Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cangkul, Sabit Alat Lukis Ku dan Bumi Kanvasnya

3 Juli 2023   23:31 Diperbarui: 4 Juli 2023   21:38 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Seorang Nabi dan Rosul saja masih terus mencari ilmu. Oleh karenanya aku juga turut melakukan apa yang aku tidak bisa agar aku bisa melakukannya dan yang demikian tentunya dengan ilmu, seperti latihan menulis ini, hahaha. Walau masih amburadul kosa-katanya, runtut alurnya dll, yang penting aku harus segera memulai, melaksanakannya tanpa menunda-menunda, berlatih, berlatih dan berlatih agar terlatih.

Setengaj sekmen nonton tipi dan acara masuk break, aku lihat jam sudah pukul setengah enam dan aku pamit jalan ke gubuk. Cium tangan Simbah dan langsung keluar rumah, jalan menikmati udara dingin pagi disuguhi pemandangan pagi yang eksotik, persawahan dengan tanaman padi baru kemarin, memantulkan cahaya jingga langit yang merona, meskipun pagi tadi sedikit berawan, tapi indahnya berhasil aku dokumentasikan. 

Terus jalan dijalan setapak ditengah sawah dan samar-samar masih mendengar kuliah subuh pak Kyai Parihin membaca dan ngaji kitab kuning pagi tadi, sekelumit yang aku dengar "sejatinya tujuan hidup dunia adalah hidup setelah mati, hidup di akhirat yang kekal dan orang yang berpuasa, lapar didunia kelak akan kenyang di akhirat, fa insyaAlloh" sisanya tidak begitu jelas terdengar. 

Aku rasa sangat relevan ketika hidup bertujuan akhirat maka segala perbuatannya akan berlaku baik dan tentu memiliki tujuan transcendental atau transcendent seperti yang diungkapkan didalam bukunya kang Ngainun Naim The Power of Writing, tujuan transcendental adalah tujuan yang sangat mulia, orientasinya bukan semata duniawi, dan keabadian akan diperoleh dengan tujuan ini, bahkan akan menembus lintas generasi. 

Subhanalloh, itulah mengapa satu kebaikan sekecil apapun Alloh SWT berani membayarnya dengan sangat mahal dan berlipat-lipat, sayogyanya kita selalu berbianis kepada Alloh SWT, konsep bianidnya mudah dan murah, hanya dengan melakukan kebaikan, semisal yang sangat sepele menyingkirkan batu atau kayu ditengah jalan, membuang duri ditengah jalan, senyum kepada orang lain, hal yang sepele, mudah dan murah untuk dilakukan. Barokalloh. 

Sudah maghrib, pukul 17:44 WIB, aku tinggal berbuka puasa dulu, sekalian sholat maghrib dan ritual tadarus, hahaha, nanti sambung seusai semua urusan ku dengan diri ku beres. Ini urusan ku dengan hape dengan kompasiana ditunda dahulu. Hahaha. Pukul 18:48 WIB. Alhamdulillah, semua sudah beres. Tadi buka puasa pertama aku makan buah ciplukan metik didepan gubuk, terus makan lauk daging kambing qurban, sayur bayam, mentimun, sambel, barokalloh ala nikmatulloh.

Terus sholat, tadarus dan ini baruru selesai, sembari nonton TVRI Klik Indonesia Petang, dipandu mas Lorenzo Mukuan dan mbak Maya Kariem, Berita kali ini banyak yang "butuh kepastian" banyak kasus dari mulai butuh kepastian hukum, dari mulai kasus si panji gumilang, kasus teroris kkb, kasus rabies, kasus aborsi, kasus korupsi dilapas kpk, calon dpr yang tidak melengkapi dokumen, cawapres yang belum nemu dll. ENDONESA memang seru!!! 

Sudah kumandang adzan isya', sholat dulu ah, sudah pukul 18:58 WIB, biar nanti bisa fokus latihan menulis. Hahaha. Alhamdulillah sudah terlaksana sholat isya', Alloh SWT masih memberi kesempatan sampai detik ini, senajan sholat naming jumpalitan, hahaha, tapi enaknya makan malam dulu, biar perut lebih tenang. Makan roti berkat tahlil kemarin sama minum air anget tok dah kenanyang. Hehehe. 

Lanjut jalan sampai campuan sungai, meletakkan buku, tas dan topi diatas batu dan nyemplung ke sungai pipis, wudhu, lanjut menuju gubuk, masuk gubuk tidak lupa salam dan langsung ngecas hape, nyalain radio RRI Pro 1 Semarang, ada pendengar setia yang suka telpon tapi suaranya orang itu-itu saja namanya pak Irwan Bandung kalau tidak salah. 

Pokoknya tema apapun, tema qurban, tema wisuda TK SD SMP SMA, tadi tentang softlens juga telpon, bahkan tempo hari tema skincare pak Irwan itu juga telpon, batin ku ini pendengar bayaran atau gimana? Seperti setingan gimik tok, hahaha. Belum sampai jam enam di gubuk, ganti baju dinas sembari mendengarkan RRI dan lanjut baca Yasin dan temen-temennya. Beberapa menit selesai, lanjut aku membawa buku ke teras, dan ku baca masih sambil denger radio, baca buku sampai sekitar jam setengah delapan pokokmen Sorot matahari sudah tepat di muka ku, segera aku tutup buku, dan bergegas menunaikan ibadah sholat dzuha. 

Pagi tadi aku tidak menyiram tanaman karena tanah masih basah tersiram hujan kemarin. Usai sholat dzuha aku langsung ambil cangkul, ambil sarung tangan, caping gunung dan langsung menggoreskannya ke media tanah. Rasa ku seperti sedang melukis, membuat gundugan-gundugan tanah sebedeng demi sebedeng, jadilah empat bedeng, bentuknya kayak gundukan tanah kuburan tinggal kasih pathok tenger alias batu nisan. Hahaha. InsyaAlloh tak tanemi sayur mayur, kacang panjang, mentimun, buncis, terong, cabai, tomat dll biar warna-warni, lukisan yang hidup. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun