Macul sediluk dan sudah banyak berkeringat, aku memutuskan untuk rehat dan segera ku letakkan perkakas, ku ambil sabit dan jengkok alias kursi dingklik, kemudian ku ambil blarak alias daun kelapa, untuk kujadikan sapu lidi, ku bersihkan satu per satu, ku ambil lidinya, sembari mengeringkan keringat dan menunggu waktu dzuhur, agar rehat ku ora leren nganggur, ada yang aku kerjakan agar kejangkep kabeh alias semua bisa terselesaikan, kadang sela rehat seperti ini aku isi untuk baca buku, tapi kali ini aku bikin sapu lidi.Â
Alhamdulillah tepat dzuhur sapu lidi selesai dibuat. Tak lupa aku video hasil lukisan ku, gundukan tanah yang sudah ku lukis dengan cangkul, lidi yang masih berserakan dengan perabotnya dihalaman depan. Semua ku video dari atas. Hahaha.
Telah usai semuanya dan satu per satu aku rapihkan, caping gunung ku cantelkan didinding plupuh bambu, sapu lidi belum ku ikat ku taruh diresban, Sabit ku kembalikan ketempatnya, cangkul dan sarung tangan ku cuci dan ku bersihkan. Semua telah rapi, waktu ku untuk mandi, aku mencuci pakaian dinas ku terlebih dahulu, ku ambil sabun dan deterjan dan ku cuci disungai, usai mencuci dan ku jemur diatas batu besar, kemudian giliran badan ku cuci, mandi di air terjun, sembari refleksi terapi ion negative.
Betapa nikmatnya, subhanalloh. Badan sudah terasa segar, tangan yang melepuh karena cangkul terasa perih kala terkena sabun, tapi ku abaikan rasa perih itu tidak seberapa, alhamdulillah masih bisa merasakan perih. Hahaha.Â
Mandi selesai, wudhu dan langsung ambil jemuran di atas batu dan aku pidahkan jemur di gubuk, aku ganti baju dan menunaikan ibadah sholat dzuhur. Selesai sholat, aku cabut cas hape dari colokan, aku cabut juga jek radio, ku tutup pintu kamar, ku cangklong tasnya, ku bawa hape dan aku turun keteras samping ambil buku yang baru kubaca beberapa lembar, dan masuk gubuk lagi untuk metutup pintu dan ku kancing, dan aku pulang kerumah Simbok.Â
Jalan sampai lapangan voli ketemu mbah Nasori sedang ngentasi pemean alias membereskan jemuran padi, sedang memasukkan ke karung sendirian, biasa ku sapa basa-basi, di sepanjang sawah sepi tidak ketemu seorang pun, hanya ketemu mbah Nasori dilapangan voli. Terus aku lanjut jalan hampir sampai rumah ketemu pakde Slamet Zainudin sedang nyapu bersihin halaman, ku sapa basa-basi dan langsung kerumah Simbok. Tak pikir-pikir kok hidup ku penuh basa-basi yo? Hahaha, kalo serius mulu malah sepaneng, dadi basa-basi tapi jangan basi biar selalu bahagia. Alhamdulillah. Barokalloh.Â
Sesampainya dirumah Simbok, aku langsung ngecas hape, meletakkan buku dan tas lecil ku, copot kaus menikmati semilir udara, mendung juga tadi siang, tapi tidak turun hujan, ku tinggal tidur dikursi teras belakang sampai ashar baru bangun, bergegas wudhu dan sholat, kemudian buka hape buka kompasiana dan latihan menulis. Alhamdulillah, sampai detik ini bisa selesai. Alloh SWT masih memberikan ku kesempatan waktu untuk menyelesaikan latihan menulis ini dan menayangkannya.
Nikmatnya ersentuhan langsung dengan sawah dan kearifan lokal kampung ku, bumi Nusantara, bumi Indonesia. Jaya mendunia. Alhamdulillah. Barokalloh. Waktu sudah menunjukkan pukul 21:12 Â WIB, aku akhiri latihan menulis petang ini. Matur sembah nuwun. Nitip sehat, semangat dan jangan lupa selalu bahagia. Barokalloh.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H