Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Air Satu Ember Besar dan Ku Guyur Kuburan Simbah Ku

27 Juli 2023   19:46 Diperbarui: 27 Juli 2023   19:53 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum Semesta Raya, semnagat sore, betapa indahnya sore ini, banyak warna pink bertebaran, bunga-bunga memenuhi deretan makam.

Walau tak terasa semerbak wanginya, namun indah di pandang mata, pun hati berbunga-bunga, kala sorot surya menerpa seraya bertatap muka.

Sembari menatap batu nisan yang berjajar, "dimana letak ku kelak, tanah yang menjadi raga ini, kapan aku menghuni rumah bawah tanah ini, rumah terakhir di negeri bumi" tutur batin ku.

Sore ini Kamis 27 Juli 2023 pukul 16:33 WIB aku mulai mengencani kompasiana, tak lain untuk latihan menulis.

Ya biasa aku mulai sedari bangun tidur ku, hari ini istimewa, puasa kamis, pun puasa sembilan suro, pun tiga hari mulai dari kemari Rabu Pon, hari ini Kamis Wage dan besok Jumat Kliwon bertepatan dengan tanggal sepuluh suro juga.

Pun Jumat Kliwon adalah pasaran hari kelahiran ku, tepatnya malam Jumat Kliwon, jadi malam ini sangat exclusive untuk begadang mendekatkan diri kepada Alloh SWT.

Aku bangun sebelum subuh sekitar jam tiga lebih, sholat sunah taubat dan tahajud, memohon ampunan atas besarnya dosa yang telah aku perbuat.

Iztighfar saja sampai jam empat lebih, ada kumandang suara sahur-sahur aku beranjak dari sajadah.

Bersamaan dengan itu ada orang lewat teras belakang manggil-manggil aku, ku kira siapa, ternyata paklik Mujio depan rumah ku, mau beli energen untuk sahur.

Aku buka pintu lewat pawon dan Simbok juga baru saja sholat dan uang yang dikasih paklik Mujio langsung aku kasih ke Simbok.

Simbok mengambilkan energennya dan aku bikin minum dan ambil nasi, paklik Mujio keluar lewat pawon lagi dan aku tawari untuk sahur.

Sejenak aku menikmati sahur ku dan alhamdulillah lauk buncis, ikan asin dan kerupuk.

Minum air putih segel as gede, dan single origin coffee secangkir kecil untuk doping biar sampai siang tidak kantuk.

Kopi asli kampung ku, kopi jelek, tapi ya memang adanya, petani masih enggan untuk memproses yang baik.

Usai sahur semua sudah bersih ku cuci, gosok gigi dan malah kebelet pup, "baru makan langsung keluar".

Sekalian saja tarik handuk, pup sejenak kemudian mandi, seger banget air kampung ku.

Tak lama kumandang adzan subuh dan mandi aku akhiri.

Seusai mandi pagi badan malah jadi hangat, enak sekalian hidro therapy, badan menjadi bugar.

Ganti baju dan kemudian sholat qobliyah, menunggu mu'adzin puji-pujian aku sempatkan untuk mengunggah video pendek hasil dokumentasi keYouTube.

Upload beberapa video kemarin durasi tidak ada satu menit. Satu menit itu durasi video paling lama.

Karena kalau merekam video lebih dari satu menit hape langsung ngedrop, baterai hape ku sudah sowak.

Ini nulis seperti ini ya harus sambil ngecas, begitu lepas atau mati lampu paling kesempatan untuk menyimpan tulisan saja, kelewat satu menit ngedrop.

Nikmati saja darmanya hape ini. Wong adanya hape ini, maksimalkan saja, alhamdulillah masih bisa mengencani kompasiana.

Kumandang iqomah aku taruh hape dan bergegas jalan ke mushola.

Sampai mushola baru satu shaf, shaf kedua baru ada pak Kyai Jamzuri dengan sajadah biru dan aku bentangkan sajadah merah disampingnya.

Tak lama datang pakde Mustaqim disebelah ku dan paklik Muhammad Ihsan disebelah pakde. Subuh tadi jamaah sangat sedikit.

Usai sholat dan wirid bersama imam, aku pulang tumben ini jam lima lebih tiga menit, karena imam datang lebih awal dari biasanya.

Keluar mushola merapihkan sandal jamaah dan langsung pulang, mnyunting video sejenak, kemudian pipis, dan langsung jalan ke rumah simbah.

Biasa buku sama tas kecil aku bawa, baju kemeja aku ganti kaus, masih pakai sarung dan kupluk, jalan menuju rumah simbah.

Sampai mushola punden masih ada lima pasang sandal, aku mampir dan lagi merapihkan sandal jamaah, satu jamaah keluar, simbah-simbah perempuan.

Simbah keluar dari pintu dengan senyum sumpringah, kami saling sapa sambil aku rpihkan sandal.

Kemudian aku beranjak jalan kerumah Simbah ku.

Langsung masuk rumah, simbah ku sedang duduk dikursi tapi bukan kursi singgasananya.

Aku jabat dan cium tangan Simbah, duduk sejenak, dan simbah ngomong "ora stel tipine?".

"oh wis ono colokane toh mbah" kata ku sambil mendekat ke tipi, "oh iyo wis ono colokan anyar" gumam ku sambil aku nyalakan.

Nonton TVRI Serambi Islami, biasa setiap kamis ada Syekh Muhammad Fathurahman, M.Ag, tapi ini tayangan ulang, dengan tema "Pedoman Salik".

Sekmen sudah hampir akhir, pas beliau me jawab pertanyaan dari qori' yang kurang lebih pertanyaannya "sombong kepada orang sombong itu ibadah".

Tapi ya jangan dimaknai mentah, jawab Syekh Fathurahman dengan menceritakan kisah Nabi Sulaiman yang sombong saat membalas surat dari Ratu Bilqish.

"sombongnya untuk berdakwah, itulah sombong yang bernilai ibadah" tutur Syekh Fathurahman. 

"Sombongnya Nabi Sulaiman hanya dzahir saja, tidak sampai dengan hatinya" pungkas Syekh Fathurahman.

"apakah kalian semua bisa sombong tidak sampai pada hati?" pertanyaan balik Syekh Fathurahman kepada audience. 

Tentunya sangat susah mencapai maqom itu, banyak dari kita yang sombongnya memang penyakit hati, kata Syekh Fathurahman. 

Boleh sombong dengan pakaian mewah, kendaraan mewah jam tangan mewah dengan tujuan untuk dakwah, sembari Syekh Fathurahman memberikan contoh. 

Semisal kita berdakwah ke eropa, harus necis, bahasa inggrisnya juga harus fasih, tak apa dengan pakaian mewah untuk berdakwah. 

Masa ya dakwah ke eropa pakaiannya lusuh, kumal ya kurang menarik. 

Menyesuaikan diri dimana kita masuk kubangan, tapi misi utama tetap dakwah menyampaikan kalam Alloh SWT. 

Nonton sejenak, karena tayangan ulang, break dan langsung aku pamit kepada Simbah untuk ke gubuk. 

Simbah yang baru menyusul duduk di samping ku didepan tipi langsung aku jabat dan cium tangannya sembari aku salam untuk pamit. 

Keluar rumah, jalan menyapa tetangga yang sedang menyapu halaman. 

Dan terus jalan, sampai di tengah sawah lihat matahari mulai terbit, tapi matahari tampak tidak anggun kemarin. 

Aku dokumentasi sejenak, kemudian lanjut berjalan, dokumentasi lagi beberapa detik, cuaca sedikit berkabut, jadi Gunung juga nampak samar. 

Jalan lagi, dan menyalakan kamera lagi tapi hape langsung mati, wal hasil jalan saja. 

Mendengarkan pak Kyai Parikhin kuliah subuh sudah masuk do'a, turut mengamini dan fatikhah. Alhamdulillah. 

Dijalan tengah sawah ada kangkung susah panjang, aku ambil beberapa tangkai, dan aku bawa untuk aku tanam disekitar gubuk. 

Jalan terus sampai gubuk, langsung meletakkan kangkung dihalaman, buku, tas aku letakkan diteras dan langsung aku nyemplung kali untuk pipis. 

Wudhu kemudian masuk gubuk, biasa ritual, kemudian ngecas hape, nyalakan radio, ganti baju dinas dan tadarus sejenak.

Kemudian aku menyapu halaman, usai nyapu aku menanam kangkungnya, aku potong-potong menjadi banyak. 

Aku tanam pertangkai disamping selatan gubuk, dan dipinggiran kolam ikan, lumayan kelak panen bisa dibuat kangkung saus tiram. 

Usai menanam terus aku siram semua tanaman, sampai sekitar jam delapan, aku rehat baca buku, sampai jam sembilan lebih beberapa menit.

Kemudian aku pipis, bisa berkali kali aku pipis, kadang usai pipis wudhu terus berdiri, eh terasa keluar setetes kecil dan wudhu lagi.

Kadang sudah sampai gubuk sholat satu rokaat, pas sujud keluar setetes, ulang wudhu lagi, ganti celana dalam. 

Ngerekso hadas musti detail, kadang kentut kecil banget, kadang mamang, dalam hati "ini kentut bukan ya". 

Tapi ya aku anggap kentut saja, dan aku ulang wudhu lagi. 

Keluar gubuk mau wudhu lihat si Nur, pemuda yang kemarin besik gulma kebun sebelah gubuk, aku sapa dan sedikit basa-basi. 

Sholat dzuha selesai, pun sholat qodho, dan bergegas berkemas, kemudian aku tinggal pulang kerumah Simbok. 

Si Nur aku pamiti dengan teriak-teriak, aku suruh buka saja pintu kalau mau bikin kopi.

Pintu tidak aku konci, aku keatas dulu, pungkas ku sambil jalan. Dia menjawab sembari senyum sumpringah.

Jalan keatas ketemu suwo bukhaer sedang mengangkut kayu dengan angkong, beliau tidak sendirian, berdua dengan pakde Mustaqim. 

Kami saling sapa dan sejenak basa-basi guyonan ngakak, sembari aku jalan pulang. 

Sampai rumah tidak ada lagi orang aku temui, aku lewat bantaran aliran irigasi, sampai rumahnya Hasan aku lewat depan rumahnya tembus wetan omah langsung. 

Sampai rumah, aku rehat ngeringin keringat, leyeh-leyeh, meletakkan buku, tas dan ngecas hape. 

Kemudian aku buka kompasiana dan latihan menulis "Kulonuwun dan Uluk Salam Saat Masuk Jogja". 

Usai siang, kemudian nonton TVRI Klik Indonesia Siang. Berita itu lagi itu lagi, yang baru penambang emas tewas karena lubang tambang dimasuki air.

Pun di gubuk dengar radio berita kriminal geng motor menekan jiwa, dan lobang tambang emas yang memakan jiwa itu juga. Innalillahi wa inna illaihi roji'un. 

Kemudian tidur siang, bangun ashar, alhamdulillah tidur pulas dan langsung beranjak ambil air wudhu. 

Kemudian aku sholat ashar, usai sholat ambil ember bekas cat, ukuran besar, aku penuhi air. 

Biyung Misinah tanya "gede temen ember, apan go nyiram suket po leh, opo ora kabotan gowo tekan kuburan?". 

"iyo yung, kanggo nyiram kuburane simbah, ben adem sejuk nang jero kubur" jawab ku sambil ketawa, dan biyung pun ikut tertawa. 

Beneran berat, aku bawa sampai makam menempuh jarak sekitar 70 meter medan tanjakan jalan tikus yang tidak berbentuk jalan, nyelip-nyelip. 

Tangan kanan-kiri bergantian menyangking embernya, kadang juga harus dengan dua tangan, sejenak berhenti, cape berat. 

Tapi alhamdulillah sampai makam juga, langsung aku letakkan ember disamping makam simbah. 

Aku ke rumah kerenda ambil mushaf Yasin dan jengkok dingklik alias kursi kayu.

Kemudian ambil sapu, sejenak menyapu, tak lama ada mbah Samiron datang membaca cangkul untuk mengerok rumput liar dimakam sebelah tok. 

Samping-sampingnya tidak dikerok, kerokan aku sapu lagi, aku bersihkan semua.

Kemudian aku guyur kuburan simbah ku, biar rumputnya subur, karena sudah lama tidak hujan. 

Alhamdulillah usai aku guyur dengan air se ember, barulah aku guyur dengan tahlil, Yasin, Waqi'ah, Mulk dan do'a. 

Ditengah baca Yasin datang mbokde Mus tahlil ke makam mbokde Sanati (kakaknya mbokde Mus). 

Nah pas aku baca surah Waqi'ah, eh ada lembaran yang keduplikat dua, lah aku baca kok ulang-ulang dua lembar, ternyata, mau aku sobek tapi aku liat saja. 

Usai baca mantra, aku pulang, aku siram ke kuburan mbah Sutimah juga, kemudian pulang, sampai rumah, menyiram pohon tomat di samping rumah. 

Semua tersiram dan  mulailah mengencani kompasiana. Sampai ini, sore tadi diajak bapak untuk malam ini ziarah ke makam Syekh Maulana Maghribi di Desa Wonobodro Blado Batang. 

Ini mau berangkat, barusan masuk kamar ngajak berangkat dan aku bilang "tak merampungkan tulisan dulu sejenak", "Iya, pakde diajak engko yo" jawab Bapak.

Kuburan adalah rumah terakhir ku dibumi, kapan aku menghuni rumah bawah tanah itu, aku hanya bisa menyiapkan diri dengan sebaik mungkin. Barokalloh.

Dan ya, sampai disini latihan menulis petang ini, aku tinggal ziarah dulu.

Sudah pukul 19:41 WIB, alhamdulillah latihan menulis bisa selesai, banyak luput mohon maaf lahir dan batin. 

Salam dari pelosok Desa untuk Indonesia maju, Indonesia cerdas, Indonesia emas. 

Matur sembah nuwun. Nitip sehat, semangat dan jangan lupa bahagia. Barokalloh. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun