi sudah sempat panas sedari ashar sampai dengan tahlil selesai, terus ini mendung lagi. 

Undangan tahlil suwo Slamet Si'ir, nengeri tahun alias haul almarhum istrinya. 

Lupa menyalakan radio dulu, untuk menjadi musik pengiring sore ini. 

Kalau cuma gemprengsong suara emak-emak ngobrol kan kurang asyik didengar, jadi ku selipin lirih-lirih suara radio. 

Biar dunia ku terkesan merdu nan syahdu, jadi semua yang ku lihat dan ku dengar saling mengiringi. 

Lagunya malah Yogyakarta Kla Project "pulang ke kota mu", rindunya sama Pekalongan malah lagunya rindu Jogja, tapi yo rindu Jogja juga sih. 

Mendungnya semakin pekat, semoga saja nanti malam hujan ya Alloh, kasihan banyak pepohonan kurang air. 

Pun petani banyak yang sambat karena mulai sulit air. 

Kenapa tidak sholat sunah istisqa saja ya dari pada mengeluh kekurangan air.

Sebenarnya solusinya sudah gamblang, kekeringan ya minta hujan, pasti Alloh SWT ngasih, tidak bakal tidak. 

istisqa adalah memohon kepada Allah SWT agar berkenan menurunkan hujan kepada hamba-Nya saat mereka sangat membutuhkan.

Disebutkan dalam buku Fikih Ibadah Madzhab Syafi'i, shalat istisqa hukumnya sunah muakkadah, yakni amalan yang dianjurkan Rasulullah Muhammad SAW. 

Setiap detik pemandangan yang aku lihat selalu berbeda, seraya Alloh SWT memberikan hadiah setiap detiknya, menunjukkan kebesarannya. 

Pagi jalan ke gubuk lihat matahari terbit, sore sepulang dari gubuk ketemu matahari terbenam. 

Kadang aku merasa istimewa sendiri melihat fenomena-febomena menarik terkait alam ini. 

Dunia ini unik dan asyik untuk dinikmati, senang rasa ku turut bisa mengisi kehidupan didunia. 

Semua tak lain tanda-tanda kebesaran-Nya, setiap detiknya tak lepas dari tanda-tanda kebesaran-Nya bagi yang berfikir. 

Alhamdulillah, hujan yang aku dan banyak petani harapkan akhirnya turun juga, syahdu mendengar bunyi rintik hujan. 

Mari lari ke pagi hari tadi. Aku bangun sekitar jam setengah empat. 

Biasa sholat taubat dan tahajud sejenak, dzikir istighfar sampai jam empat lebih beberapa menit. 

Kemudian aku sahur, bikin kopi, makan nasi lauk pelas kentang, sama berkat tahlil tujuh harinya almarhum paklik. 

Usai sahur, cuci piring dan gelas kotor, kemudian gosok gigi dan terdengar kumandang adzan subuh. 

Bergegas wudhu kemudian menunaikan sholat qobliyah subuh. 

Kemudian sembari menunggu iqomah, mu'adzin masih puji-pujian, aku mengunggah dua video pendek ke YouTube. 

Selesai unggah video dan tak lama iqomah, bergegas aku jalan ke mushola. 

Alhamdulillah subuh tadi dua shaf penuh, aku datang terakhir untuk menggenapi shaf kedua. 

Sholat usai, wirid bersama imam dan kemudian pulang jam lima lebih enam menit lihat jam dinding mushola. 

Keluar pintu mushola dan biasa merapihkan sandal jamaah. 

Langsung balik rumah simbok, kali ini tidak ke kakus dulu.

Aku ganti baju, nyiapin tas dan buku, e Simbok malah datang minta difotokan beserta KTP untuk syarat apalah kurang tahu.

Permintaan adik ku, aku fotokan sejenak, dan aku kirim ke wa Adik ku. 

Tara, rehat dulu, kumandang adzan maghrib, alhamdulillah berbuka puasa, lanjut nanti insyaAlloh usai tadarus. 

Alhamdulillah, buka puasa, sholat maghrib dan tadarus sudah terlaksana, buka puasa dengan berkat tahlil, sekarang lanjut latihan menulis. 

Foto Simbok Ku sudah, terus aku jalan ke rumah Simbah. 

Ketemu mas Mat sedang ngembunke burung piaraannya, kami saling sapa dan langsung aku jalan ke rumah Simbah. 

Masuk rumah dan Simbah ku sedang ngelinting biasa sambil duduk disinggasananya. 

Ku jabat dan cium tangannya, kemudian langsung aku numpang ngecas hape dan menyalakan tipi. 

Nonton Serambi Islami tayangan ulang lagi, kyai Uzai'i pembicaranya, dengan tema "evaluasi dan syukur" 

Tayangan ulang tahun baru 2023, di ulang-ulang terus, nonton sekmen akhir, kesimpulan dan do'a.

"catat impian-impian kedepan, semoga terealisasi dan diijabah oleh Alloh SWT, sertakan ma'al afiah disetiap harapan kita", begitu pemaparan Kyai Uzai'i. 

Kajian shohih Bukhari setiap hari minggu, kemudian do'a, turut mengaminkan. 

Semoga kedepan semakin baik, masa depan kami, anak cucu kami, generasi masa depan kami ada ditangan Engkau ya Alloh. 

Pun semoga apapun yang telah lalu dilimpahkan ampunan oleh Alloh SWT. 

Kemudian beranjak aku pamit dengan Simbah dan mboklik Ru, dan jalan ke gubuk. 

Didekat sawah ketemu suwo Mardi sedang ngerempel daun buah klasem, mau coba kasihkan kambingnya kalau doyan katanya. 

Suwo Mardi penekan (dokpri)
Suwo Mardi penekan (dokpri)

Kami ngobrol sejenak, basa-basi sambil aku rekam video. 

Kemudian aku jalan sekitar sepuluh meter didepan aku naik ke tanggul aliran irigasi. 

Niat hati mau dokumentasi matahari terbit yang cukup nampak apik pagi tadi. 

Pagi tadi cerah, tapi siang mendung (dokpri)
Pagi tadi cerah, tapi siang mendung (dokpri)

Nah pas aku naik ke tanggul, malah ada ular tiga berkepang jadi satu sedang kawin, dua jantan satu betina, berebut. 

Ketahuan aku naik tanggul, ular-ular itu langsung kabur, jantan satu karena belum nancep langsung lari. 

Nah yang satu bingung lari sudah nancep lagi enak-enaknya, main kabur aja ya gandeng susah, sampai akhirnya lepas kelaminnya, baru bisa melarikan diri. 

Ana-ana wae pagi ku, ketemu ular kawin dibawah pohon kelapa, poliandri lagi. 

Kelapa muda tinggal petik (dokpri)
Kelapa muda tinggal petik (dokpri)

Enaknya hidup dikampung, gak ada yang beli, semua tinggal petik. 

Tapi ya berani dikampung berani menahan diri untuk tidak memegang duit. 

Karena memeng jarang bisa pegang duit, duit masih langka dan isih aji banget duit ning kampung iki. 

Ndak koyo ning kota, nutur duit receh turut perempatan iso nemu okeh, ning kampung yo sehari cari seratus ribu yo butuh tenaga ekstra.

Bagi sebagian besar, sebagian kecil yang lain yo mudah seratus ribu satu jam dapat.

Usai mengganggu kenikmatan ular-ular itu, cukup besar ularnya diameter badannya sekitar tempat centimeters, tapi bukan ular berbisa. 

Terus aku rekam video sunrise, kemudian mau take foto malah hape mati. 

Langsung turun ke jalan setapak dan jalan menuju gubuk, sudah tidak ku dengar kuliah subuh pagi tadi. 

Sudah sekitar jam enam, aku jalan sedikit percepat langkah kaki, karena kebelet pipis. 

Sampai di gubuk, langsung taruh barang bawaan diteras samping dan langsung nyemplung sungai, pipis. 

Kemudian wudhu dan baru masuk gubuk, biasa mantra andalan ku sembari masuk gubuk. 

Buku aku tinggal diteras, tas dan hape aku bawa masuk, taruh tas, ngecas hape dan menyalakan radio. 

Ganti baju dinas ku, kemudian tadarus tiga surah andalan ku. 

Kemudian baca buku, lagi malas nyiram, hawanya dingin banget, aku malas nyentuh air.

Baca buku sampai sekitar jam sembilan, ditengah baca buku ada lik Imbuh berhenti sejenak ngajak ngobrol. 

Kemudian ada pak ustadz Mataris juga, tapi langsung jalan, nyapa tok sejenak, karena tahu aku sedang membaca buku.

Kemudian aku sholat dzuha sekitar jam sembilan sampai dengan selesai. 

Biasa dzuha dan kewajiban ku mengganti sholat lima waktu yang dulu aku tinggalkan, nyicil. 

Usai sholat, aku bergegas pulang kerumah Simbok.

Semua pintu aku tutup, stop kontak aku lepas semua, hape, buku dan tas aku bawa, dan jalan pulang. 

Ditanjakan ketemu suwo Bukhaer, lagi mau ke ladang untuk lihat tanaman tembakaunya, membersihkan hama ulat. 

Kami berpapasan dan saling sapa, terus jalan, dan ketemu lagi biyung Misinah dan pakde Mustaqim sedang membentangkan jaring. 

Untuk menutupi padi yang mulai berisi, agar tidak dimakan manuk emprit alias burung pipit. 

Petani melindungi padi dari burung pipit (dokpri)
Petani melindungi padi dari burung pipit (dokpri)

Sambil aku rekam video sambil basa-basi guyonan. 

Dan terus aku jalan, tak jaub dari sini ketemu lagi lek Nudin, sama saja sedang membentangkan jaring.

Kami saling sapa dan basa-basi sejenak sambil terus jalan. 

Tak ada lagi orang yang aku temui sampai dirumah. 

Aku lewat jalan utama, jam-jam sepi pada sibuk bekerja. 

Sampai dirumah menaruh barang bawaan, kemudian duduk leyeh-leyeh sejenak. 

Kemudian pesan minyak wangi, kemudian latihan menulis sembari menunggu dzuhur "mendung rindu Pekalongan".

Latihan menulis sampai siang selesai, kemudian sholat dzuhur, nonton TVRI Klik Indonesia Siang, tidur siang. 

Pagi tadi cerah sebentar, terus mendung sampai siang, aku tidur siang tak kunjung hujan masih mendung. 

Sore bangun lihat mushola malah panas lagi, sampai usai tahlil baru mendung lagi. 

Tadi maghrib sudah gerimis tidak jadi hujan, ini barusan gerimis lagi dan tidak jadi hujan lagi. 

Tapi masih mendung, semoga malam hujan, atau besok pagi. 

Tadi aku ke makam tidak bawa motor, aku datang awal, yang di makam cuma suwo Slamet Si'ir beserta anak dan adiknya. 

Kami ngobrol sejenak sembari menunggu jamaah lain datang. 

Sampai semua kumpul, terus acara dimulai, tahlil dan Yasin. 

Tak lama selesai, pulang kerumahnya untuk ambil berkat besek makanan. 

Rumahnya jauh, akhirnya aku nebeng sepupu, untung ada sepupu ku, jadi tidak jalan kaki. 

Jarak dari makam sekitar 800 meter, cukup berkeringat untuk jalan kaki. 

Sampai dirumahnya langsung ambil besek berkat, jabat tangan dan pamit. 

Enak banget rumahnya menghadap ke timur dan ngadep hamparan sawah bengkok lurah. 

Kalau dikonsep sentuhan yang artistic sedikit, halaman terasnya dikasih gasebo, kasih kola ikan, enak banget buat ngopi pagi atau ngeteh sembari nyemil tela. 

Usai ambil berkat langsung pulang, sampai dirumah ponakan baru pulang jalan kaki 50 meter. 

Sampai dirumah langsung mengencani kompasiana, sampai petang ini, alhamdulillah pukul 20:13 WIB. 

Belum sholat isya' nderah, tadi denger adzan cuma di jawabi tok. 

Perasaan manusia pun kadang sama dengan cuaca hari ini, sudah mendung, sudah gerimis, tapi tidak jadi hujan. 

Sudah rindu, sudah berkabar, tapi tidak bisa bertemu, hanya do'a dipanjatkan karena yang dirindu ada dalam genggaman dan kuasa-Nya. 

Sekarang aku akhiri latihan menulis petang ini, mau Sholat dulu, terus istirahat, insyaAlloh lanjut latihan menulis lagi besok.

Mohon maaf lahir dan batin atas cerita yang tidak bermutu dan banyak kesalahan.

Salam dari pelosok Desa untuk Indonesia maju, Indonesia cerdas, Indonesia emas. 

Matur sembah nuwun. 

Nitip sehat, semangat dan jangan lupa bahagia. 

Alhamdulillah. 

Barokalloh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun